Hehehe… Kue Serabi, atau terkadang disebut Surabi memang penganan untuk orang sabar dan sehat raganya. Ada dua daerah yang khas dengan serabinya yaitu Bandung dan Solo. Kali ini saya ingin menulis tentang Serabi Solo. Yups Serabi Solo. Bukan Surabi Bandung atau Surabi Enhai. Hihihi..
Saya mulai kesengsem dengan Serabi Solo gara-gara Milla Omarsaid. Ketika masih berprofesi sebagai Public Relation Officer untuk Hyatt Regency Bandung, Milla sempat membuat nuansa tradisional sebagai tema bulanan di Hyatt. Semuanya serba tradisional. Mulai dari lobby sampai restoran yang ada di lantai atas. Salah satu andalahnnya adalah “Warung Surabi Solo Dadakan” yang ditempatkan di lobby hotel. Berdekatan dengan Toko Kue The Cinnamons yang dapat kita lihat dengan jelas setiap masuk ke Hyatt dari arah pintu Bandung Indah Plaza.
Gila! Itu pendapat awal saya ketika mendengar promosi Milla ketika mamaksa saya dan teman-teman wartawan ekonomi lain yang tengah mencari berita (baca : makanana gratis) di Hyatt. Langsung saja Milla mengajak kami mencicipi Serabi Solonya itu. Kebetulan saya memang belum pernah tahu bagaimana sih rasa dan rupa Surabi Solo itu.
Tidak main-main, Milla membuat warung surabi dadakan yang utuh. Tidak besar memang namun lengkap. Isinya Mbok pembuat Serabi yang dia “impor” dari Solonya langsung, etalase, asisten, bahan masakan, hingga alat untuk memasak surabinya. Semuanya serba tradisional kecuali alat memasak Surabinya. Tungku tanah liat diganti dengan kompor gas dan wajan cetakan dari besi.
Jujur, ketika pertama kali melihat Serabi Solo saya merasa agak geli. Bentuknya tidak seindah Surabi Enhai. Serabi Solo itu tipis. Tebalnya sekitar 1,5-2 cm. Bagian atasnya agak mencair sehingga terkesan belum matang. Agak-agak curiga ketika saya hendak mengigit serabi. Lirik sana sini, para bule-bule kok kelihatannya lahap sekali mengunyah “kue setengah matang” ini. Ya sudahlah saya coba dan ternyata ketika mencobanya, beuuhhh enak!
Saya masih bisa menikmati Serabi Solo di Yogyakarta. Ada beberapa tempat yang menjual Serabi Solo. Dua di antaranya Pusat Jajanan Pasar di Sagan dan Serabi Solo di Sunday Morning Universitas Gajah Mada. Harganya berkisar Rp1.500/pieces. Agak mahal memang untuk ukuran jajanan pasar. Hanya dengan memakan 2-3 serabi saja perut sudah langsung kekenyangan.
Cuma buat Orang Sabar
Cerita punya cerita, orang Solo jaman dulu menyebut Serabi Solo itu Serabi Inggris. Alasannya masih simpang siur. Salah satu kemungkinannya karena Serabi Solo cenderung praktis tidak perlu memakai cairan gula untuk membuatnya manis.
Kue Serabi yang asli itu asalnya dari Kawatan atau Notosuman, Solo. Tidak ada resep rahasia dari pembuatan Serabi Solo. Kuncinya hanya satu yaitu KESABARAN. Proses pembuatan serabi itu lama sekali. Antriannya panjang sekali. (Hampir sama dengan surabi Enhai karena biasanya saya bisa menghabiskan satu gelas besar teh manis panas sebelum pesanan surabi saya datang). Barang dagangan seperti ini sulit sekali laris di daerah yang ritme masyarakatnya dinamis sekali. Bisa-bisa rugi bandar karena konsumen surabi itu harus orang yang sabar.
