Akhirnya!
Setelah bertahun-tahun menunggu, KPK mulai mengobrak-abrik kantor Pemerintah
Kota (Pemkot) Bandung di Jl. Wastukencana, Kota Bandung. Hatur nuhun pisan kepada informan KPK dan Mahkamah Agung sehingga
bisa menggrebek Wakil Ketua Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Setyabudi
Tejocahyono. Pecah juga telor busuk yang banyak bertebaran di Balai Kota
Bandung itu.
Jumat (22/3),
rasa suntuk saya raib seketika ketika membaca postingan berita penangkapan
seorang hakim PN Bandung di Kompas.com.
Saya pun segera menelusuri berita sejenisnya di Detik.com dan Tempo.co.
Siapa sih hakim gembleng ini? Kok
tiba-tiba diincer KPK. Usut punya usut, gileee ternyata dia hakim gendeng yang
terbiasa menerima gratifiaksi untuk perkara koruspsi yang terjadi di lingkungan
Pemkot dan DPRD Kota Bandung, Sumber masalahnya adalah dana bantuan sosial
(bansos) yang sudah menjadi tradisi andalan pemerintahannya Wali Kota Bandung
Dada Rosada selama masa kepemimpinannya sejak tahun 2003 lalu.
Ckckckck…
Sejumlah nama yang tidak asing di telinga saya sudah mulai diperiksa KPK. Ada
yang menjadi saksi dan sepertinya sebagian akan menjadi tersangka. Saya bisa
membayangkan semua orang di Pemkot dan DPRD Kota Bandung sekarang pasti sedang
kebakaran jenggot. Senang rasanya! Akhinrya ada yang mulai membersihan
“tikus-tikus” Wastukencana. Kena deh kalian…
Wastukencana No 2 di Tahun 2007
foto : www.jabarmedia.com |
Akhirnya saya
mulai mengerti kejanggalan-kejanggalan alokasi dana di APBD Kota Bandung.
Semuanya saya dapatkan berbekal les privat dari Mas Faiq, Lina Nursanty dari Pikiran
Rakyat, dan Fajar Sidik yang saat itu masih bernaung di bawah bendera Radar
Bandung. Belakangan saya juga mendapat kesempatan untuk belajar mengenai
pemerintahan dari Bandung Institute of
Governance Studies (BIGS). Berbagai informasi yang merembes ke otak saya
membuat saya menggila dalam pemberitaan mengenai alokasi dana APBD. Untungnya
saya memiliki redaktur, Army Dian dan Agus Warsudi, yang menganggap berita
kourupsi sebagai berita yang seksi. Mereka selalu memberi ruang untuk setiap
berita yang menjurus ke arah korupsi. Pemberitaan
saya pun kerap dipantau (diam-diam) sama Erick Priberkah Hardi yang
khatam banget tentang cara menginvestigasi kecurangan anggaran pemerintah.
Manusia pelit informasi itu memang punya gaya yang khas untuk menggebleng saya
agar tahan banting. Katanya, biar saya gak langsung mlempem ketika mendapatkan
halangan atau ancaman.
Banyak
kejanggalan APBD Kota Bandung. Dari sudut pandang seorang wartawan baru, saya
sepakat dengan teman-teman yang mengganggap alokasi dana Bantuan Sosial
(Bansos) merupakan pos alokasi yang paling aneh. Namanya sih bantuan sosial
tapi penerimanya tuh ajaib banget. Dalam
pikiran saya, dana bansos harusnya menjadi cara Pemkot Bandung untuk membantu
masyarakat kecil dan lembaga kemanusiaan dunks. Kenyataannya, penerima bansos
itu justru organisasi masyarakat seperti
Pemuda Pancasila (dan sejenisnya), Persib Bandung, atau lembaga lain
yang tidak semestinya.
