Monday, January 26, 2009

Waktunya Meneguhkan Prioritas Utama

Malam di Bandung terasa begitu dingin. Entah mungkin ini karena tubuh gw baru saja beradaptasi dengan pengapnya udara Jakarta dan Depok. Masih sama dengan hari-hari sebelumnya, waktu terasa berjalan penuh kegalauan. Namun entah mengapa gw malah ngerasa tenang sekali.

Hari ini ada gerhana matahari. Tapi gw sama sekali ga peduli. Gw jauh lebih peduli liatin Kang Gin yg maksain diri gawe dan ngoordinir kantor padahal dari semalem udah meler gara-gara flu.

Ah rasanya semakin malas saja. Hmm.. harus menunda rencana sampai jangka waktu yang entah sampai kapan. Rasanya tidak sabar untuk menggapai ketenangan yang satu itu. Walau gw tahu, konsekuensinya pasti nyakitin.

Tapi dua hari ini gw jadi lebih tenang. Senangnya bisa pulang. Berkeliling sebagian isi Jakarta dan Depok bersama lelaki menyebalkanku tersayang itu pas Jumat (23/1) sore. Ga kemana-mana sih. Cuman sekedar nikmatin udara sore yang sejuk di Monas sambil memaki-maki sebuah gedung tinggi yang tidak jauh dari taman kota itu. Segarnya! Lega! Beranjak pulang naek Trans Jakarta kesukaanku setelah mama nelpon ajakin pulang bareng.

Pas Sabtu (24/1) sempet nongkrong juga di Margo City bareng Hera. Kami berdua tertawa melihat tingkah laku Hera to her damn lovely Dead. Kata Ruben, kakak sama ade sama aja kelakuannya. Dasar.. hihihi :P Berjalan menikmati udara malam Depok demi sebuah tempat yang berlogo Warung Steak. Nyatanya warung daging ditepungin itu udah ga ada di sekitaran Gramedia Margonda. Jalan kaki yang sia-sia [buat kaki manusia buncit ini hihihi..] Akhirnya menu diganti dengan pisang keju, es jeruk, dan susu jahe hangat. Senangnya bisa terus seperti ini. Menikmati hari yang galau dengan tenang karena orang-orang yang gw sayangin ada di samping.

Kembali ke rumah, berhadapan dengan si pesakitan yang menapik kenyataan. Berkilah kalau liver si pemabuk itu rusak bukan karena alkohol tapi bakteri. Duduls! Tapi akhirnya bisa tenang ngadepin semuanya.

Belakangan ini gw emang benar-benar merasa muak dengan kehidupan ini. Lelah setelah berpetualang tanpa hasil yang nyata selama tiga tahun terakhir. Beberapa waktu lalu rasa lelah itu semakin memuncak. Tumben banget ga bisa ngeredam emosi diri. Emang sih, biasanya keberadaan para ksatria di sana selalu sukses membuat gw bangkit lagi ketika terpuruk sewaktu menghadapi kenyataan.

Namun sekarang gairah itu udah ga ada lagi. Lelah semakin menjadi-jadi ketika gw tidak kuasa menceritakan satu kalimatpun kepada orang-orang terdekat saya. Yang ada hanya kalimat pendek penuh ketidakjelasan. Termasuk kepada sahabat terdekat gw, Uciem dan Alfin.

Sabtu siang itu gw cerita juga ke mereka. Seneng juga dapetin support dari mereka walau caranya aneh-aneh. Hihihi..untung gw kenal sama mereka. Lega waktu denger kalimat : “Aku slalu jadi orang pertama yang mendukung keputusanmu, vi! Emangnya aku ga khawatir liat kelakuanmu yang aneh banget. Ditelpon eh aku malah denger orang nangis tapi ditemuin susah banget. Ga malu apa ama tas pinggang..” atau mungkin “Gw kenal siapa lo. Tapi kalo liat sikap lo sekarang, gw setuju! Selama lo ga bertingkah aneh kaya kemaren. Bikin panik orang aja. Emangnya gw bukan soulmate lo lagi?”



