Thursday, February 26, 2009

Berharap Menjadi yang Terakhir

Selasa 240209


Rasa masih segar di ingatan waktu Jule, Mas Ono, dan saya berangkat penuh harapan menuju menuju Menara Kebon Sirih pada akhir Juni 2006. Semangat dan rasa kekeluargaan mulai terasa semakin kental ketika kami bergabung dengan teman-teman yang ternyata sudah berkumpul di sebuah ruangan. Mau Dibriefing sama Pemred, itu kata Kang Army. Di sana ada Ricky Susan dengan Kang Asep yang lebih mirip kaya bapak-anak, Asnil yang dandy, Ujang Marmuk dan Kang Nanang yang mungil minta dicuil-cuil, Kang Opik yang semi endut tp lucu, Tantan, Rudini, dan Toni yang sama-sama tidak terlalu banyak bicara. Satu lagi, sosok yang langsung menarik perhatian saya dengan gayanya yang belel dan lusuh. Hahaha… Kritis dan puitis. Itulah Annas NKH my beybeh poreper!

Bersama dengan beberapa jajaran pimpinan redaksi pusat serta Kang Army, Kang Wasis, dan Kang Faisal tercintah, kami menggodok tentang konsep couple SINDO Jabar yang siap terbit Juli 2006. Tercetuslah nama rubrik yang cukup aneh di telinga batak saya. Sebut saja Bentang, Pasisian sampai nama Seputar Cigabaya, Purwasuka, Cindrakusuma, dan lainnya. Walau masih awam dan ga terlalu ngerti, saya punya semangat tinggi untuk mengkuti setiap detik saat itu. Saya ga berhenti mencatat berbagi tips sebagai wartawan yang diharapkan Jakarta di sebuah kertas belel yang selalu saya simpan hingga sekarang. Akhirnya muncul juga konsep matang SINDO Edisi Jabar.

Harapan dan rasa cinta yang begitu luas membuat saya terus bangun setiap jatuh. Saya tahu masih punya banyak kekurangan tetapi bayangan Mas Teguh, dukungan Kang Udi, dan senyuman Kang Denimul selalu membuat saya semangat terus belajar menulis yang baik. Sesekali melirik tulisan ficer Kang Army yang kerasa banget soul-nya sambil sekadar melihat sejenak isi buku yang kerap dipromosiin Kang Army ketika bertandang ke Bandung.

Saya mencoba menutup mulut untuk ga mengeluh. Saya cinta banget sama koran ini. Saya marah melihat betapa pelitnya perusahaan ini tentang yang namanya kesejahteraan. Tapi satu hal yang saya sadar, saya belum memberikan yang terbaik. “Tunjukkan dulu kamu layak baru setelah kantor memberikan perhatian. Jangan belum apa-apa udah minta macem-macem. Itu namanya cengeng!” tegas Mas Faruq. Walau perempuan, saya ingin membuktikan kalo saya ga mau jadi orang yang cengeng.

Phupfffhhh….. satu tahun berlalu. Dua tahun pun lewat. Pemikiran “I’ll do anything for SIndo” selalu jadi biang masalah ketika saya berhadapan dengan keluarga dan kuliah. Saya memang ga bisa menjadi seperti Ujang yang masih menyisakan tenaga untuk menyelesaikan kuliah. Konsentrasi saya sepenuhnya untuk SIndo semata. Tutup mata dan telinga atas semua tawaran menggoda karena saya ingin melihat bagaimana “bayi” ini tumbuh, Namanya juga perempuan, saya sayang banget sama “bayi” Sindo. Ga peduli walau bayinya makin lama masih nyusahin dan nuntut macem-macem. Yahh, itulah cinta! Kecintaan terhadap sindo dan mimpi menjadi jurnalis yang punya arti membuat saya bertahan.