Saya tidak tahu
keadaan di tempat lain. Di Bandung, ormas seperti Pemuda Pancasila kerap tampil
sebagai preman berpakaian (sok) militer yang kerap meresahkan masyarakat. Beri
mereka uang berapapun, mereka akan menjadi pengawal setia. Beberapa pimpinan
ormas diselipkan di kursi dewan Kota Bandung untuk melancarkan proses
pengalokasian dana titipan dari siapapun yang membutuhkan bantuan APBD.
Lain lagi dengan
Persib Bandung. Ketika pemerintah pusat menetapkan larangan pemberian anggaran
tetap untuk klub sepakbola, Pemkot dan DPRD Kota Bandung punya strategi untuk
mensiasati agar kass Persib Bandung tidak kering kerontang, Mereka sepakat
menggunakan dana bansos dengan pos yang fleksibel untuk Persib Bandung. Jadi
kalau tahun ini di pos bansos A, tahun berikutnya di pos B lalu selanjutnya pos
C. “Lho alokasinya yang tidak tetap. Beda pos kan sama yang tahun kemarin. Jadi
sah-sah aja bantuan untuk Persib” dalih Wali Kota Dada Rosada yang sering
sekali saya dengar saat itu. Seringnya pembagian dana Cuma-Cuma tersebut
membuat Dada Rosada mendapatkan pengikut yang sangat loyal. Dipuja di sana,
dipuja di sini… Arghhhh!
Dongkol! Itu
yang sering saya rasakan selama masa liputan saya di Pemkot Bandung. Banyak
sekali kejanggalan tapi kok dinasti Dada Rosada aman-aman saja ya. Pemberitaan
korupsi malah justru menjenggal anggota dewan yang hanya jadi kaki tangan.
Anggota dewan yang marah paling-paling balas dendam dengan menggertak akan
mensomasi wartawan. Maki-maki wartawan di sidang paripurna, mengancam akan
melapor wartawan, tapi ketika di-oke-in sama wartawannya eh dia malah jiper. Pada akhirnya wang wartawan mendapat
permohonan maaf dari petinggi partai si anggota dewan namun setelah itu
blesss…. Tidak ada yang berlanjut. Keselnya setengah mati! *jeritan hati
banget*
Wastukencana No 2 di Tahun 2010
Pada periode ini
saya pemsiun dari dunia jurnalisme. Berdasarkan pemberitaan yang saya dapatkan
dari media online menyebutkan kelanjutan dana bansos. Alokasi dana tersebut
terbukti bermasalah dalam pengucurannya. Sayang, PN Bandung telah digandeng
oleh oknum Pemkot dan DPRD Kota Bandung. Mereka menjadikan pegawai-pegawai
kecil sebagai tumbal. Gila… Yanos dan Luthfan kitu hanya ajudan Dada Rosada dan
Edi Siswadi. Mereka hanya melakukan apa
yang diperintahkan atasannya. Saya masih mengingat raut muka mereka setiap
mendapat perintah ini itu dari si bos. Rasanya kasihan juga sih kok mereka saja
yang kena. Kok “tikus-tikus besar” tidak ikut kena ya. Tetapi tunggu dulu! Walau dinyatakan bersalah, mereka hanya
mendapat vonis ringan. Setyabudi Tejocahyono, hakim yang bertugas,
mendapat imbalan uang ratusan juta rupiah atas kerjasamanya.
Wastukencana Noi 2 di Tahun 2013
Setyabudi
Tejocahyono kena batunya! KPK dan MA berkerjasama meringkus hakim menyebalkan
tersebut. Dugaan saya, penangkapan Setyabudi juga merembet kepepada
“tikus-tikus” Wastukencana. KPK mulai memeriksa sejumlah orang-orang yang dulu
sering menjadi narasumber saya. Go.. Go… Go… KPK! Tolong dibersihin ya
Wastukencana No 2 dari “tikus-tikus”. Semangat juga buat teman-teman wartawan
yang membantu KPK. Semoga “tikus-tikus” pergi
biar Kota Bandung jadi agak bersih dan
wangi lagi. ^-^
Berbah, 23032013
No comments:
Post a Comment