Wednesday, December 7, 2016

25 Hari Bersukur : Hari ke 4

"B'ri syukur, b'ri syukur, b'rilah syukur selalu 
Susah ataupun senang b'ri sykur
Panjatkan doamu, setulus hatimu
KasihNya kini jadi milikmu"


Tulisan ini rangkaian dari 25 Hari Bersyukur yang terinspirasi dari kuis Pdt. Ratna Indah Widhiastuty dimana saya gagal dengan suksesnya. Saya pun menantang diri saya sendiri untuk berdamai dengan pikiran dengan cara menuliskan 25 hal baik maupun kurang baik dalam hidup saya. Sungguh, saya bersyukur dengan semua hal tersebut!



25 Hari Bersyukur : Hari ke 4 - PMI Bantul 

Serius, saya bersukur untuk PMI Bantul yang telah hadir menghiasi hidup dan pekerjaan saya. Kalian adalah PMI paling kece yang pernah saya temui. Kalau penasaran kok bisa ya mencantumkan nama PMI Bantul sebagai salah satu dari 25 hal di dunia ini yang sangat saya syukuri, silahkan berkunjung ke ke tulisan saya yang satu ini : Mengenal PMI Bantul.

Selamat berkunjung! Ulasannya bertahap akan saya perbarui. Ternyata foto-foto pendukung belum tersimpan di laptop pribadi saya jadi belum dapat dipublikasikan. Sementara saya masukkan foto narsis ini dulu. Hehehe.. 

Foto dulu ah sama tim medis PMI Bantul yang tertugas pada Donor Darah & Pengobatan Gratis
di GKI Gejayan Bakal Jemaat Adisucipto, Minggu 4 Desember 2016


Mari Kenalan dengan PMI Bantul




Logo ini rutin muncul di agenda kerja saya setiap tiga bulan sekali sejak Tahun 2014. Di tempat saya bekerja, salah satu tugas saya memfasilitasi rekan-rekan di Tim Kesehatan menyelenggarakan kegiatan Donor Darah di GKI Gejayan Bakal Jemaat Adisucipto. Saya sendiri jatuh cinta dengan PMI (Palang Merah Indonesia) Bantul, Yogyakarta. Berikut ulasan saya bekerja sama dengan teman-teman medis di PMI Bantul. 

Seperti informasi di atas, saya ditempatkan bekerja di cabang GKI Gejayan di kawasan timur Yogyakarta. Setiap tiga bulan kami rutin mengadakan donor darah yang mengikutsertakan internal jemaat, jemaat dari gereja sekitar, dan juga warga sekitar gereja. Secara demografis, lokasi kami terletak di wilayah Sleman. Berbeda dengan gereja induk yang dekat ke pusat kota Yogyakarta. Gereja induk sudah punya PMI langganan yaitu PMI Kota Yogyakarta. Sementara itu kami butuh waktu hampir satu tahun untuk menemukan rekan PMI yang tepat dan pas di hati.

Sampai pada akhirnya saya berkenalan dengan Mas Muhamad Lutfi yang sempat menjadi koordinator penjadwalan di PMI Bantul. Kami, terlebih lagi saya sendiri, sangat puas dengan cara kerja Tim di Unit Donor Darah PMI Bantul. Tidak ada rasa sungkan atau risih melayani kami yang ingin mendonorkan darah. Kerudung yang tertata rapih di kepala tim medis PMI Bantul seakan terlihat indah ketika bercengkrama dengan pendeta, penatua, dan jemaat biasa di salah satu ruangan kami. Kita semua pasti tersenyum melihat pemandangan rekan tim PMI, yang di name tag tertera nama yang muslim sekali, menyapa anak-anak kecil sambil sesekali menggendong mereka yang penasaran dengan alat-alat "ajaib" yang berjejer di meja pendaftaran dan pemeriksaan donor darah. Tuhan memberkati setiap pekerjaan baik kalian semua!