Senangnya hati ini melihat generasi-generasi baru berdatangan. Mereka melengkapi sisi-sisi tumpul. Mang Opik, Kang Iwa, Mas Eko, Evi Damayanti [senengnya akhirnya ada cewe di sindo], Raka, Kang Gin, lalu Kang Robby. Setelah itu munculah Young Generation Sindo. Sebagian memang akhirnya kena seleksi alam. Sisanya ada tenaga-tenaga fresh yang muda seperti Radi, Yenny, Andhini, Arif Gepeng, Irvan My beibs, Kang Kris, Mang Wisnoe…, Adi, Raden, Dede Ibin, Lukman, Benny, plus Mudasir.

Kang Yovan dan Kang Joni, para asisten redaktur nan ajaib itu serta Teh Wida menambah lengkap kemeriahan. Menyusul kemudian Trio Bali yang terdiri dari Ulum, Putu, dan Rohmat. Tuntutan memang banyak tapi rasa kekeluargaan yang ada didalam menjadi obat yang mujarab untuk hilangkan rasa kesal tentang ketidakjelasan di Sindo.

Tapi akhirnya suatu momentum melegitimasi ketidakjelasan abadi. Maaf akhirnya saya menambah luka bagi semuanya. Terutama bagi Kang Ogi sayangku cintaku. Harapan dan rasa cinta itu hancur berkeping-keping sejak penghujung tahun.

...

Maaf saya belum mampu menatap teman-teman semua untuk berpamitan. Seperti pesan Teh Wida, saya memang masih susah mengontrol emosi. Butuh waktu satu bulan bagi saya untuk menyiapkan diri berpamitan kepada Kang Ogi. Sampai Senin lalu saya masih ga kuat menatap mata dia yang telah jatuh bangun bersama saya di SINDO Jabar sejak Mei 2006 lalu. Seseorang yang jarang banget saya lihat sebagai bos karena hati ini telah lebih dulu melegitimasinya sebagai paket lengkap sahabat.

Maaf saya ga mau merusak tawa kalian semua. Senin malam itu hati saya tengah berada pada puncak kegelisahan. Saya sudah tidak bisa konsentrasi bekerja dan benar-benar terpuruk sejak awal Januari lalu. Tetapi lagi. Lagi, dan lagi, kehadiran kalian semua di Jalan Aceh No 62 selalu bisa membuat saya tersenyum. Saya ga ingin menghancurkan [sedikit] keceriaan dengan satu ucapan perpisahan lagi. Berkali-kali saya memandang mata Mang Wisnu tetapi berkali-kali juga mulut saya beku. Saya ga kuat melihat mata dimana saya selalu melihat keteduhan itu menjadi semakin suram. Ingin rasanya memeluk kalian semua tapi saya ga kuat untuk ngomong lagi. Lebih ga kuat lagi waktu Irvan meminta bantuan saya untuk meliput acara ekonomi yang ga bisa dia handle. Maaf beibs, maaf gw ga bisa lagi ngebantu lo bawa beban itu.

Maaf Kang Kris, saya ga berani membuka diri dalam percakapan kita via YM yang lebih sering saya invisible-kan itu. Radi, Arif, Dasir, Raka, Rudini, Opik, Iwa.. makasih banget buat semua dukungan kalian.

Kang Udi-ku & Kang Deni-ku.. makasih udah ngebimbing aku berubah dari nothing menjadi something. Semangat kalian selalu membuat aku berani bangun lagi setiap aku jatuh. Aku sayang banget kalian.

Maaf ya. Ternyata saya bukan perempuan super. Amunisi yang saya beli sendiri ini semakin sekarat. Di sisi lain ada tanggung jawab yang belum selesai di Jatinangor sana. Sudah waktunya menetapkan prioritas. Semoga kehilangan satu orang lagi bisa menjadi satu catatan untuk memperbaiki sistem. Saya benar-benar berharap menjadi yang terakhir pergi dari keluarga yg slalu bahagia walau di tengah krisis ini. Semoga saja.. Terimakasih ya semuanya.