Minggu kemaren gw kebaktian di GKI Maulana Yusuf. Highest Priority menjadi tema Kebaktian Pemuda. Wah benar-benar meneguhkan sekali keputusan yang terlontar ketika gw bersiap beranjak dari rumah putih nan lusuh di Komp Deppen Blok KK No 6 Minggu pagi itu. Rasa sedih, ragu, khawatir masih tetap ada sih tapi ya begitulah... Gw harus kuat.

Berkatin aku ya Tuhan… Amin!

Wednesday, January 21, 2009

[Bukan] Hari yang Cerah

Pagi ini mentari bersinar cerah. Dia sudah menggoda gw melalui celah di bagian tengah gorden kamar kosan. Tumben-tumben sekali hari ini gw ga kuat melawan bising kendaraan yang melintas di Jalan Gegerkalong Girang. Itung-itung belajar ngebuktiin bisa bangun pagi, gw beranjak dari double springbed yang spreinya sudah harus diganti itu.

Biar ada bedanya hari ini dengan hari lainnya, gw mencoba lakuin sesuatu yang ga biasa banget. Rendem panci rice cooker, masak aer panas, bikin teh manis dua gelas, kemudian sedikit mendumel liat acara tipi. Malesnya liat para ABG labil yang berteriak-teriak menyaksikan selebriti yang gw ga tau sapa namanya di acara Inbox SCTV.

Jam 10 lewat akhirnya nemuin Ruang Rapim di Rektorat ITB. Jam 11 nangkring di Gedung Indonesia Menggugat. Berpikir jam 14 bisa ke kantor lalu pulang ke kosan sebelum 20.00 WIB. Hari yang indah, pikir gw sambil tersenyum lebar tapi ga mirip kuda.

Tapi ternyata gedung bersejarah yang akrab juga disebut Landraat itu masih saja membuat gw betah nangkring sampai berjam-jam. Di sana ada teh poci yang menemani perbincangan dengan Reni dan Yulvi. Menyusul kemudian Kang Anwar yang datang terlambat.

Pembicaraan ngalor-ngidul. Reni berbicara tentang kewajiban menyetor berita ke Republika.com. Yulvi menimpali soal betapa berakarnya dia di dunia pendidikan Bandung dan ingin mencoba rasa di pulau lain. Sesekali beralih tentang alasan mengapa seseorang bisa begitu drop atau justru melejit pesat ketika berada di sebuah desk liputan. Yulvi Jon yang masih saja terlihat sumringah berbinar-binar mencari dukungan gw ketika berkata seseorang di lapangan bisa membuat wartawan semangat liputan.

SMS di hape simpati gw yang rusak itu menyela tawa. Siyal! Awalnya gw cuman pengen ngintip isi sms dari seorang rekan saya. Kirain pengganti gw di ekonomi itu ingin bertanya nomer telpon orang tapi ternyata…

Pediiihhhhh banget. Saya harus kehilangan satu orang lagi di keluarga Negara Kurawa. Perbincangan Reni dan Yulvi tentang masalah yang sempat mencuat di Kompas udah kaga bisa masuk ke otak gw. Samar-samar gw hanya mengingat kalimat “Setiap media punya masalahnya masing-masing. Tapi kalau udah berbicara masalah psikologis yang terluka, susah banget disembuhkan,”

Duh langit rasanya tiba-tiba jadi gelap. Gw masih aja susah melepas kepergian teman seperjuangan. Luka ketika melihat Lentera Merah kami dipangkas tanpa alasan yang logis itu aja belum kering. Masalahnya luka itu kembali terkoyak ketika gw dan teman-teman berdiskusi dengan penguasa kepegawaian yang terhormat. Penghancur mimpi, harapan, dan persahabatan yang gw pupuk selama tiga tahun terakhir. Sekarang luka semakin ternganga ketika formasi kami lumpuh lagi. Puas kalian semua!!!!!!! Ini kan yang kalian mau…