Penasaran ingin membuat Serabi Solo, ini salah satu resepnya. Saya salin dari Resep Tradisonal Warisan Nusantara – Serabi |OJOLALI PLACE TO ‘CANGKRUK’ dan divariasikan dengan resep dari situs lain. (PS : Saya belum pernah mencoba ya, jadi kalau ga enak berarti salahnya yang merancang resep ini, dan Anda tentunya! :P)
Bahan :
v 500 gram tepung beras
v 250 gram gula pasir yang dicairkan
v 1 butir kelapa parut dibuat jadi santan kental
v 600 cc air
v Soda kue
v Minyak goring (bubuhkan ke wajan besi atau tanah liat dengan kain yang diikat membentuk gumpalan)
Cara Pembuatan :
Tepung beras dituangi air sedikit demi sedikit sambil diaduk agar rata membentuk adonan cairan yang kental. Perbandingan tepung dan gula harus 2:1. Masukan gula putih cair ke dalam adonan, bubuhkan soda kue. Siapkan santan yang sudah dimasak matang. Panaskan wajan di atas api arang atau api gas kecil. Tuangi sesenduk sayur adonan lalu ratakan. Setelah adonan setengah matang, tuangkan santan kental sesendok sayur lalu tutup wajannya dengan penutup dari keramik atau tanah liat. Bila tepi surabi sudah berwarna coklat itu berarti serabi sudah matang.
Pesan Sponsor :
Api untuk memasak serabi jangan besar. Hanya sepanas api arang. Wajan serabi tidak boleh terkena air agar tidak lengket. Kalau ingin membersihkan wajan, gunakan minyak goring. Gunakan tutup wajan dari keramik atau tanah liat agar bisa menyerap uap air sehingga air tidak jatuh ke serabi ketika dimasak. Tutup wajan ini saja yang bisa dicuci dengan air. Kunci kenikmatan serabi terletak pada kualitas tepung beras. Makin bagus jenis beras yang digunakan sebagai tepung beras, rasa serabi akan jauh lebih mantap. Kalau males, katanya kita bisa memakai tepung beras merek terkenal. Info tambahan, akan jauh lebih baik jika menggunakan alat pembakaran tradisional dari tanah liat. Alat seperti ini memakai arang sebagai bahan bakar, bukan gas. Serabi yang dimasak tradisional pakai arang akan lebih mengembang dan menghasilkan serat yang bagus.
Tidak juga untuk Penderita Kolesterol
Bondan Winarno dalam sebuah tulisannya di grup diskusi menjelaskan, serabi solo menggunakan santan dalam jumlah yang banyak. Bahkan ketika sudah matang, serabi kembali disiram dengan santan. Komposisinya cenderung sedikit. Paling hanya 1-2 sendok makan. Yang jadi agak-agak mengkhawatirkan itu serabinya berkali-kali disiram santan. Orang-orang yang memiliki tingkat kolesterol yang tinggi sepertinya harus mikir dua kali nih untuk bisa leluasa melahap Serabi Solo. Hihihi..
Ada berbagai jenis Serabi Solo. Original version Serabi Solo warnanya putih. Di bagian pinggir dan belakang berwarna coklat dan bertekstur kasar karena panasnya tungku. Kandungan santan membuat Serabi terasa gurih. Namun jika suka yang lebih moderen bisa mencoba variasinya.
Variasi Serabi Solo biasanya bermain pada penggunaan topping-nya. Ada yang menaburi bagian atas serabi berwarna putih itu dengan cincangan Nangka, butiran coklat meses, atau pun irisan keju. Ada juga yang menggunakan pandan sehingga serabinya berwarna hijau daun. Harum! Ada juga yang menggunakan kuning telur sebagai topping. Semuanya tergantung selera.
Sebagai penutup, ini ada daftar referensi tempat jualan Serabi Solo di daerah Jakarta dan Bogor. Nanti kalau ada info tambahan langsung saya update deh.
1. Serabi Solo Jl Gandaria 1 No.77 Jakarta Selatan
2. Rumah Makan Pawon Solo Jl Kemang Raya 75B, Jakarta Selatan
3. Restoran Centhing Jl Gandaria 1 No 57A Jakarta Selatan
4. Jl Bina Marga No 1 Dekat Terminal Baranang Siang.
Saya mulai kesengsem dengan Serabi Solo gara-gara Milla Omarsaid. Ketika masih berprofesi sebagai Public Relation Officer untuk Hyatt Regency Bandung, Milla sempat membuat nuansa tradisional sebagai tema bulanan di Hyatt. Semuanya serba tradisional. Mulai dari lobby sampai restoran yang ada di lantai atas. Salah satu andalahnnya adalah “Warung Surabi Solo Dadakan” yang ditempatkan di lobby hotel. Berdekatan dengan Toko Kue The Cinnamons yang dapat kita lihat dengan jelas setiap masuk ke Hyatt dari arah pintu Bandung Indah Plaza.
