Kemarin malam saya dapat info tentang acara ini dari Kak Debora Ndraha. Rekan yang dulu sama-sama melayani sebagai kakak sekolah minggu di GKI Gejayan. Topiknya menarik hatiku. Ini dia iklannya :
Sumber Gambar : Facebook Kak Debora Ndraha |
Saya pun mulai melancarkan aksi stalking untuk mengetahui sedikit latar belakang penyelenggara acara bagus ini. HOPE Special Needs Center bekerja sama dengan Sekolah Theologi Reformed Injili (STRI) Yogyakarta. Berkunjunglah ke sini untuk cek info lebih lanjut tentang HOPE Special Needs Center. Isinya bagus!
Lalu saya teringat pada hari yang sama saya diingatkan oleh Facebook tentang salah satu pengalaman indah mendampingi salah satu murid berkebutuhan khusus di sekolah tempat saya bekerja dulu. Sebut saja namanya Thomas karena dulu dia sangat menggemari Thomas The Tank Engine. Pertemuan pertama saya dengannya sangat berkesan. Saya mencatatkannya di notes ini.
Kepada semua para pendamping anak berkebutuhan khusus, marilah belajar mengenal dan memahami anak-anak unik ini. Saya percaya setiap anak adalah anugerah yang luar biasa dari Tuhan. Tidak peduli betapa anak tersebut jauh dari kata cantik, ganteng, imut, dan menggemaskan. Mereka anugerah yang sama sekali tidak pantas disebut freak.
Tentang ucapan freak, saya sempat menegur adik remaja yang pernah saya layani di gereja. Di luar dugaan, adik cantikku ini enggan mengikuti gerakan ketika kami bernyanyi "Making Melody". Katanya saat itu : "Kak, ga mau (gerak) ah. Kaya orang freak aja". Hohoho... Got ya! Saya punya kesempatan menjelaskan tentang anak berkebutuhan khusus.
Konon, lagu "Making Melody" memang ditujukan bagi semua orang berkebutuhan khusus yang ingin memuji nama Tuhan melalui keterbatasan mereka berekspresi. Makanya gerakan dalam lagu "Making Melody" terasa aneh bagi manusia bertubuh sempurna. Kataku saat itu, sungguh kejam rasanya memanggil teman-teman berkebutuhan khusus sebagai seorang freak. Setiap gerakan dalam lagu "Making Melody" membantu kita mengerti rasanya berada dalam posisi mereka. Kalau boleh memilih, mereka juga tidak mau berada dalam posisi spesial itu lho.
Saya yakin, adik cantikku bukan satu-satunya orang yang memiliki sikap yang sama tentang anak berkebutuhan khusus. Bersyukur sekali adik cantikku sepertinya mulai merubah cara berpikirnya. Semoga tetap seterusnya ya, dek.
Oke kita kembali ke seminar yang tadi saya sebutkan di awal. Semoga info ini berguna bagi setiap para pendamping anak berkebutuhan khusus di Yogyakarta. Entah itu orang tua, pengajar, pengasuh, atau pendamping lainnya. Ayo jangan menyerah! Harapan selalu ada selama kita mau mencari. Bergerak ramai-ramai dalam komunitas lebih jitu ketimbang bergerak sendirian.
No comments:
Post a Comment