Friends Forever

-evi panjaitan-

Sunday, February 22, 2009

Tebak-tebakan Ga Berhadiah

Tau ga apa persamaan antara Aa Gym, Eep Saefulloh Fatah, dan Ade Armando?
Ketiga orang ini merupakan tokoh yang punya idealisme tinggi dalam bidangnya masing-masing
Kepiawaian dan kedalamnya ilmunya wuihhh ga perlu diragukan deh!
Tapi ternyata ideliasme, ilmu, dan pengetahuan yang tinggi
Justru membawa mereka ke jalur yang sama.
Mereka sama-sama tidak tahan godaan yang berwujud perempuan.. Hehehe..


[Mengutip perbincangan para perempuan pas nongkrongin sidang kode etik di Rektorat ITB]

Wednesday, February 18, 2009

The Global Integrity Report about Indonesia at 2008

Siang-siang penuh dengan hawa panas. AC cuman jadi pajangan. Buka-buka imel dan nemu satu rekomendasi press release dari BIGS. Bandung Institute of Governance Studies yang sempet bikin gw kecanduan bikin berita APBD Kota dan Provinsi. Walo beberapa orang meragukan alasan yang mendasari ketertarikan gw belajar APBD. Memang gw doyan kok terlepas siapa orang-orang yang ada di belakangnya. Lebih doyan dibandingin ngegarap berita tentang Badan Hukum Pendidikan yang selalu sukses bikin gw puyeng tujuh puluh tujuh keliling.



Agak-agak miris bacanya. Info kaya gini nih jadi ladang empuk bua bahan iklan ngejatohin SBY-JK. Kalo kata Kang Jalaludin Rakhmat, sekarang eranya kampanye statistik. Kasian statistik. Padahal kan statistik selalu benar tapi orang yang gunain statistiknya yang sableng. Check this out :




EMBARGOED UNTIL: CONTACT:
10:00 AM EST Wednesday February 18, 2009 Nathaniel Heller, Global Integrity
202-449-4100;
nathaniel.heller@globalintegrity.org
http://report.globalintegrity.org Jonathan Werve, Global Integrity
202-449-8123;
jonathan.werve@globalintegrity.org



Unregulated Money in Politics Is Greatest Corruption Threat Globally, Study Finds

Indonesia’s performance in governance and anti-corruption is mixed



(Washington D.C.) – Regardless of income levels, the #1 corruption threat facing a majority of countries is the unregulated flow of money into the political process, a new report finds. The report, a major investigative study of 57 countries, was released today by Global Integrity, an award-winning international nonprofit organization that tracks governance and corruption trends globally.

“For the third straight year, poor transparency around the financing of political parties and candidates was the weakest element of most countries’ anti-corruption frameworks,” said Global Integrity’s Managing Director, Nathaniel Heller. “If we’re serious about rolling back corruption and abuse of power in both the developed and developing worlds, more effective safeguards to curb the influence of money in politics are desperately needed.”

The Global Integrity Report: 2008 covers developed countries such as Canada, Japan and Italy as well as dozens of the world’s emerging markets and developing nations, from Argentina and China to the West Bank and Iraq. Rather than measure perceptions of corruption, the report assesses the accountability mechanisms and transparency measures in place (or not) to prevent corruption through more than 300 “Integrity Indicators.” Gaps in those safeguards suggest where corruption is more likely to occur.

Global Integrity’s new Grand Corruption Watch List, introduced as part of the 2008 report, includes Angola, Belarus, Cambodia, China, Georgia, Iraq, Montenegro, Morocco, Nicaragua, Serbia, Somalia, the West Bank, and Yemen, all countries viewed at serious risk for high-level corruption. The Watch List identifies countries where the lack of effective conflicts of interest regulations, unregulated flows of money into the political process, and poor oversight over large state-owned enterprises combine to pose a systemic risk of large-scale theft of public resources. “Watch List countries are unfortunately characterized by a toxic mix of corruption risk factors that should be cause for alarm,” said Heller.

