Monday, October 22, 2007

Semua yang Ada

Satu testimoni untuk semua baru saja aku kirimkan ke salah satu permata hidupku
Penggalan lagu sederhana namun memantulkan kejujuran...
Maaf, sekali lagi maaf aku tidak bisa jujur kepada kalian semua
Jauh di lubuk hati, ingin rasanya kuberteriak
Toh aku itu masih jadi manusia biasa yang ingin gemar pamer dan banyak omong

Kau pikir aku tidak tersiksa dengan ”semua yang ada”
Menahan semua kebahagian yang ada
Mesti menutupi anugrah menjadi rahasia kecil yang harus keluar masuk bak kura-kura dan tempurungnya

Kalian semua permataku, tahu!
Aku kan ga mau kehilangan semua permata yang ada kendati aku akhirnya meraih permata yang istimewa...
Mendapatkan sesuatu yang kutunggu di saat sebagian isi dunia mencibir tentang ”semua yang ada” di dalam diri aku dan permata baruku
Terlebih di saat aku merasa letih karena titik2 ordinat itu sulit bertemu

Ah, benar! Aku lelah jika harus menanti hujan untuk tumbuh menjadi pohon besar
Hujan deras lalu telah cukup menyiksaku
Sekarang, hujan telah hilang dan pelangi pun muncul
Entahlah, terkadang aku tidak bisa membedakan antara pelangi dan angin elnino

Yah namanya juga pelangi...
Indah tapi cuma sementara dan aku yakin itu
Jadi lebih baik si bonsai ini menikmati pelangi sebelum pelangi itu menghilang dari langit yang tidak selalu biru
Karena bonsai yakin, suatu hari pelangi pasti harus hilang (atau sengaja dihilangkan)

Sekali lagi, aku hanya ingin menikmati semua yang ada
Bercumbu mesra dengan keindahan alam semesta
Mengutuki semua kesedihan dan keterpurukan
Memuji setiap kebaikan untuk seluruh isi bumi
Menertawakan keburukan dengan senyum sinis dan memaki-maki

Dan kembali terdiam dalam gelapnya udara malam..
Menyadari hari pasti berlalu sembari meringis dalam hati
Mencoba sekuat hati agar tidak ada yang berjalan menuju pelupuk mata.
Aku lelah dan biarkan aku menikmati ”semua yang ada”



Jauh hari, kumerasa, kau nanti pasti jadi milikku!
Tlah terjadi, semuanya, kuyakin kau nanti di sisiku
Tak peduli apa kata yang lain, hati ini hanya ingin dirimu!

Dan kini maafkanlah…
Kuterlanjur ingini, terlanjur sayangi, semua yang ada..
Sudikah kau terima?
Kuterlanjur ingini, terlanjur sayangi, semua yang ada...di dalam dirimu

Kuterima putusanmu, Tak akan, ku takan menyesal
Kuakui, kupaksakan, ku bukan manusia sempurna
Tak peduli apa kata yang lain, Hati ini hanya ingin dirimu!

Oooh, andaikan kubisa berpaling dari dirimu!
Oooh, lemas hati ini jika aku harus memilih lagi…
by: d'cinnamons

Thursday, October 18, 2007

Another Suitcase in Another Train

I don't expect my love affairs to last for long
Never fool myself that my dreams will come true
Being used to trouble, I anticipate it
But all the same I hate it, wouldn't you?

Time and time again
I've said that I don't care
That I'm immune to gloom,
that I'm hard through and through

But every time it matters all my words desert me
So anyone can hurt me
and they do...

Call in three months time and I'll be fine, I knowWell maybe not that fine,
but I'll survive anyhow

I won't recall the names and places of each sad occasion
But that's no consolation here and now.
So what happen now? Where am i going through?


Lebaran 2007, Wisatawan Manca Negara Turun 75%

*Akibat Penurunan Pamor Aa Gym
BANDUNG
(SINDO) – Sepanjang Bulan Puasa hingga Lebaran 2007, Kota Bandung kebanjiran wisatawan dari dalam dan luar negeri. Kendati demikian, jumlah wisatawan manca negara pada tahun ini tidak sebanyak tahun sebelumnya. Kepala Dinas Pariwisata (Dispar)Kota Bandung Askary Wirantaatmaja mengungkapkan, jumlah wisatawan yang kebanyakan berasal dari Malaysia dan Singapura tersebut menyusut hingga tinggal 25% saja.