Gila! Itu pendapat awal saya ketika mendengar promosi Milla ketika mamaksa saya dan teman-teman wartawan ekonomi lain yang tengah mencari berita (baca : makanana gratis) di Hyatt. Langsung saja Milla mengajak kami mencicipi Serabi Solonya itu. Kebetulan saya memang belum pernah tahu bagaimana sih rasa dan rupa Surabi Solo itu.
Tidak main-main, Milla membuat warung surabi dadakan yang utuh. Tidak besar memang namun lengkap. Isinya Mbok pembuat Serabi yang dia “impor” dari Solonya langsung, etalase, asisten, bahan masakan, hingga alat untuk memasak surabinya. Semuanya serba tradisional kecuali alat memasak Surabinya. Tungku tanah liat diganti dengan kompor gas dan wajan cetakan dari besi.
Jujur, ketika pertama kali melihat Serabi Solo saya merasa agak geli. Bentuknya tidak seindah Surabi Enhai. Serabi Solo itu tipis. Tebalnya sekitar 1,5-2 cm. Bagian atasnya agak mencair sehingga terkesan belum matang. Agak-agak curiga ketika saya hendak mengigit serabi. Lirik sana sini, para bule-bule kok kelihatannya lahap sekali mengunyah “kue setengah matang” ini. Ya sudahlah saya coba dan ternyata ketika mencobanya, beuuhhh enak!
Saya masih bisa menikmati Serabi Solo di Yogyakarta. Ada beberapa tempat yang menjual Serabi Solo. Dua di antaranya Pusat Jajanan Pasar di Sagan dan Serabi Solo di Sunday Morning Universitas Gajah Mada. Harganya berkisar Rp1.500/pieces. Agak mahal memang untuk ukuran jajanan pasar. Hanya dengan memakan 2-3 serabi saja perut sudah langsung kekenyangan.
Cuma buat Orang Sabar
Cerita punya cerita, orang Solo jaman dulu menyebut Serabi Solo itu Serabi Inggris. Alasannya masih simpang siur. Salah satu kemungkinannya karena Serabi Solo cenderung praktis tidak perlu memakai cairan gula untuk membuatnya manis.
Kue Serabi yang asli itu asalnya dari Kawatan atau Notosuman, Solo. Tidak ada resep rahasia dari pembuatan Serabi Solo. Kuncinya hanya satu yaitu KESABARAN. Proses pembuatan serabi itu lama sekali. Antriannya panjang sekali. (Hampir sama dengan surabi Enhai karena biasanya saya bisa menghabiskan satu gelas besar teh manis panas sebelum pesanan surabi saya datang). Barang dagangan seperti ini sulit sekali laris di daerah yang ritme masyarakatnya dinamis sekali. Bisa-bisa rugi bandar karena konsumen surabi itu harus orang yang sabar.
Penasaran ingin membuat Serabi Solo, ini salah satu resepnya. Saya salin dari Resep Tradisonal Warisan Nusantara – Serabi |OJOLALI PLACE TO ‘CANGKRUK’ dan divariasikan dengan resep dari situs lain. (PS : Saya belum pernah mencoba ya, jadi kalau ga enak berarti salahnya yang merancang resep ini, dan Anda tentunya! :P)
Bahan :
v 500 gram tepung beras
v 250 gram gula pasir yang dicairkan
v 1 butir kelapa parut dibuat jadi santan kental
v 600 cc air
v Soda kue
v Minyak goring (bubuhkan ke wajan besi atau tanah liat dengan kain yang diikat membentuk gumpalan)
Cara Pembuatan :
Tepung beras dituangi air sedikit demi sedikit sambil diaduk agar rata membentuk adonan cairan yang kental. Perbandingan tepung dan gula harus 2:1. Masukan gula putih cair ke dalam adonan, bubuhkan soda kue. Siapkan santan yang sudah dimasak matang. Panaskan wajan di atas api arang atau api gas kecil. Tuangi sesenduk sayur adonan lalu ratakan. Setelah adonan setengah matang, tuangkan santan kental sesendok sayur lalu tutup wajannya dengan penutup dari keramik atau tanah liat. Bila tepi surabi sudah berwarna coklat itu berarti serabi sudah matang.
