Thursday, December 23, 2010

^^ I'm Home for Christmas ^^

Yeahhhh finally i'm home! I mean, i'm going back to Jogjakarta.. Huhuy... So so so so excited to start doing anything.

There was so many plan to do today. But the truth i slept until 7 o'clock. Xixixi.. Ternyata, bergadang di malam hari - bangun mendahului ayam berkokok - ketok ke rumah orang jam 5 pagi - meninggalkan Sultan Baddarudin II jam 6 lewat dikit - jogging di Soekarno Hatta dengan iringan suara "Ayo mbak cepetan. Udah mau berangkat tuh!" - dipelototin insan manusia sepesawat karena ternyata aku dan Siska adalah dua penumpang terakhir - jam 9 pagi gembira luar biasa melihat tulisan "Adisucipto" - dannnn ternyataaaa bagasi masih di Cengkareng!

Sebenernya mau ngedumel sih tapi semuanya lenyap ketika akhirnya bertemu Miss Elly. Jadilah kita bertiga cerita-cerita (baca:curhat) ampe nunggu flight Singa dari Jakarta selanjutnya.

Hohoho... Sekarang waktunya liburan! Seperti kata Siska, "Inget pesen Ms Elly. Jangan omongin tentang sekolahan selama liburan. Apalagi soal itu tuh..." xixixi...

Monday, December 20, 2010

Tamu Agung dan "tamu agung" di Palembang

Ada satu keironisan besar yang agak mengganjal saya di hari-hari terakhir saya di Palembang. Topiknya tentang "tamu agung" dan Tamu Agung.

Sebutlah saja ada dua orang tamu yang datang hampir bersamaan pada akhir Desember 2010. Tamu pertama adalah tamu yang dipandang agung karena statusnya sebagai birokrat pusat. Kedatangannya benar-benar mendapat perhatian penuh dari hati dan juga jiwa sang tuan rumah. Persiapan dilakukan seminggu penuh dengan mengerahkan tenaga kuda yang ada. Hahaha... Makin mantabs lagi ketika sang "tamu agung" dikabarkan membawa orang media massa (baca: wartawan). Media nasional pula. Beuhhh... Super duper sibuk. Jadilah banyak sekali kepalsuan yang mendekorasi. Sangat khas sekali! Pemandangan khas oleh para penggemar publikasi. Xixixi..

H-7 waktunya membuat konsep. H-5 waktunya jadi petugas kebersihan. H-3 berubah jadi ibu-ibu PKK. H-2 memikirkan rencana terselubung biar bisa ikutan show off. Dannn... H-1 ternyata tidak sesuai angan-angan. Entah siapa sebenarnya yang berhalusinasi.

Beberapa harinya setelah itu, waktunya untuk tamu kedua. Tamu kedua ini merupakan Tamu yang benar-benar Agung. Seharusnya seperti itu. Tapi realitanya...boro-boro ada kemeriahan. Beberapa anggota tuan rumah malah seakan dibungkam. Tidak ada apresiasi. Banyak yang seakan jijik ketika bersuara, dan bahkan mendengar sukacita tentang selebrasi kedatangan Tamu Agung.

Hmmm.. Sudahlah! Saya sendiri sudah terbiasa mendapat perlakuan seperti ini. Saat-saat kaya gini yang justru membuat saya bangga menjadi minoritas.

Yes, i am really proud to be a Chistian! And i want to celebrate the birth of My Royal Kings, Jesus Christ, whereever i stay...

Tuesday, December 7, 2010

Lima Hari Ananda di Dunia

Tangan mungil Ananda Putri Esya menggenggam erat jari telunjuk ayahnya. Sentuhan kulit pertama. Dengan berat hati sang ayah berkata, "Nak jika kau ingin pergi, pergilah. Ayah rela..". Genggaman itu terasa semakin erat. Setelah itu detak jantung Ananda benar-benar berhenti. Dia pergi kepada Sang Pencipta tanpa pernah bertemu dengan ibunya.

Ananda adalah putri dari teman guru di Palm Kids Palembang. Saya berani menulis kisah ini karena saya belum terhubung di dunia maya dengan Miss Endang, teman saya itu. Kandungan Endang masih genap tujuh bulan ketika harus melahirkan. Entah aktifitas yang terlalu melelahkan atau memang kondisi rahim yang kurang prima, Endang mengalami pendarahan pada awal Desember lalu. Pendarahan tidak kunjung berhenti sehingga keesokan paginya dokter memutuskan untuk mengeluarkan bayi Endang secara Caesar.

Sayang sekali saya belum dapat kesempatan untuk menatap bayi itu ketika menjenguk Endang di RSU Muhammadiyah Palembang. Endang sendiri juga berkata, dia pun baru melihat foto anak lewat ponsel suaminya. Si kecil harus langsung masuk inkubator. Anggota tubuh lengkap tapi beratnya 1.4 kg saja. Ketika kami datang Endang yang masih terlihat lemas tampak sedikit berseri saat bercerita tentang si kecil. Batinku berkata, mungkin dia membayangkan sukacita saat akan berbelanja kebutuhan anak dan mencari nama yang cantik. Tapi ternyata Tuhan berkata lain..

Jelang dini hari (6/12) kondisi si kecil berada di titik paling rendah. Dia gelisah seakan menunggu sesuatu. Dokter segera memanggil sang ayah lalu mengizinkan ayahnya menyentuh putri kecil itu. Dan benar, si kecil langsung menggenggam jari ayah. Dia tersenyum. Layar di mesin penanda detak jantung menunjukkan garis lurus yang panjang. Semua orang yang ada di ruangan itu menangis..

Ananda Putri Esya, demikian nama dadakan yang diberikan kepada si kecil. Nama itu muncul begitu saja ketika ayah dan nenek tengah mengurus persiapan pemakaman. Lima hari menjadi waktu yang cukup bagi Ananda Putri untuk merasakan kehidupan di dunia. Dia bersemayam di Pemakaman Gunung Meru, Palembang. Kini si kecil Ananda sudah tenang bersama Yang Maha Kuasa.

Semoga Kak Bram dan Miss Endang kuat ya..