“Pada tahun sebelumnya, ada sekitar 30ribu hingga 40 ribu wisatawan mancanegara yang mengunjungi Kota Bandung selama sebulan penuh. Tujuan utama mereka adalah tempat wisata religi dan wisata belanja,” ujar Askary kepada wartawan di sela-sela Rapat Evaluasi Empat Tahun Kepemimpinan Wali Kota Bandung Dada Rosada di Pendopo Pemkot Bandung, Selasa (16/10) malam.


Askary memperkirakan, jumlah wisatawan tersebut berkisar 10 ribu orang saja selama satu bulan terakhir ini. Tujuan kunjungan mereka pun tidak lagi tempat wisata religi melainkan wisata belanja dan kuliner.


Penyusutan ini, prediksi Askary, berdampak pada peredaran uang di Kota Bandung. Menurutnya, wisatawan mancanegara dapat menghabiskan Rp2 juta/hari/orang. Dua kali lipat lebih tinggi dari wisatawan lokal yang hanya mengeluarkan Rp1 juta/hari/ orang. Dengan demikian, Kota Bandung kehilangan sekitar Rp60 miliar pada liburan lebaran kali ini.


”Menurunnya pamor Aa Gym merupakan penyebab utama menurunnya angka wisatawan mancanegara. Tidak bisa dipungkiri, kepopuleran Aa Gym menjadi tujuan utama orang Malaysia dan Singapura,” jelas Askary.


Berdasarkan tradisi, para wisatawan memang biasa mengunjungi tempat-tempat bernuansa islami ketika bulan puasa dan Idul Fitri. Di saat sebagian orang berkiblat ke kawasan timur tengah, sebagian orang Asia memilih mendapat siraman rohani dari Aa Gym di Daarut Tauhiid (DT).


”Belum ada tokoh yang bisa mengalahkan pamor Aa Gym. Namun beginilah jadinya. Saat pamor Aa Gym turun, kunjungan wisata religi ke Bandung jadi ikut drop,” kata Askary.


Dispar sendiri berencana mengangkat nama Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jawa Barat dan Mesjid Raya Kota Bandung untuk dapat menjadi tujuan wisata religi lain di luar Daarut Tauhiid. Kendati demikian, Askary masih menyimpan rasa pesimis. Pasalnya, kedua tempat tersebut tidak memili figur yang ternama. Padahal, figur menjadi faktor utama kepopuleran tempat wisata religi.


Berdasarkan pantauan SINDO pada hari kedua perayaan Idul Fitri lalu, kawasan DT memang terlihat sepi pengunjung. Sekilas, Mesjid dan Ponpes DT tampak kosong. Hanya satu-dua orang yang berada di dalamnya. MQ Cafe, rumah makan yang berada juga terletak di Kawasan DT di Gegerkalong pun cuma dikunjungi tidak lebih dari lima keluarga.


Sementara itu, Ketua Yayasan Ponpes DT Abdurahman Yuri atau Aa Deda tidak memungkiri pernyataan Askary. Kendati tetap dikunjungi pelajar dan keluarga yang melakukan Itikab, pengunjung yang berupa rombongan wisatawan menurun hingga 30%.


Menurut Aa Deda, Mesjid DT memang menerima sektiar 1.300 orang/ hari yang berniat menjalankan Itikab selam 20 hari pertama Ramadhan. Jumlah ini meningkat 100% pada 10 hari terakhir. Bahkan, para pengunjung meluber hingga ke luar mesjid yang mampu menampung 1.500 orang tersebut.


Di luar itu, jelas Aa Deda, kunjungan rombongan yang mengunjungi ke DT menurun 30% dari angka biasa yang berkisar 20 ribu hingga 30 ribu orang. Namun menurut Aa Deda, keadaan ini lebih membaik jika dibandingkan pada saat saat Aa sempat mengalami kendala.


Aa Deda mengatakan, pihaknya masih terus melakukan pembenahan. Mereka berupaya mengurangi fokus perhatian agar tidak berpusat di Aa Gym semata. Tidak hanya dengan Dispar Kota Bandung, pengurus yayasan terus meminta saran pelaku usaha tempat pariwisata lain di Kota Bandung.


”Jangan menjual diri sosok seseorang! Untuk ke depan, DT menjual unsur budaya, tanta nilai, suasana nilai, dan islami di sana. Kami tidak menjual sosok seseorang. Ini pesan dari Aa Gym yang tengah berada di Batam,” pungkasnya. (evi panjaitan)

Perekonomian Kota Bandung 2006, Lesu Pisan!