Satu per satu daun kembali meranggas

Asa pun lenyap tertiup angin yang panas

Monday, January 19, 2009

Curhat Untuk Sahabat

Sahabatku, usai tawa ini
Izinkan aku bercerita

Telah jauh, ku mendaki
Sesak udara di atas puncak khayalan
Jangan sampai kau di sana

Telah jauh, ku terjatuh
Pedihnya luka di dasar jurang kecewa
Dan kini sampailah, aku disini...

Yang cuma ingin diam, duduk di tempatku
Menanti seorang yang biasa saja
Segelas air di tangannya, kala kuterbaring... sakit
Yang sudi dekat, mendekap tanganku
Mencari teduhnya dalam mataku
Dan berbisik : "Pandang aku, kau tak sendiri,
oh dewiku..."
Dan demi Tuhan, hanya itulah yang
Itu saja kuinginkan

Sahabatku, bukan maksud hati membebani,
Tetapi...

Telah lama, kumenanti
Satu malam sunyi untuk kuakhiri
Dan usai tangis ini, aku kan berjanji...

Untuk diam, duduk di tempatku
Menanti seorang yang biasa saja
Segelas air di tangannya, kala kuterbaring... sakit
Menentang malam, tanpa bimbang lagi
Demi satu dewi yang lelah bermimpi
Dan berbisik :
"Selamat tidur, tak perlu bermimpi bersamaku..."

Wahai Tuhan, jangan bilang lagi itu terlalu tinggi



>> Rectoverso selalu membuat gw tergila-gila.
Kali ini track pertama album fiksikalisasi milik Dewi Lestari lagi jadi soundtrack gw.
Berhubung udah keduluan ada yang masang Lucky-nya Jason Mraz feat. Colbie Caillat, jadilah gw postingin lagu ini di Dunianya Epoy


Gracias a Dios que he encontrado
Para el pasado, el presente y el futuro
Voy a tratar mejor a mi amor que, Mi Knehans<<


Israel vs Palestina, Boikot, dan Kemanusiaan

Beberapa hari belakangan ini, siaran televisi tentang kondisi di Jalur Gaza. Setiap media terlihat latah mengirimkan perwakilannya untuk meliput suasana terkini di Palestina. Karena emang minim perkembangan atau terlalu sulit untuk ngulik sisi lain, pemberitaan homogen banget.

Bosen, bosen, dan bosen. Tapi siaran ini yang rutin ngehiasin tipi di kosan tiap dengerin Bedtime Story dari Ruben. Sebenernya gw slalu ada dalam posisi yang risih sih tiap ada konflik yang dipelopori ato sekedar ngelibatin Israel. Abisan selalu aja ujung-ujungnya jadi berujung ke konflik antar agama. Ruben sih cuek-cuek aja dan tetep berkata dengan bangga ada di posisi Israel. Hehehe.. kami berdua emang alumni Israel sih alias Ignatius Slamet Riyadi. :P

Beberapa hari lalu isu tentang agresi militer Israel ke Palestina juga sempet dijadiin topik Debat Mahasiswa. Udah ketebak banget jawaban mereka. Mereka yang berasal dari pemukiman muslim seperti daerah kosan gw rata-rata menjawab dengan ekstrim. Gabung kekuatan dan serang Israel! Sementara kalo dari mahasiwa yang berstatus PMK cenderung mendukung jalur damai.

"Sekalipun Palestina dihuni oleh masyarakat yang tidak beragama, konflik pasti tetap ada! Picik aja kalo akhirnya menjadikan ini sebagai konflik agama.." itu kata Desni Meriana Sinaga alias Meri-kyuw..

