Tangan mungil Ananda Putri Esya menggenggam erat jari telunjuk ayahnya. Sentuhan kulit pertama. Dengan berat hati sang ayah berkata, "Nak jika kau ingin pergi, pergilah. Ayah rela..". Genggaman itu terasa semakin erat. Setelah itu detak jantung Ananda benar-benar berhenti. Dia pergi kepada Sang Pencipta tanpa pernah bertemu dengan ibunya.
Ananda adalah putri dari teman guru di Palm Kids Palembang. Saya berani menulis kisah ini karena saya belum terhubung di dunia maya dengan Miss Endang, teman saya itu. Kandungan Endang masih genap tujuh bulan ketika harus melahirkan. Entah aktifitas yang terlalu melelahkan atau memang kondisi rahim yang kurang prima, Endang mengalami pendarahan pada awal Desember lalu. Pendarahan tidak kunjung berhenti sehingga keesokan paginya dokter memutuskan untuk mengeluarkan bayi Endang secara Caesar.
Sayang sekali saya belum dapat kesempatan untuk menatap bayi itu ketika menjenguk Endang di RSU Muhammadiyah Palembang. Endang sendiri juga berkata, dia pun baru melihat foto anak lewat ponsel suaminya. Si kecil harus langsung masuk inkubator. Anggota tubuh lengkap tapi beratnya 1.4 kg saja. Ketika kami datang Endang yang masih terlihat lemas tampak sedikit berseri saat bercerita tentang si kecil. Batinku berkata, mungkin dia membayangkan sukacita saat akan berbelanja kebutuhan anak dan mencari nama yang cantik. Tapi ternyata Tuhan berkata lain..
Jelang dini hari (6/12) kondisi si kecil berada di titik paling rendah. Dia gelisah seakan menunggu sesuatu. Dokter segera memanggil sang ayah lalu mengizinkan ayahnya menyentuh putri kecil itu. Dan benar, si kecil langsung menggenggam jari ayah. Dia tersenyum. Layar di mesin penanda detak jantung menunjukkan garis lurus yang panjang. Semua orang yang ada di ruangan itu menangis..
Ananda Putri Esya, demikian nama dadakan yang diberikan kepada si kecil. Nama itu muncul begitu saja ketika ayah dan nenek tengah mengurus persiapan pemakaman. Lima hari menjadi waktu yang cukup bagi Ananda Putri untuk merasakan kehidupan di dunia. Dia bersemayam di Pemakaman Gunung Meru, Palembang. Kini si kecil Ananda sudah tenang bersama Yang Maha Kuasa.
Semoga Kak Bram dan Miss Endang kuat ya..
No comments:
Post a Comment