(Tulisan iseng waktu akhir 2006 yg patut diinget menjelang penghujung 2007)

Perekonomian Kota Bandung pada tahun 2006 masih jauh dari kata ideal. Indikatornya, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). Di penghujung tahun ini, LPE kota Bandung hanya meningkat 0,3% dari tahun 2005. Kota Bandung harus maksimalkan potensinya. Jiak tidak, batalkan target LPE 11% di tahun 2008.

Dandan, si Kepala Kantor Penanaman Modal Daerah (KPMD) Kota Bandung, pernah menjelaskan kepesimisannya. Setidaknya Kota Bandung harus memiliki pemasukan Rp6 triliun per tahunnya untuk meraih angka LPE 11%. Namun pada kenyataannya pemasukan daerah hanya berkisar Rp2,5 triliun saja pada tahun 2005. Hingga Oktober lalu, pemasukan pun hanya berkembang ke angka Rp3,8 triliun saja.

Jauh lebih menyedihkan lagi saat mendengar betapa Bandung belum memaksimalkan potensi daerah. Wakil Ketua Komisi B DPRD M. Iqbal Abul Karim mengatakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota cenderung berkisar di angka Rp250 triliun saja. Padahal sebenarnya, yakinnya, potensi PAD Kota Kembang ini berkisar Rp 400 triliun.

Akses ke kota Bandung pun semakin berkembang. Total kunjungan wisatawan ke Kota Bandung mencapai enam juta orang per tahunnya. Kepala Dinas Pariwisata Kota Bandung M. Askary W pun yakin keberadaan Tol Purbaleunyi, Pasteur, dan Cipularang semestinya membuat angka ini naik drastis.

Askary sendiri mengakui, sektor pariwisata memang berkembang pesat pada tahun 2006. Okupansi hotel mulai merata di sepanjang minggu. Penggunaan hotel tidak hanya ramai di akhir pekan saja. Strategi jemput bola cukup ampuh untuk membuat hotel di Kota Bandung menjadi tempat penyelenggaraan Meeting, Incentive, Conference and Exhibition (MICE).

Sektor pariwisata menyumbang 30% PAD Kota dan angkanya berpotensi terus berkembang. Namun ternyata angka ini juga belum dapat mendongkrak perekonomian ibu kota Jawa Barat ini.

Ketika dimintai komentar, Iqbal berkata bahwa Komisi B DPRD memaklumi lesunya perekonomian. Rendahnya kenaikan LPE karena pemkot terlau berorientasi pada ekonomi kerakyatan yang dipusatkan pad sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Namun kenyataannya, para pelaku UMKM masih menjerit. Mereka masih terpuruk di kala pelaku ekonomi makro mulai menikmati indahnya masa penurunan tingkat inflasi dan penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia.

Perkembangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) sendiri belum hasil yang signifikan. Kegiatan Dinas KUKM hanya sebatas konsolidasi. Belum masuk ke tataran aplikasi dan tidak ada hasil konkret selama tahun 2006.

Untuk mendorong kemajuan, Pemkot sendiri merencanakan pemusatan UMKM sesuai jenis masing-masing dalam lima kawasan. Cihampelas, Cibaduyut, Cihampelas, Cigondewah, Binong dan Surapati. Namun hingga akhir tahun, rencana itu baru sebatas wacana. Belum ada realisasi yang berarti.

Sektor UMKM pun semakin terpuruk akibat serangan pasar modern yang mulai menggerogoti sektor perdagangan Kota Bandung. Jumlah pasar moderen semakin bertambah. Mulai dari yang mini sampai yang hyper. Pelaku UMKM yang kebanyakan berada di pasar tradisonal menjadi terancam akibat menjamurnya pasar modern.

Pemerintah berupaya menjadikan revitalisasi pasar untuk mengangkat pasar tradiosional. Sayangnya, pemerintah masih minim tenaga ahli. Urusan rancang bangun pasar diserahkan ke pihak ketiga. Hasilnya, kondisi pasar memang jauh lebih baik tapi harga sewa melonjak tajam.

Para pelaku UMKM banyak memilih menjadi Pedagang Kaki Lima (PKL) karena tidak sanggup membayar tarif pasar mereka yang telah berwajah cantik itu. Perhelatan yang masih alot di kasus Pasar Cicadas yang berubah menjadi Bandung Trade Mall. Harga sewa dari pengembang terlalu tinggi sehingga para pedagang Pasar Cicadas Lama banyak yang memilih berjualan di pasar tumpah pinggir jalan.