Tapi ya begitulah, aksi keprihatinan masih marak. Lebih rela galang dana buat negara di kawasan Timur Tengah dibandingkan korban gempa di Indonesia Timur sana. Boikot produk Israel dan kroni-kroninya [baca : amerika serikat]. Mulai dari Facebook ampe McDonald. Isu kaya ini santer banget di berbagai milist.

Kalo kata orang yang bisa melihat dari sisi yang logis, aksi boikot jelas-jelas tidak mungkin sekali. Aksi yang bodoh mengingat Indonesia bukanlah negara produsen barang-barang kebutuhan sehari-hari. Indonesia itu negara dengan penduduk yang konsumtif sekali alias cuma bisa make produk luar negeri. Kalo emang udah bisa cinta ama produk negeri sendiri, bukan cuma Palestina yang tersenuum. Industri dalam negeri yang sekarang lagi terpuruk gara-gara krisis global..

Thursday, January 15, 2009

Backstreet Boy Howie Dorough to Be a Dad

[taken from People]

Originally posted Tuesday January 13, 2009 06:45 PM EST

Howie and Leigh Dorough married in December 2007 Photo by: Damon Tucci
Backstreet Boy Howie Dorough to Be a Dad

Backstreet Boy Howie Dorough and his wife Leigh, a real estate broker, are expecting their first child in June, they tell PEOPLE exclusively.

"I know she's going to be a great mother," says Howie. "If she can take care of me, the biggest baby in the entire world, I think she's going to be okay with the little one coming along."

Adds Leigh: "I think he's going to be more hands-on than anyone expects. He's someone who will get up in the night and change diapers. He's such a partner of mine."

After marrying in December 2007, the Doroughs planned to travel before starting a family. "We've been together going on eight years, but we wanted to enjoy and adjust to living married life first," Howie tells PEOPLE. "So for the first eight months we traveled all over the world on an extended honeymoon."

Howie, 35, and Leigh, 34, had "an amazing time" as they hopped from Japan to Australia to Europe and back to North America on tour with his band. But tragedy struck last spring when Dorough's father Hoke was diagnosed with brain and lung cancer. He passed away just three months later in June 2008.

Focusing on Family

"That kind of put things into perspective – passing on and bringing new life into the world," says Howie. "At that point we started focusing in on having a child. The baby is due the same month that my dad passed away last year, so it's almost like realizing life is a circle.”

Leigh, whose cravings include blueberry muffins, devised a plan to break the news to Howie after discovering she was pregnant after only a month of trying.

"Leigh surprised me with breakfast in bed. [I knew] something was up," Howie recalls. "I looked down and saw the pregnancy test strip [on the tray]. The look on my face was like something from America's Funniest Home Videos. I thought, 'Oh my god! Here we go! This is it!' "

Says Leigh of conceiving so quickly: "We were really blessed and lucky."

Designing a Nursery

The couple, who doesn't want to find out the baby's sex before the birth, is planning a gender-neutral nursery. "We have a home in L.A. that's modern, a lot of wood," says Howie. "We want to do earth tones [for the nursery]. We've been talking about a jungle or safari theme."

The Doroughs say that many on Howie's side of the family are thinking blue – although Howie's siblings have children, and Leigh's sister had twins last year, there isn't a male to carry on the Dorough family surname. "So I think everybody would love a boy," he says. "We're just hoping for a healthy baby."

Howie is the third Backstreet Boy to expand his family – bandmate Brian Littrell and wife Leighanne have a 6-year-old son, Baylee, who was diagnosed with atypical Kawasaki Disease last month. Kevin Richardson, who left the group in 2006, has an 18-month-old son named Mason with wife Kristin.

The Backstreet Boys – who Howie says were "surprised but very, very enthusiastic" upon hearing his baby news – are currently recording a new album in L.A. before they head to South America in February to complete their world tour.

