Saturday, January 30, 2010

Oh Perempuan…


Perempuan itu selalu ada dalam malam-malamnya Adam Lavine. Harum tubuhnya melekat kuat dalam pikiran sang vokalis Maroon Five. Jiwa lelaki manis itu keranjingan perempuannya. Saking tergila-gilanya, Lavine berkata : “If I could bottle up the chills that you give me, I would keep them in a jar next to my bed. And if I should ever draw a picture of a woman, it is you that would come flowing from my pen,”

Terus dan terus Lavine merasakan candu dari perempuannya. Namun ternyata dia tetap tidak bisa memahami perempuannya secara penuh. Padahal Lavine merasa sudah mendapatkan kunci yang disimpan si perempuan dalam relung hatinya yang terdalam. Lavine selalu gagal mengenal perempuannya. Sama seperti halnya John Lennon yang ternyata juga pernah gelisah menjelaskan apa dan seperti apa perempuan itu sebenarnya.

Aku juga sebenarnya kurang paham secara utuh apa sih makhluk yang disebut perempuan. Bayangan perempuan yang saya tahu ya sosok yang seperti saya ini. Yang jadi masalah, saya tergolong spesies khusus. Hihhiihi... Abisan, emang banyak hal yang berbeda antara saya dan perempuan jenis lainnya.

Alkitab yang saya baca mengajarkan kalau perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Artinya macem-macem. Salah satu artinya, perempuan adalah pelengkap kehidupan pria. Kehidupan manusia, kata orang-orang, tidak berimbang tanpa perempuan. Tidak berimbang dari sisi biologis, psikologis, hingga agamis.

Pada fase tertentu, gambaran tentang perempuan semakin mengusik otak yang lagi kritis gara-gara psikomatis. Ironis, saya perempuan tetapi kok masih saja sering terusik dengan kewajiban, yang kata orang-orang lagi, udah jadi kewajiban seorang perempuan.

Perempuan normal... Hmmm pacar saya sering protes ketika saya menggunakan istilah perempuan normal. Jadi lebih baik saya menggunakan istilah ’perempuan pada umumnya’ saja. Perempuan pada umumnya menjalankan tugas-tugasnya sebagai perempuan. Mulai dari tugas sebagai anak perempuan, jadi perempuan dewasa, menghasilkan anak, dan membesarkannya. Itu tugas perempuan normal. Tapi apa iya ya? Apakah seseorang otomatis bisa menjadi perempuan setelah melakukan semua tugas kehidupan? Sepertinya dunia keperempuanan terasa begitu sempit...

Bukan, bukannya saya mengeluh jadi perempuan. Saya bangga menjadi perempuan. Apalagi setelah saya membuktikan kalau perempuan itu makhluk yang luar biasa. Jauh lebih indahnya ketika dicintai dan dilindungi. Cuman, saya sekadar bertanya tentang eksistensi seorang perempuan yang hakiki. Saya sedang mengumpulkan intisari perempuan yang langkahnya kepleset dan bahkan melenceng jauh dari makna menjadi perempuan. Biasanya, perempuan seperti itu jadi sasaran empuk hujatan atau justifikasi lainnya. Hmmm.. susah juga ya jadi perempuan (normal). Sekarang, selamat memasuki fase menyeramkan menjadi seorang perempuan! Teringat kata-kata Eva yang terlihat lebih cantik dengan kerudungnya : ”Ayolah Poy, emang sekarang waktunya untuk kita. Menjadi seorang perempuan justru semakin nyata ketika kita menjalankan fase itu bareng seseorang yang emang pengen kita persembahkan hidup kita.”. Oh perempuan....!!

*ini akhir tulisan tapi jidat saya masih tetep berkerut.

Monday, January 11, 2010

ayayayayyy...

Hmmmm.... bener2 hari-hari yang ga pernah gw duga sebelumnya
dari dokter ke dokter
rs ke rs
tukang pijet ke tukang lainnya
ga oke banget sih gw

ga knapa kok
ini cuma penyakit pikiran dan jiwa aja
hehehe.. semoga aja ky gitu