Tahun 2007, harus ada perbaikan. Jika memang masih ingin berpusat pada sektor UMKM, konsentrasikan pada satu sektor saja. Penanganan yang sedikit membuat pemerintah lebih maksimal untuk pengembangan. Garap satu sektor yang paling krusial untuk berpeluang memicu pertumbuhan sektor lainnya. Dengan demikian, multiplier effect dapat terjadi. Apa pun itu, keberhasilan satu sektor akan memicu sektor lainnya. (evi panjaitan)

Mencoba Produktif di Hari yang Fitri, Emang Bisa?

*Analisis Sok2an tentangKonsumtifitas Masyarakat Bandung


Betapa konsumtifnya Kota Bandung ini. Tingkat konsumtifitas masyarakat terus berkembang. Hari raya pun menjadi pelegalan perilaku konsumtif yang semakin menggila. Siapa sih yang mau mikir untuk berinvestasi kalo ngeliat papan diskon kaya gini. Padahal banyak keuntungan jangka panjang yang ditawarkan saat seseorang terjun ke dunia investasi. Yah, seenggaknya ini yang dibilangin sama motivator di dunia bisnis....

Mari kita ambil contoh investasi di dunia saham. Berdasarkan data frontliners Bursa Efek Jakarta hingga Juli 2006, anggota bursa yang tercatat di BEJ itu mencapai 122 anggota. Total investor saham yang tercatat hingga Juli 2006 di Bursa Efek Jakarta berkisar 120 ribu. Sekitar 74% investor pasar saham merupakan pemain asing dan hanya 26% yang merupakan pemain lokal.

Branch Manager Bandung PT CIMB-GK Securities Indonesia Donny Suyanto menyebutkan hanya 10% pemain lokal yang berasal dari Bandung. Donny bahkan menyebutkan.Bandung memang great market untuk ritel namun bad market untuk investasi saham.

“Apapun yang dijual di Bandung pasti laku! Orang Bandung tidak lagi melirik harga semi sesuatu yang mereka sukai,” komentar General Manager PT Ayam Goreng Fatmawati (AGF) Indonesia Johan Wahyudi. Dari 53 cabang restorannya yang terletak di berbagai daerah, penjualan di Kota Bandung cenderung stabil. Pemasukan perbulan bisa selalu berada di atas rata-rata dan tak bergeming kala flu burung menggemparkan Indonesia.

Data statistik perkembangan perbankan Jawa Barat dari Bank Indonesia hingga Mei 2006 menunjukkan betapa berkembangnya kredit konsumsi masyarakat Bandung. Angka pada kredit untuk konsumsi terus mengalami peningkatan selama 10 tahun ini. Di saat yang bersamaan, kredit untuk investasi justru bergerak tidak stabil. Angka kredit investasi terus mengalami degradasi setelah sempat memuncak di tahun 1998.

Pada tahun 1995, kredit konsumsi Kota Bandung berada di angka Rp 927.753 juta (sekitar Rp 927 miliar). Selama 10 tahun, angka ini terus bergerak naik hingga mencapai Rp 6.384.626 juta (sekitar Rp 6 triliun) di April 2006.

Sementara itu, penggunaan kredit untuk investasi justru bergerak menurun pada periode yang sama. Pada tahun 1995, kredit investasi Kota Bandung berada di angka Rp 3.939.129 juta (sekitar Rp 3 triliun). Angka ini sempat meningkat menjadi Rp 7 trilyun pada 1998 namun terus menurun dan akhirnya berada di angka Rp 4.742.004 juta (sekitar Rp 4 triliun) di April 2006.

Minat masyarakat Bandung untuk berinventasi tergolong rendah. Masyarakatnya cenderung konservatif. Sekalipun akhirnya berminat terhadap investasi, mereka lebih memilih investasi yang mendatangkan fixed income. Padahal, dunia investasi saham mendatangkan keuntungan besar jika kita mau sedikit belajar.

Coba kita aplikasikan pada dunia nyata. Kepala Dinas Pariwisata Kota Bandung Askary Wirantaatmaja pernah bilang, satu orang turis mancanegara itu menghabiskan Rp2juta/orang/ hari. Sementara itu, turis lokal hanya Rp1juta/orang/hari. Peredaran uang di bulan puasa sampe H+7 lebaran 2006 katanya sih mencapai Rp300 miliar (ini selama sebulan lho!). Tahun ini meningkat menjadi Rp330 miliar.