Tertarik bekerja sama dengan PMI Bantul? Berikut ini cara melakukan kerjasama pelaksanaan dengan PMI Bantul :
1. Tentukan tanggal pelaksanaan donor darah. Siapkan beberapa tanggal alternatif. Pastikan tanggal itu berkisar satu hingga tiga bulan dari tanggal saat ini. 
2. Hubungi via telepon ke  Unit Donor Darah PMI Bantul di 0274 - 367987 untuk melakukan pemesanan. Saya sendiri biasanya langsung memesan satu tahun karena tanggal pelaksanaan di tempat saya cenderung tetap. Berikan informasi detail kegiatan donor darah agar Tim PMI bisa memperkirakan sumber daya yang akan dikirimkan. Kira-kira ini ceklistnya :
  • Tanggal dan lokasi pelaksanaan kegiatan.
  • Gambaran keadaan tempat penyelenggaraan. Apakah itu ruang terbuka, ruang tertutup, luas, atau sempit, dan sebagainya. PMI Bantul juga memiliki fasilitas bus PMI yang nyaman sekali untuk pengambilan darah. Suasananya seperti bus super eksekutif karena kursinya bisa untuk posisi tiduran. 
  • Estimasi jumlah peserta dan segmentasinya. Agak "berabe" ketika ternyata tempat tidur yang disediakan jenis tempat tidur portable yang tinggi ketika peserta kebanyakan berusia lanjut. Atau, misalnya peserta kebanyakan perempuan yang gemar memakai rok pendek dan pada hari H lupa disediakan kain atau selimut penutup kaki.  
  • Tim pendukung dari panitia acara yang bisa membantu Tim Medis PMI untuk membantu pengenalan lapangan.  

3. Setelah ketemu tanggal yang cocok, kirimlah surat resmi ke PMI Bantul. Surat tertulis dapat dikirimkan ke Jl. Jend Sudirman No.1, Bantul, Kec. Bantul, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55711. Atau, kita bisa juga mengirimkan surat eletronik (email) ke utdcpmibantul@gmail.com. Kalau kamu bertanya, "Kan sudah janjian via telepon? Kok masih harus surat-suratan lagi?". Surat itu penting banget. Tulisan selalu jadi peneguhan ucapan lisan. Terutama ketika kita sang pengirim surat dan penerima surat belum pernah kenalan sama sekali. Di surat itu, kita wajib menyantumkan contact person pelaksana donor darah. Teorinya, PMI akan menghubungi kita untuk memberikan konfirmasi persetujuan. Prakteknya juga demikian. Saya sendiri merasa lebih tenang ketika sudah mendapatkan nomor kontak pribadi petugas penjadwalan donor darah. Jadi yakin kalau tim medis  PMI hendak tidak bermasalah di perjalanan menuju lokasi pada hari - H.
4.  Bersiaplah pada Hari H. Pastikan tim PMI sudah berangkat dan tidak salah alamat. Berikan senyuman yang manis kepada calon peserta donor darah. Oiya, jangan lupa ikhlas! Saya sering mendengar omongan nyinyir tentang darah yang diambil gratis tapi ketika kita harus membayar mahal ketika butuh darah. Untuk kalian yang masih berpikiran seperti itu, berkunjunglah ke PMI dan lihatlah cara penanganan darah supaya tetap layak digunakan bagi mereka yang membutuhkan. Terimakasih kepada PMI Kota Bandung yang telah mengajarkan saya setiap alat-alat mahal super sensitif untuk menjaga darah-darah tercurah itu. Mereka tidak mengawetkan darah hanya dengan jeruk nipis lho biar tidak mengental. 

Selamat berdonor darah! Selamat berbagi kasih!    

Note : Prosedur di atas juga bisa dipakai ketika kita ingin bekerja sama melakukan donor darah denga PMI lainnya. Semoga berguna ya.

Bajem Adisucipto, Minggu, 4 Desember 2016

    




25 Hari Bersyukur : Hari Ke 3

"B'ri syukur, b'ri syukur, b'rilah syukur selalu 
Susah ataupun senang b'ri sykur

Panjatkan doamu, setulus hatimu
KasihNya kini jadi milikmu"


Tulisan ini rangkaian dari 25 Hari Bersyukur yang terinspirasi dari kuis Pdt. Ratna Indah Widhiastuty dimana saya gagal dengan suksesnya. Saya pun menantang diri saya sendiri untuk berdamai dengan pikiran dengan cara menuliskan 25 hal baik maupun kurang baik dalam hidup saya. Sungguh, saya bersyukur dengan semua hal tersebut!