In Indonesia, Global Integrity reports how the country’s performance in governance and anti-corruption is mixed. Government accountability, the civil service, and the media’s ability to report on corruption earn weak ratings. There are no legal measures to protect whistle-blowers in the public and private sectors. Regulations governing political financing are weak and poorly enforced. Despite these areas of concern, there is some positive news. Indonesia earns very strong scores in voting and citizen participation, the enforcement of tax and custom laws and regulations, and transparency in the procurement and privatization process. Additionally, the anti-corruption agency and national ombudsman are rated as strong. Finally, a new (and potentially important) public access to information law will be implemented in 2010.

Several key countries experienced gains or backsliding since 2007. Important anti-corruption improvements were noted in Bangladesh and Nigeria; in China, a more positive assessment was linked to the introduction of a new regulation granting citizens access to government information. Noticeable decliners included Bosnia and Herzegovina and Ecuador; Georgia also slipped for the second straight year and continues to struggle consolidating democratic gains since the 2003 Rose Revolution.

“The country assessments that comprise the Report offer among the most detailed, evidence-based evaluations of anti-corruption mechanisms available anywhere in the world,” said Global Integrity’s International Director, Marianne Camerer. “They provide policymakers, investors, and citizens alike with the information to understand the governance challenges unique to each country and to take action.”

The report is the product of months of on-the-ground reporting and data gathering by a team of more than 260 in-country journalists and researchers who prepared more than a million words of text and 20,000 data points for their respective countries. The 2008 report covers the following diverse countries:

Albania
Angola
Argentina
Azerbaijan
Bangladesh
Belarus
Bosnia and Herzegovina
Bulgaria
Cambodia
Cameroon
Canada
Chile
China
Colombia
D.R. Congo
Ecuador
Egypt
Ethiopia
Fiji
Georgia
Ghana
Guatemala
Hungary
India
Indonesia
Iraq
Italy
Japan
Jordan
Kazakhstan
Kenya
Kuwait
Kyrgyz Republic
Lithuania
Macedonia (FYROM)
Moldova
Montenegro
Morocco
Nepal
Nicaragua
Nigeria
Pakistan
Philippines
Poland
Romania
Russia
Serbia
Solomon Islands
Somalia
South Africa
Tanzania
Tunisia
Turkey
Uganda
West Bank
Yemen
Zimbabwe

To access the Global Integrity Report: 2008, please visit http://report.globalintegrity.org/.

The Global Integrity Report: 2008 was generously supported by the Australian Agency for International Development, the Canadian International Development Agency, the Legatum Institute, and the World Bank.

Global Integrity is a leading international non-profit organization that tracks governance and corruption trends around the world. Working with a network of several hundred in-country journalists and researchers in 92 countries, we aim to shape and inform the debate around governance and anti-corruption reforms through in-depth diagnostic tools at the national, sub-national, and sector levels. Our information is regularly used by aid donors, civil society advocates, and governments alike to press for governance reforms in both the developed and developing world. For more information about the organization, visit http://www.globalintegrity.org/.


***

Ksatria Banci?



Ya, ya, ya… Memang sih hanya satu kata tapi sangat menyakitkan. Setelah satu hari absen dari dunia persilatan, gw mendapatkan beberapa hal mengejutkan. Salah satunya tentang sebuah kata yang semakin menghancurkan tenaga terakhir para ksatria-ksatria yang berkali-kali terbukti ketangguhannya menjalani kapal pesiar yang keliatan mewah dari luar tapi bobrok di bagian dalemnya.