"Padahal kita kehilangan 75% turis mancanegara gara-gara pamor Aa Gym turun," katanya kadis paling gaya di Pemkot Bandung. Kalo dihitung kasar, Paris Van Java ini kehilangan Rp60 miliar dari kantong2 turis Asia selama lebaran tahun ini.

Hmm.gw jadi berandai-andai. Seandainya pada Idul Fitri tahun ini kita mendapat uang tunjangan hari raya sebesar Rp 1,5 juta. (Seandainyaahhhh!!!!) Seandainya lagi berminat untuk membuat sesuatu yang berbeda. Berdasarkan pengalaman pribadih eike, para broker pun berkata: "Sisihkan sebagian uang sebagai modal masuk ke pasar modal!"

Mari kita ambil contoh Bimantara Citra Tbk. (hahaha..ini mah subjektif sekali!) Berdasarkan data September lalu, saham Bimantara berada di angka Rp 2.275 per lembarnya. Sebelumnya, saham Bimantara berada di angka Rp 1.520. Setidaknya kita hanya membutuhkan sekitar Rp 1,2 juta jika ingin membeli satu lot saham (500 lembar saham) yang menjadi patokan pembelian minimal.

Cobalah bertahan untuk berlebaran dengan sisa uang Rp 300 ribu. Toh ini jauh lebih baik ketimbang membeli ponsel CDMA terbaru seharga Rp 1,5 juta hanya untuk bergaya pada saat berlebaran bersama sanak saudara. Ponsel yang harga purna jualnya terus menyusut dan hanya menambah pengeluaran untuk biaya pulsa. (Inilah yang menurut Robert Kiyosaki disebut sebagai liliabilitas atau kewajiban karena hanya menghabiskan uang dan bukannya menghasilkan uang kita)

Siapa yang dapat menyangka jika ternyata usai mudik nanti saham Bimantara meningkat menjadi Rp 3000 per lembarnya. Uang Rp 1,2 juta kita berkembang menjadi Rp 1,5 juta. Hanya dengan sedikit keberanian untuk mengambil resiko, kita untung Rp 300 ribu. Bisa dibayangkan berapa keuntungan yang kita raih jika Bimantara –salah satu Top 20 Gainer ini- terus memiliki kinerja yang baik. Tidak tertutup kemungkinan nilai sahamnya bergerak naik.

Ini hanyalah sebuah edukasi invatasi yang perlu diperhatikan. Sudah semestinya kita mulai mengurangi kecenderungan konsumtifitas kita. Sektor konsumsi memang merupakan salah satu indicator kemajuan Indeks Pembanganan Manusia. Namun, Indonesia (atau pun Jawa Barat yang bercita-cita memiliki IPM 80) akan berkembang dengan semu jika kita berpegang pada sektor konsumtif.***

Menjelang Malam Natal 2006 di Wyata Guna Bandung




Rayakan Natal dalam Gelapnya Arti Keluarga

I’ll be home for Christmas…if only in my dream” Natal seharusnya menjadi momen yang indah untuk dirayakan bersama keluarga. Namun sebagaian orang terpaksa membawanya ke alam mimpi. Di antarnya beberapa anak yang menghuni Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Kota Bandung. Mereka yang sengaja “dititipkan” di panti khusus tuna netra ini oleh orang tuanya pun berniat merayakan natal dengan kesendirian.


Sore itu, hujan kembali mengguyur Panti Sosial Bina Netra Wiyata Guna di Jl. Pajajaran Kota Bandung. Untungnya, beberapa jemaat telah selesai membuat dekorasi natal di Gereja Caritas. Gereja kecil yang terletak di komplek panti sosial yang merangkap asrama tuna netra terbesar di Asia Tenggara. Kebaktian natal pun hanya tinggal menunggu jam saja.

“Ga ah, saya ga mau nelepon dan ditelepon orang tua. Mereka juga kayanya ga akan ucapin selamat natal. Sehari-hari pun mereka ga pernah nanya kabar saya,” ujar Tommy Sarmeldi, 15, di depan asramanya.