Wednesday, January 7, 2009

Keluarga Suzetta dan Para Penjilat

Heran... sulit banget bisa tidur malem
Mata slalu ga bisa terpejam sebelum jarum jam mendekati angka 4
Jadilah ga bakal bisa bangun kalo ga dibangunin

Hari ini ketiga kalinya menghadapi dunia pendidikan
Nyatanya Tuhan masih sayang ama gw
Selalu aja celah untuk tetep nulis brita ekonomi hihihi...

Tadi muka Paskah Suzetta tidak lebih dari 1 meter dari gw. Masih saja yang terbersit di kepala hanyalah laju pertumbuhan ekonomi ato pengangguran. Menunggu SMS saran dari anak-anak terlalu lama. Sosok perempuan mungil berkaca mata yang sudah lama gw kenal sebagai penunggu desk pendidikan Pikiran Rakyat baru membuat gw inget kalo seharusnya gw nanya tentang partisipasi pendidikan di RPJM 2004-2009.

Ga lama kemudian Alfin nyaranin tentang antisipasi bencana alam yang makin sering aja.
Hahaha.. gw udah keburu males. Yang ada di pikiran gw justru : "apakabar ya ama Eggi Suzetta?"

Udah lama ga ketemu ama Paskah ato ngedenger kabarnya Eggi. Beberapa waktu lalu sempet terdengar gosip dari anak-anak ekonomi. Sejak Paskah kena masalah, Eggi dikucilin ama para pengusaha. Padahal dulu orang-orang berlomba menjilat biar deket sama anak menteri bappenas ini. Tapi sekarang malah berlomba untuk menanam kesan tidak berkarib dengan ketua Hipmi Jabar itu.

Yah begitulah dunia kapitalisme.. Lo cuma bisa berjaya kalo punya kuasa!
Waktunya pulang. Gw udah bertekad mau belajar peduli ama keadaan diri sendiri
Bolu Meranti keju menunggu.
Semoga perjalanan dari Jalan Aceh ampe Jalan Setiabudi mulai lengang.
Jadi malam ini cuma sedikit orang yang ngeliat spanduk promosi caleg di salah satu sudut Jalan Sukajadi. Spanduk lelaki muda bermuka tambun dengan menanggalkan nama Suzetta dan memilih menggunakan nama Muhammad Eggi Hamzah..

Monday, January 5, 2009

Selamet Yee....!

Hari pertama liputan beneran di pendidikan. Guess what i faced today? Seminar Ekonomi Islam-nya Unisba di Hotel Panghegar. Okelah di sana akhirnya ketemu ama anak-anak pendidikan. Tapi pasukan Fordisweb juga ada. Ada Mas Didit, Kang Agus, Si Cantik Eva yang baru kehilangan hape di ATM, Kang Syarief tercintah, Agung yang lebih telat dr pada gw, dan lain-lain.

Dede Yusuf jadi primadona. Gw masih saja keheranan. How could this happen to us? How come?? Knapa orang ini beneran jadi Wagub Jabar. Lelaki yang masih saja menyilaukan orang-orang [baca : ibu-ibu] dengan keartisannya ketimbang visi seorang pemimpin.

Seperti dugaan gw, dia tetep ga bisa ngomong soal syariah. Bla bla bla bla... gw udah males duluan waktu diceritain ama Toro. Ucapannya Wagub ga berbobot sama skali. Gw sempet nyeletuk ke anak-anak napa ga ngomongin soal yang lain. Misalnya aja market share perbankan syariah di Jabar. Secara gitu, track record syariah di Jabar kata Bank Indonesia Bandung rada lumayan dibandingin kondisi nasional.

Gw jadi cerita ngalor-ngidul serasa apaan aja. Cerita mulai dari DPK dan kredit syariah ampe investor Timteng yang kebanyakan duit tapi kesulitan nanemin investasi syariah di negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia ini. Cuman ngulangin ceritanya narsum2 yang pernah gw ceritain.