25 Hari Bersyukur : Hari ke 3 - Persahabatan

Saya itu menyenangkan sekaligus menyebalkan. Beruntung, saya selalu dikelilingi orang-orang baik. Mereka tidak banyak tapi cerita saya bersama mereka abadi seperti prasasti. Aheuy! Seiring dengan berjalannya waktu (tua), jumlah sahabat semakin berkurang. Ya sebenarnya ini salah saya juga sih. Saya makin lama makin introvert. Entahlah sindrom apa ini. Oke, mari mengingat mereka para orang-orang baik yang pernah dan masih singgah di hidup saya.

Pada masa sekolah dasar, ada .... Duh kok lupa ya. Maapkeun.. 

Lalu di masa SMP - SMA itu siapa ya yang masih kontak sampe sekarang? Kecuali Ruben yaa.. Dia lepas dari hitungan. Hmm.. Sebagian besar berteman di media sosial saja. Setiap jempol dan komentar kalian tetap membuatku tersenyum lalu berkata dalam hati : "Ih mereka masih inget!".

Datanglah kemudian masa-masa indah di Jatinangor dan Bandung. Ada kalian semua teman-teman di Jurnalistik Unpad dan Perkantas Jatinangor. Ada F4 Kostan Green Hills, Janda-Janda Arjuna, Cherishta, Permen, lalu orang-orang cihuy sesama jurnalis Bandung. Terutama kalian Keluarga Besar Koran Sindo Jabar Edisi Surapati 14 atau Aceh 62, kalian adalah sahabat sekaligus keluarga pertama yang jadi tempatku bertarung di dunia jurnalistik tegangan tinggi alias "jurnalistrik". 

Pindah ke Jogja, saya juga sempat tempat kerja yang banjir sahabat. Baik itu rekan sesama guru, atau murid, hingga orangtua, banyak orang baik yang tulus di Palm Kids School. Senang rasanya melihat kemajuan mereka semua. Begitu juga keluarga besar GKI Gejayan dan Pos-Pos Jemaat-Bakal Jemaat Adisucipto.

Saat ini pun saya juga kebanjiran orang baik di tempat saya bekerja. Yah, memang sih tempat saya bekerja itu gereja. Sudah sewajibnya dong orangnya baik-baik. Ya... banyak juga orang yang "menyeramkan". Justru sebenernya saya ngeri sama orang-orang yang "agamis" lho... Apapun itu agamanya. Mendekatlah sama mereka yang mengikuti Tuhan dan menjauhlah sama mereka yang mengikuti agama. Sekali lagi apapun itu agama mereka dan apapun itu tuhan mereka.

Kalau memang beruntung, mau dimana pun kita ada pasti ketemu aja deh orang-orang yang mau bersahabat sama kita. Entah itu di tempat ibadah, di tempat prostitusi, di jalanan, di tempat kerja, di tempat studi, di lapangan, di diskotik, di gunung yang tinggi, hingga di lautan yang luas. Sahabat pasti ada! Mereka tidak perlu dicari tapi dipelihara. 


Terimakasih untuk semua pelukan, dorongan, hingga "tamparan" kalian, sahabat-sahabatku. Saya tahu kalian semua baik sekali sama saya.

Picture taken from here 



Saturday, December 3, 2016

25 Hari Bersyukur : Hari ke 2

"B'ri syukur, b'ri syukur, b'rilah syukur selalu 
Susah ataupun senang b'ri sykur
Panjatkan doamu, setulus hatimu
KasihNya kini jadi milikmu"

Tulisan ini rangkaian dari 25 Hari Bersyukur yang terinspirasi dari kuis Pdt. Ratna Indah Widhiastuty dimana saya gagal dengan suksesnya. Saya pun menantang diri saya sendiri untuk berdamai dengan pikiran dengan cara menuliskan 25 hal baik maupun kurang baik dalam hidup saya. Sungguh, saya bersyukur dengan semua hal tersebut!