Kata yang menuai reaksi baik dari para ksatria hingga simpatisan negara kurawa. Bahkan tetangga-tetangga yang jarang bersua tiba-tiba tertarik untuk turut bercuap-cuap. Sepertinya ini sudah mulai menjadi pengujian emotional quality sekelompok individu yang kata Psikiater RS Hasan Sadikin Bandung Teddy Hidayat belum punya kematangan kedewasaan. Untungnya tingkat agresifitasnya masih sedikit terendam.

Gw? Ah udah apatis tingkat akut. Toh pada akhirnya semua hanya menjadi debat kusir minim tindakan nyata. Malam ini lebih baik gw berkumpul dengan beberapa generasi keluarga Negeri Kurawa. Bicarakan apapun ditemani beberapa gelas kopi hasil jarahan Jule dan Irvan di Metro Garmen plus nasi goreng super lelet. Lepaskan kegelisahan dari beban pekerjaan dengan diskusi motivasi diri. Biarkan hape tergeletak begitu saja karena ada satu sms sangat amat ga ada penting-pentingnya dari tetangga di Jalan Bengawan [walo akhirnya ada dua orang jadi jutek gara-gara gw keterusin nyuekin hape ampe tengah malem.. hehehe maapp].


Perang batin di otak gw memang selalu lebih mereda setiap gw ngobrol ama Jule, temen sekampung di Depok dan Jatinangor yang bersedia mendengar babak baru di Negeri Kurawa. Lo emang terlalu dini pergi dari kita semua, le.

Perbincangan berlanjut ke Planet Futsal di Bikasoga Buah Batu. Ternyata rame juga. Pasukan Sindo plus Rezza Antara bergabung sama Tegil Detik, Wahyu Galamedia, Krisna PR, Toro Tribun, Sufyan Bisnis, Agus Gala, dan Joko PR. Terakhir nyusullah di Alfin Buncit dan Mas Bay.

Hmmm… udah lama nih ga nongkrong. Belakangan ini kehidupan gw rada terkontrol. Sisi liar lagi ilang menguap ke Sungai Cikapundung. Tapi malam ini gw ingin kembali melebur dalam malam-malam terakhir yang terasa indah. Walo malem ini harusnya gw istirahat di kosan. Uhhh…beratnya menerima kenyataan kalau dua ksatria yang paling gw hormatin harus pergi dari Negeri Kurawa. Sebagian dari kami sejenak merasa tenang ketika mendengarkan penggalan kalimat dari Kang Gin dan celetukan Mas E Si Kliru sampai penjaga tempat futsal mengusir kami secara halus.


Selamat jalan Mas Eko.. Sama seperti harapan ke Kang Gin, aku mendukung setiap langkah yang diambil untuk menata hidup tanpa kebohongan semu yang ga ada nilainya. God bless you, Ksatria Surabaya..!! Senang bisa mengenal dan memiliki dirimu. Pelukan hangat kami selalu ada buat Mas E. Mengutip omongannya Kris, apapun yang terjadi kita ini kan keluarga bahagia di tengah krisis. Inilah harta paling berharga yang kami banggakan di Negeri Kurawa. “We are family!”



Arghhh… badan gw mulai rontok, kaki jadi ikut kebawa pegel, kepala mulai puyeng lagi, mata perih. Waktunya untuk tidur dan berharap semoga ini hanya mimpi buruk yang terakhir. Mendingan gw mimpi dengerin Kris nyanyi lagu Kepompong deh..



Selasa, 17 Februari 2009
02:45
Planet Futsal Buahbatu dan berakhir di sebuah kosan sumpek di Gerlong Bandung

Thursday, February 12, 2009

Israel Mencari Pemimpin

Hasil Pemilu Israel Ketat
www.seputar-indonesia.com
Wednesday, 11 February 2009
Image

SELAMAT
, Menteri Dalam Negeri Israel Meir Sheetrit (kiri) mencium Menteri Luar Negeri Tzipi Livni

YERUSALEM(SINDO) – Partai Kadima memenangi pemilu parlemen Israel kemarin,tapi perang antara Tzipi Livni dan Benjamin Netanyahu baru mulai.

