Monday, May 5, 2025

Lilin itu Bernama Sahala



Apa itu 'turun ke bawah'? Pemborosan kata. Turun ya pasti ke bawah. Memang ada turun ke atas?

Kata apa itu 'kenapa'? Cek KBBI. Mana yang betul 'kenapa' atau 'mengapa', atau kamu mau bilang 'kena apa'?

Ah, apa itu 'down to earth'? Memangnya tidak ada padanannya di Bahasa Indonesia? Tulisan yang baik harus bisa dimengerti pedagang di pasar sampai presiden. Sederhanakan bahasamu.

Teliti lagi 'di pisah' atau 'dipisah'. Kamu mau bicara tempat atau kata kerja? Masa kesalahan sepele seperti ini masih muncul sih.

Dan, tentunya masih banyak detail koreksi menyebalkan selalu muncul dalam setiap pertemuan dengan Bang Sahala. Ini belum masuk kalimat hantaman selanjutnya seperti : "Tulisanmu dangkal", "Ini cuma bagus buat buku harianmu saja", "Riset dari mana ini?". Makjleb deh koreksinya Bang Sahala dengan tinta merahnya. Harus jaga lisan, tulisan, dan perasaan sebelum menghadap Bang Sahala yang konservatif. Hahaha..

Gilanya lagi, rasa waspada dikoreksi Bang Sahala masih muncul bahkan 22 tahun kemudian. Padahal aku tak lagi bergelut di dunia wartawan. Sahat Sahala Tua Saragih itu sungguh Ivan Lanin versiku. Efeknya apa? 

Salah satu yang paling sederhana, aku menulis pesan teks aja harus sesuai EYD. Hahaha... Dahsyat! Mau komentar atau bikin materi kelas? Ya riset dulu. "Kelamaan mikir lo ah", begitulah seringnya celetukan orang ke aku.  

Aku ini padahal hanya butiran debu di antara ribuan orang hebat besutanmu, bang. Masih banyak hasil gemblengan 'militer' seorang Sahala bertebaran hingga ke ujung bumi.

Semua ilmu di kelasmu berguna banget, bang. Kami tahan banting. Seberdampak itu efek Sahala bahkan hingga puluhan tahun kemudian. 

Lalu, minggu sore itu aku tersenyum liat foto kiriman Icha temanku di Jurnal 2002. Temanku, yang muslim ini, mengabadikan foto saat dia dan teman-teman lain ikut mengantarkan Bang Sahala di gereja GKPS Bandung. Uhh.. indah banget. 


Ada dua spanduk yang mendampingi peti putih tempat Bang Sahala terbaring. Di kiri bertuliskan : "Persekutuan dan pelayanan yang berdampak". Sementara di sisi kanan : "Giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan karena kita telah dipilih dan ditetapkanNya untuk menghasilkan buah". Ah, akhir yang indah.

Tugasmu sudah selesai, bang. Berdampak dan berbuah. Hidupmu sudah jadi berkat. Tapi sinarmu tidak meredup bahkan oleh kematianmu. Pileleuyan ya bang.

-K1A02070-

Foto 1 : Himpunan Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran
Foto 2 : Icha Jurnal 02 (Annisa Halimatusyadiah)

 

Sunday, January 19, 2025

Gentong Air, Anggur, dan Penikahan di Kana


Kana di kepalaku selalu identik sama anggur "ajaib"*. Baru kali ini aku diajak fokus ke tempayan alias gentong air. Ternyata di waktu yang tepat, air gentong gak berharga itu bisa berubah jadi anggur andalan sommelier terbaik semesta.

Gileee.. air gentong kalo kata orang mah bagusan buat cuci kaki doang woy. Eh tapi di tangan Tuhan, air itu malah disulap jadi wine terbaik tanpa perlu proses fermentasi nan ribet dan mahal. 

Beberapa hari lalu aku makjleb sama sound di Tiktok. Gak usah ngiri sama kesuksesan orang lain. Kita gak tau apa udah Tuhan ambil dari dia. Segala sesuatu di dunia ini udah pas baik buruknya. Yin dan yang kehidupan akan selalu tepat takarannya.

Fokus ke diri sendiri aja. Kontrol apa yang bisa kita kontrol. 
Gak usah ngeluh.
Gak usah khawatir.
Sekalipun kita ada di padang gurun nan gersang, Tuhan pasti pelihara**.
Gak ada sehelai rambut yang jatuh tanpa seizin Tuhan. 

Hari ini kita mungkin masih jadi air di gentong. Suatu hari di waktu yang tepat, air itu akan Tuhan "matangkan" jadi anggur terbaik yang pantas disajikan di jamuan kehidupan spektakuler.

Makasih ya bapak ibu paduan suara minggu (19/1) dan Kak Dharma di GKI Kranggan buat lagu yang bikin semua jemaat sing-a-long. 


"Tuhan selalu menolongku
Selalu menjagaku
Dia mengenyangkanku dan peliharaku
Seumur hidupku"

Semangattt!!

Sumber Bacaan :
*Yohanes 2 : 1-11
**Ulangan 32 : 10

Sumber Foto : 
Biblegetaway.com