25 Hari Bersyukur : Hari ke 2 - Keluarga

Saya seorang Panjaitan, yang menikah dengan pria dari keluarga Knehans, yang diberi kehormatan menyandang marga Hutahaean. Bisa dibayangkan kan betapa besarnya keluarga saya.

Panjaitan (dari Bapak). Siahaan (dari Mamak). Knehans (dari Papa Mertua). Sastrosoekotjo (dari Mama Mertua). Hutahaean (dari Keluarga Angkat Ruben).

Banyak! Mereka semua baik dengan segala Keunikannya. Saya bersyukur punya keluarga yang "Bhineka Tunggal Ika" banget.

Lepas dari semua, saya sangat bersyukur dengan tiga orang ini :

Ini foto saya dengan kedua adik tercihuy sedunia. Kini kami terpisah di tiga kota yang berbeda. Saya dan suami di Jogja, Andi dan istri di Jakarta, lalu Hera di Bandung.

Dengan semua kelebihan dan kekurangan yang ada pada kami bertiga, saya sungguh bersyukur dianugrahi persaudaraan ini. Saya teringat doa sederhana tiga sahabat yang merupakan penduduk pribumi di suatu pedalaman Afrika ketika diajarkan tentang doa yang baik oleh seorang misionaris. Doa tulus dalam hati.

"Kami bertiga, Kamu bertiga, terpujilah namaMu. Amin."

Friday, December 2, 2016

25 Hari Bersyukur : Hari ke 1

Pengantar :
Sebutkan 25 hal yang saat ini kamu syukuri? Pertanyaan sederhana dari Bu Ratna Indah Widhiastuty di Persekutuan Karyawan GKI Gejayan, Kamis (1/12). Selesai! Saya kaget ketika teman-teman lain berhasil menuliskan lebih dari 5 poin dalam kurun waktu sekitar 2.5 menit. Bahkan Pak Paulus Lie & sepetinya Kak Irmanda Y. Saroinsong mencapai 15 poin. Sementara saya hanya 4 poin. Itu pun sebenarnya hal ke 4 belum selesai kata-katanya jadi bisa dibilang skor saya 3.5 poin.

Oh tidak! Saya terkejut betapa ternyata saya terlalu sibuk dengan pikiran saya sendiri sampai lupa mensyukuri hal-hal baik di sekeliling saya. Lalu sepanjang hari itu saya merenung, parah sekali kamu, Epoy! Oke saya menantang diri saya sendiri untuk setiap hari menuliskan 25 hal yang saya syukuri dalam hidup. Menulis dimulai! *sambil kibar bendera start*

Eh tapi nyanyi dulu lah kita:
"B'ri syukur, b'ri syukur, b'rilah syukur selalu
Susah ataupun senang b'ri sykur
Panjatkan doamu, setulus hatimu
KasihNya kini jadi milikmu"

Hari ke 1 : Bersyukur untuk Teman Hidupku

Terimakasih Tuhan untuk Ruben Frederik Knehans, teman hidupku. Oiya, kemarin dia ulang tahun ke 33. Selamat hari AIDS! Hehehe.. Selamat ulang tahun ya, yang. 

Terimakasih Tuhan Yesusku untuk Ruben. Teman hidupku di masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Terimakasih sudah memilihkan dia yang tidak sempurna itu untuk jadi teman hidupku. Ketidaksempurnaan kami membuat kami cuma bisa berserah sama Tuhan untuk melangkah di dunia pernikahan yang mirip arena sirkus ini.

Terimakasih karena saya bisa tertawa, menangis, diam, marah, histeris, berusaha, meraih mimpi, bermalas-malasan, melayani Tuhan, sakit, mengalah, berjuang, menggemuk,  dan menua bersama Ruben. Tanpa Ruben, saya tidak bisa menjadi dynamic duo. I love you, Ben!