Kadima yang dipimpin Menteri Luar Negeri Tzipi Livni hanya mampu meraih 28 kursi, unggul satu kursi atas Partai Likud pimpinan mantan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu. Sejumlah pengamat menyatakan, meskipun Livni menang, dengan dukungan partai-partai lain,tokoh garis keras Netanyahu dapat kembali berkuasa.

Pertarungan kedua tokoh itu membuat masa depan perdamaian Israel- Palestina semakin tidak menentu. ”Pemenangnya memang Livni, tapi Netanyahu memegang kunci,”tulis surat kabar Yediot Aharonot setelah Kadima menyatakan kemenangannya. Media lain juga menyatakan bahwa tokoh garis keras Netanyahu memiliki kemungkinan untuk kembali menguasai kursi nomor satu di Israel.

”Livni memenangi pertarungan kemarin, tapi dia masih bisa kalah dalam peperangan selanjutnya.Dia (Netanyahu) kalah, tapi dia akan mengendalikan,” tulis tabloid Maariv. Pemilu Israel kali ini sangat mencemaskan banyak kalangan karena popularitas partai-partai garis keras kembali menguat pascaagresi Zionis di Jalur Gaza dan masalah keamanan.

Kembalinya tokoh garis keras seperti Netanyahu ke pentas politik Israel akan mempersulit upaya negosiasi perdamaian Timur Tengah yang didorong pemerintahan baru Amerika Serikat (AS). Hasil pemilu kali ini juga berpotensi menjatuhkan Israel dalam krisis politik jika para pemimpin partai menerapkan politik ”dagang sapi” dalam membentuk koalisi pemerintahan yang baru.

”Israel saat ini menghadapi kemungkinan krisis politik yang bisa jadi tak pernah kita lihat sebelumnya.Partai paling populer ialah Kadima, tapi mereka hanya menguasai 28 kursi.Ini menunjukkan Kadima tidak dapat berbuat banyak hal untuk menyusun koalisi hingga 60 kursi,” tulis Maariv.

Netanyahu dan Livni sama- sama mengklaim mampu membentuk pemerintahan baru segera setelah hasil pemilu keluar.”Kubu nasionalis yang dipimpin Likud telah memenangi mayoritas yang tidak dapat diragukan lagi,” sesumbar Netanyahu, 59, mantan PM Israel termuda yang berkuasa pada 1996 itu.

”Saya tegaskan bahwa saya akan mampu membentuk pemerintahan yang baru,” tambah Netanyahu. Secara teori, Netanyahu dapat mengumpulkan 65 kursi koalisi, termasuk dari Likud 27 kursi, partai ultranasionalis Yisrael Beitenu 15 kursi, 11 kursi dari partai ultraortodoks Shas, 5 kursi dari partai religius United Torah Judaism,dan 7 kursi dari dua partai ekstrem kanan Jewish Home dan National Union.

Livni tidak kalah sesumbar.” Saya dapat menyatukan seluruh kekuatan bangsa ini dan memimpin Israel.Rakyat telah memilih Kadima dan mendesak Netanyahu untuk bergabung dalam pemerintahan bersatu di bawah kepemimpinan saya,” tandasnya.

”Israel bukan milik sayap kanan dan pada saat yang sama, perdamaian bukan milik sayap kiri,” ujar Livni, 50, yang merupakan mantan pengacara dan mantan agen mata-mata Mossad. Livni secara teori dapat mengumpulkan 44 kursi koalisi, termasuk 28 kursi dari Kadima, 13 kursi dari Partai Buruh, dan tiga kursi dari sayap kiri Partai Meretz.

Sisanya, 11 kursi dipegang oleh partai-partai Arab yang tampaknya tidak ingin bergabung dengan koalisi pemerintahan Israel mana pun. Dalam sistem politik Israel, hanya partai yang mampu membentuk koalisi yang akan memimpin pemerintahan dan partai yang memimpin pemerintahan tidak selalu dari partai pemilik kursi terbesar di parlemen.