Sampe ke kantor jam 2.30 PM. Hehehe sekarang ga ada acara nongkrong-nongkrongan. Gw blum punya setan temen nongkrong siy. Irvan pulang dengan muka agak-agak bikin ketawa soalnya hari ini pertama kali dia liputan BPS.

Thx God tnyata Desember ini deflasi 0,53%. Prediksi inflasi 2008 bakal nembus 13% meleset. Inlfasi tahun ini hanya 11%an. Sepertinya dampak krisis ekonomi globa baru kerekam pas triwulan pertama 2009. Dugaan gw tetep, makin parah di manufaktur. Ga apa-apa sih. Seenggaknya ada kasus yang bagus dibahas pas seminar otomotif ntar. Hmm...jadi inget belum lanjut ngobrol sama Mas Didit soal komunitas wartawan en rencana seminar otomotif. Banyak juga peer Fordisweb awal bulan ini. Semoga masih ada waktu dan kesempatan untuk berkancah di dunia per-duit-an ini.

"Bla bla bla... intinya bagusan kalo deflasinya ditaro atas soalnya jarang-jarang tuh van." Hmmm.. tnyata cukup lancar juga nyeritain. Gw ngebayangin sepertinya berguna banget kalo kelas diskusi Fordisweb bener-bener terealisasiin. Berguna ga hanya buat pewarta ato pelaku ekonomi tapi juga pemerhati yang eksternal seperti saya ini... :P

Ya sudlah tinggal direalisasiin aja. SMS dari Santi Indosat bikin gw bahagia. Gw percaya kesempatan itu masih ada selama sahabat-sahabatku masih di sana. Toh mimpi jadi entrepreneur masih bisa nunggu 3 taun lagi. Sembari nunggu, gw masih punya peer buat terus siapin diri buat manjangin nama gw dan isi otak gw.

Hehehe.. sekarang waktunya beralih dari www.detikfinance.com, www.okezone.com/economy, www.bisnis.com ke www.facebook.com hehehehehe :P ... Maksudnya ke www.unpad.ac.id, www.itb.ac.id, www.unpar.ac.id, www.widyatama.ac.id.



1 New Mesagge

"Selamat ya jadi bu guru. He2.."
From : Jule Mutaqien
6:47 PM

===

1 Message Sent

"siyal lu le! Tapi gpp biar gw bs jadi ekonom yang terpelajarlah. Hehe.."
to : Jule Mutaqien
6:50 PM

===

Sunday, January 4, 2009

Belajar Menghilangkan Benci

Minggu [5/1] malam. Rasa asam anggur Perjamuan Kudus masih melekat di perut buncit gw walo udah diisi nasi padang sisa makan siang tadi. Masih belum berniat melangkah keluar dan melajukan Si Beju ke Kamar No 1 Pond Al - Hikam yang sepertinya tengah disesaki pengunjung Mesjid DT.

Belum berselang 24 jam tapi gw belum bisa merealisasikan resolusi Januari 2009. Padahal tadi pagi gw dengan gamblangnya berkoar-koar ke Ruben yang sempet bete berat. Implikasi panjang dari kemumetan gw.

Waktunya pulang. Lelapkan kepala di antara bantal dan baju-baju kotor yang masih bergelimpangan di atas tempat tidur. Syukur-syukur Hera udah berbaik hati membereskan sebagian isi kamar. Tapi semoga saja kalimatnya Alfin masih menguing-nguing dengat kuat : "Bayimu" kan sudah diambil. Ga usah pusing mikirin karena udah berkali-kali kebukti kan kalo kamu tetep dianggep angin lalu. Sekarang apa lagi alesanmu buat ga ngurusin kuliahmu. Kamu mau selamanya tetap prematur kaya gini.

sudahlah vi..
Tegakkan kepala dan melangkahlah sekalipun jalan di depan masih gelap
setidaknya sampai beberapa bulan ke depan
you will go forth in grace alone