Pesan Sponsor :
Api untuk memasak serabi jangan besar. Hanya sepanas api arang. Wajan serabi tidak boleh terkena air agar tidak lengket. Kalau ingin membersihkan wajan, gunakan minyak goring. Gunakan tutup wajan dari keramik atau tanah liat agar bisa menyerap uap air sehingga air tidak jatuh ke serabi ketika dimasak. Tutup wajan ini saja yang bisa dicuci dengan air. Kunci kenikmatan serabi terletak pada kualitas tepung beras. Makin bagus jenis beras yang digunakan sebagai tepung beras, rasa serabi akan jauh lebih mantap. Kalau males, katanya kita bisa memakai tepung beras merek terkenal. Info tambahan, akan jauh lebih baik jika menggunakan alat pembakaran tradisional dari tanah liat. Alat seperti ini memakai arang sebagai bahan bakar, bukan gas. Serabi yang dimasak tradisional pakai arang akan lebih mengembang dan menghasilkan serat yang bagus.
Tidak juga untuk Penderita Kolesterol
Bondan Winarno dalam sebuah tulisannya di grup diskusi menjelaskan, serabi solo menggunakan santan dalam jumlah yang banyak. Bahkan ketika sudah matang, serabi kembali disiram dengan santan. Komposisinya cenderung sedikit. Paling hanya 1-2 sendok makan. Yang jadi agak-agak mengkhawatirkan itu serabinya berkali-kali disiram santan. Orang-orang yang memiliki tingkat kolesterol yang tinggi sepertinya harus mikir dua kali nih untuk bisa leluasa melahap Serabi Solo. Hihihi..
Ada berbagai jenis Serabi Solo. Original version Serabi Solo warnanya putih. Di bagian pinggir dan belakang berwarna coklat dan bertekstur kasar karena panasnya tungku. Kandungan santan membuat Serabi terasa gurih. Namun jika suka yang lebih moderen bisa mencoba variasinya.
Variasi Serabi Solo biasanya bermain pada penggunaan topping-nya. Ada yang menaburi bagian atas serabi berwarna putih itu dengan cincangan Nangka, butiran coklat meses, atau pun irisan keju. Ada juga yang menggunakan pandan sehingga serabinya berwarna hijau daun. Harum! Ada juga yang menggunakan kuning telur sebagai topping. Semuanya tergantung selera.
Sebagai penutup, ini ada daftar referensi tempat jualan Serabi Solo di daerah Jakarta dan Bogor. Nanti kalau ada info tambahan langsung saya update deh.
1. Serabi Solo Jl Gandaria 1 No.77 Jakarta Selatan
2. Rumah Makan Pawon Solo Jl Kemang Raya 75B, Jakarta Selatan
3. Restoran Centhing Jl Gandaria 1 No 57A Jakarta Selatan
4. Jl Bina Marga No 1 Dekat Terminal Baranang Siang.
Iiisshh, Epoy...baca postingan lo yang soal Serabi ini bikin gw ngiler, heuheu... Apalagi pas jam makan siang begini. Gw suka serabi solo yang original sama yang toppingnya pisang, rasanya gurih manis gitu (kayak gw :p) *langsungditimpuk* Hehehehe :D
ReplyDeleteahahhay yogay.. iya emang serabi solo enakan yg original. Lebih gurih dan manisnya ga lebay. Emang cocok buat kita yang manis dan ga lebay. Hahahahay..
ReplyDelete...buat penikmat serabi solo yang tinggal ato sekedar lewat di BSD serpong, juga ada tuh serabi solo yg maknyuzz....lokasinya di ruko versailes BSD, seberang perumahan the green....ada berbagai varian rasa mulai dr ori/polos, keju, coklat, pisang raja, pandan, blueberry, strwberry, kacang, nangka dan duren.....perlu dicoba tuh!!!...
ReplyDelete