"Terlalu banyak kasih, anak bisa jadi kurang ajar. Terlalu banyak kedisiplinan, anak bisa jadi pemberontak."
-someone-
Anak itu pintar. Kepandaiannya di atas rata-rata untuk usia 3 tahun. Untuk kepiawaian mengenali huruf, angka, dan berbahasa, dia patut diacungkan jempol. Tak heran jika banyak orang yang berdecak kagum. Terlebih lagi ketika mengetahui bahwa kepandaian itu didapatnya secara otodidak. Modal utamanya satu, sebuah I-pod entah keluaran tahun berapa. Kebetulan saya memang bukan pemerhati maha karya Steve Jobs.
Saya kagum? Ga banget! Gimana saya ga bilang 'gaaa banget!'. Anak pintar itu sepertinya tidak pernah sekalipun mendengar istilah etika. Apalagi yang namanya kedisiplinan. Dia adalah matahari. Sementara orang tuanya, opa, dan oma adalah planet-planet yang selalu mengitari matahari. Para planet itu tidak pernah sekalipun berani membangkang kepada matahari.
Duhai kalian para planet yang terhormat, sampai kapan kalian akan mempertahankan siklus seperti ini. Tugas kalian itu bukan merapihkan setiap kekacauan yang dibuat matahari. Matahari kalian harus belajar mendisiplinkan dirinya sendiri. Jika tidak, matahari akan mati karena terbakar panas egonya yang luar biasa itu. Hayolahh...
Ketika melihat anak itu, saya bisa memahami arti kalimat 'seorang anak bisa menjadi kurang ajar ketika terlalu banyak kasih'.
Pendapat ini sempat agak disanggah oleh Tulangku yang kebetulan berprofesi pendeta. Dia berkata, mengasihi itu tidak ada istilah terlalu banyak. Mengasihi itu harus 100%. Jadi aku agak perbaiki bahasaku deh.
'Kasih yang salah tempat, anak jadi kurang ajar!'
No comments:
Post a Comment