Menyambut hasil pemilu ini, Presiden Israel Shimon Peres menyatakan akan mulai melakukan berbagai konsultasi pada pekan depan. Pemilu kali ini memunculkan Avigdor Lieberman, 50, sebagai king maker baru. Tokoh Yahudi imigran Soviet itu merupakan pemimpin Yisrael Beitenu yang untuk pertama kali berhasil mengalahkan perolehan kursi Partai Buruh.

Ini merupakan perolehan kursi terburuk sepanjang sejarah Partai Buruh. Pemerintah Palestina menunjukkan kecemasannya atas menguatnya sayap kanan. ”Tampak jelas bahwa warga Israel memberikan suaranya untuk melumpuhkan proses perdamaian,”ujar negosiator senior Palestina Saeb Erakat. (AFP/Rtr/syarifudin)

Tuesday, February 10, 2009

Again??


Rihanna Batal Datang, Promotor Rugi Besar

Selasa, 10 Pebruari 2009 - 20:49 wib
Elang Riki Yanuar - Okezone

JAKARTA - Batal manggungnya Rihanna di Jakarta membuat promotor pusing tujuh keliling. Kerugian material yang ditanggung pun cukup besar.

"Yang pasti kerugiannya cukup besar, apalagi artisnya mahal, belum lagi peralatan dan keamanan. Yang pasti kami rugi, dan nggak bisa kami sebutin," ujar Troy Waroka, juru bicara ShowMaster, dalam jumpa pers di Resto Omah, Jalan Mpu Sendok 45, Jakarta Selatan, Selasa (10/2/2009).

Kabar mengenai pembatalan konser ini sudah didapat promotor dari William Morris Agency (WMA) selaku agen pada Senin 9 Februari pukul 23.00 WIB. Saat itu dilakukan teleconference dengan WMA yang diwakili Tony Goldring. Setelah teleconference, agensi baru memberi surat resminya.

"Mereka membatalkan dan Rihanna tidak jadi perform di Jakarta," sesalnya.

Mengenai langkah hukum yang akan diambil ShowMaster, Troy mengatakan pihaknya masih akan melakukan pembicaraan. "Akan diurus tim kami, masalah hak dan kewajiban kami," paparnya.

Mengenai kabar sudah ada tujuh kru Rihanna yang sudah datang ke Jakarta, Troy mengatakan itu tidak benar. Ketujuh orang itu hanya sampai di Hong Kong dan tidak menginjakkan kaki di Jakarta.

Ramai diberitakan media Amerika, Rihanna menderita luka-luka di sekujur tubuh akibat bertengkar dengan kekasihnya, Chris Brown. Rihanna masih dirawat di rumah sakit dan syok dengan peristiwa yang menimpanya.

Sebelumnya, pada 14 November 2008, Rihanna dijadwalkan konser di Jakarta. Namun, konser batal karena ada travel warning.(jri)

Monday, February 9, 2009

Penari Jaipong Harus Tutup Ketek!

Gubernur Jabar Minta Penari Jaipong Tutup Ketiak dan Kurangi 3G
Agus Rakasiwi - detikBandung



Herdiwan/dok.detikbandung

Gubernur pun meminta agar goyang, gitek, dan geol (3G) para penari juga dikurangi.

Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Kadisparbud) Jabar Herdiwan, saat dihubungi detikbandung, Kamis (5/2/2009).

"Belum ada instruksi atau statmen langsung ke saya dari gubernu. Namun gubernur pernah mengutarakan agar penari jaipong itu menutup ketiaknya dan mengurangi goyang, gitek dan geolnya," ujarnya saat ditanya soal adanya isu jika gubernur telah mengeluarkan instruksi pelarangan tari tradisional dari Jabar itu.