Dengan sesekali berhenti seakan menahan pedih, Tommy menceritakan kisahnya. Ia menderita kebutaan total sejak lahir. Sebelumnya, anak bungsu dari dua bersaudara ini sempat tinggal bersama orang tuanya di Kawasan Sudirman Jakarta. Tanpa tahu alasannya, dua tahun lalu kedua orang tua membawa Tommy ke Bandung dan ia ditinggalkan sendirian di Wyata Guna.

“Saya ga mau pulang. Lebih enak di sini. Saya nggak merasa sendirian. Di sini banyak teman-teman yang ngerti saya. Ga kaya di Jakarta!” kata Tommy dengan sedikit kegerman sehingga ucapannya terputus-putus.

Tommy merupakan salah satu dari anak panti sosial yang sengaja dibuang ke Wiyata Guna. Tidak jarang ada anak yang sengaja datang dan didatangkan untuk tinggal di panti yang juga memiliki lembaga pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas ini. Mereka berasal dari berbagai daerah di penjuru Indonesia.

“Ingin pulang sih tapi mau gimana lagi. Aku ngerayain natal bareng temen-temen saja. Tapi gereja caritas ga adain misa malam natal. Rencananya, aku sama temen-temen mau ke gereja di luar aja,” tutur Laurensia Jihan Liberti, 14, yang akrab dipanggil Berti.

Gadis remaja ini menderita kebutaan karena saat umur dua tahun. Ia terlepas dari gendongan saat ibunya hendak turun dari bis. Naas tak dapat terelakkan. Kepala Berti kecil terbentur ke aspal dan penglihatannya buta total.

Menurut penuturan yang diceritakan kepadanya, seketika itu Berti buta total. Keterbatasan ekonomi orang tuanya yang hanya bekerja sebagai buruh bangunan membuat Berti tidak mendapat perawatan kesehatan.

Dengan dana yang tersisa, kedua orang tua Berti membawanya ke Bandung. Mereka berharap Berti bisa mendapat pendidikan setelah beberapa kali dirasa gagal berinteraksi di sekolah umum.

“Ga tega minta pulang sama bapak. Biayanya mahal. Biarlah natal ini aku di sini aja. Kangennya aku simpan aja sampe tahun depan,” ucap Berti dengan penuh harapan. (evi panjaitan)

Friday, October 12, 2007

Blaming Time

Tinggalin semua kewajiban demi sesuatu kebohongan...
Tidak berakhir dengan hasil yang bisa dikategorikan dengan kata baik...
Mengulanginya kembali...

Menerima sesuatu yang membuat hati berada dalam ketidaknyaman
Umpamakan diri sebagai raja pencuri yang berpura-pura suci
Sisakan untuk bermanja dalam kekonyolan yang menyenangkan

Bersenang-senang yang tidak biasa
Larutkan angin dalam dinginnya malam
Bermimpi dapat menggapai kesempurnaan hidup yang belum waktunya


Bodoh, Sendiri, Siapa, Lalu, Benci, Pergi


"You kick up leaves and the magic is lost..."

Monday, October 1, 2007

Buruh kok Ngebela Buruh?

Ada yang ironis dalam hari ini. Ga hanya buat gw tp juga buat temen2 yang lain. Kami terpaksa harus mengurut dada karena harus bikin berita ttg ketidakjelasan status karyawan di PT Kimia Farma Bandung. Mereka udah bertahun-tahun kerja di sana tapi ga pernah diangkat. Pahadal kalo ngeliat di UU No 13/ 2004 ttg ketenagakerjaan, seseorang yang ydah berkerja selama tiga tahun otomatis jadi karyawan di perusahaan itu.

Kenyataannya, perusahaan malah ngeliburin 40 karyawannya dan mengeganti ama karywan baru. Alhasil, para karyawan protes berat. Mereka minta di-PHK. Kalau perusahaan mau memperkerjakan, mereka harus diangkat jadi karyawan tetap. Btw, bajingan berseragam kok blom kasih komentar soal imel gw ya...

Hahaha...ironis! Buruh tertindas membela buruh yang mengalami nasib yang sama. Gw sih cuma dpt kloningan data. Abisan td bangun jam 11 dong bow. Nih gara2 si jelek-ku yang kasep. Gw ga bisa tidur. Kok gw ngerasain sindrom itu lagi ya. Hmmm...itu kan kebiasaan gw pas tiga bulan lalu. Kok ngalamin hal itu lagi ya. Sepertinya ga puas meski sekarang dia udah ada di sini menemani malam2 kami yang penuh keanehan nan indah....