Saat ini santer isu mengenai larangan tersebut di tengah-tengah wartawan. Bahkan ada yang mengatakan jika gubernur telah mengeluarkan SK pelarangan tari jaipongan.

Herdiwan menambahkan tak hanya gubernur, sebagian masyarakat ada yang terganggu dengan penampilan penari jaipong. Misal, pakaian penari yang memperlihatkan ketiak dan goyangan si penari.

"Kalau saja bisa ditutup sedikit bagian aurat seperti ketiaknya, sebagian masyarakat yang risih bisa menerima," ujarnya.

Menurutnya penutupan aurat dan pengurangan goyang, gitek dan geol itu tidak mungkin mengurangi keindahan tarian. "Dikurangi sedikit tentu tidak mengurangi keindahan tarinya kan," ujarnya.

Herdiwan menyarankan perlunya pertemuan antara pelaku seni, pemerintah dan masyarakat, untuk membahas soal ini.

Saturday, February 7, 2009

Cakrawalaku pun Menghilang

Tidak perlu orang Badan Meteorologi dan Geofisika untuk tahu gelombang tinggi di Pantai Selatan
Tapi aku tidak peduli
Aku cuma ingin memberanikan diri melihat hamparan pasir

Pagi itu pantai di Palabuhan Ratu memang terlihat lengang
Gelombang menari dengan riang dan liar
Tak ada satupun yang berani mendekatinya
Termasuk burung dan ikan yang katanya peserta simbiosis di ekosistem bahari

Aku dan mereka pun hanya mencukupkan diri dengan menggoda ombak dari pinggir pantai
Pikirku, aku sudah bisa kembali mencintai pantai
Nyataya, bumi masih ingin membenamkan rasa kesal ke sanubariku
Di pantai ini aku mendapat peneguhan tentang matahari yang tak lagi bersinar di sudut sana

Phhuuuffpppphhhh…..
Tuhan, biarkan aku tegar melihat jejak langkah matahari yang sudah lebih dari satu tahun terakhir ini menaungiku dengan terik, cahaya, dan kehangatannya
Matahari yang benar-benar mengisi ruang kasih yang sudah lama lupa tentang makna seorang ayah
Benda langit yang bersinar dengan apa adanya di cakrawala biru mudanya

Terimakasih buat semuanya
Memang sudah waktunya bagi matahari untuk mengembalikan sinar yang lenyap di jalan yang sesekali dianggap tidak berpihak padanya
Selamat jalan matahariku
Aku janji akan tetap berjuang menjadi bonsai kecil yang teguh dan punya arti bagi hidup

Akhirnya sudah waktunya aku beranjak kembali
Sudah cukup pelarianku sejauh mungkin dari bumi parahyangan itu
Setelah menoleh sejenak ke arah pantai selatan itu, aku melangkah pergi
Cakrawalaku sudah pergi menuju harapan yang baru
Sekarang giliranku yang melanjutkan hidup


Ps : Berat sih tapi aku [pasti] baik-baik aja kok kang
Makasih yah kang gin…
Aku sayang banget sama kang gingin

Jumat 6 Februari 09
Kamar 327 Hotel Agusta Pelabuhan Ratu, Sukabumi

matahariku


by : agnes monica

tertutup sudah pintu, pintu hatiku
yang pernah dibuka waktu, hanya untukmu
kini kau pergi dari hidupku
ku harus relakanmu walau aku tak mau

berjuta warna pelangi di dalam hati
sejenak luluh bergeming menjauh pergi
tak ada lagi cahaya suci
semua nada beranjak, aku terdiam sepi

dengarlah matahariku suara tangisanku
ku bersedih karna panah cinta menusuk jantungku
ucapkan matahariku puisi tentang hidupku
tentangku yang tak mampu melakukan waktu

dengarkanlah kau matahariku

dengarlah matahariku suara tangisanku
ku bersedih karna panah cinta menusuk jantungku