Wednesday, July 8, 2009

BRIDE AND PREJUDICE

Beberapa hari lalu Global TV menayangkan Bride and Prejudice. Akhirnya gw nonton juga versi Indianya film. Pride and Prejudice. Sampe sekarang gw memang belum baca novelnya Jane Austeen tapi gw selalu tergila-gila sama Pride and Priejudice. Kisahnya romantis namun tetep punya isi. Seenggaknya mengajarkan diri gw biar ga terlalu angkuh dan ga menjatuhkan prasangka sebagai justifikasi terhadap seseorang. The more you hate someone, the more he fills you mind. Jangan terlalu membenci seseorang dan jangan juga terlalu gampang memandang remeh sesuatu.

Bride and Prejudice serta Pride and Prejudice mengangkat tema yang sama. Bercerita tentang upaya dua orang yang berbeda latar belakang kehidupan namun akhirnya disatukan oleh cinta. Standar sih. Yang membuat film ini berbeda itu menggunakan latar belakang yang sangat natural sekali. Kalau di Pride and Prejudice memakai setting tempat Inggris dan waktu sekitar abad pertengahan. Sedangkan Bride and Prejudice merupakan perpaduan tiga negara di masa moderen yakni India, Inggris, dan Amerika Serikat.

Miskin vs Kaya
Kisah Bride and Prejudice dimulai dari tiga orang yang terkesima dengan kondisi Kota Amitsar, India. Ekspresi ketiganya bervariasi. Baltaj dan adiknya yang memang orang India kewarganegaraan Inggris sudah terbiasa dengan kumuhnya kondisi negara tersebut. Baltaj cenderung antusias karena hendak menghadiri pernikahan saudaranya. Tidak muluk-muluk, dia berharap dapat menemukan perempuan India yang dapat menambat hatinya dalam upacara pernikahan. Adiknya Baltaj (kalo ga salah namanya Tina) memang agak risih dengan kultur India namun masih dapat menguasai dirinya. Berbeda dengan keduanya, William Darcy sama sekali tidak menyukai segala hal yang ada di Amitsar. Dia benar-benar merasa menderita harus tinggal di sana selama 14 hari. Kehadirannya di India memang bukan untuk bersenang-senang, apalagi berjoget-joget sambil memakan suguhan yang dia curigai dapat menghancurkan pencernaan dalam sekejab.

Will Darcy merupakan anak pasangan pengusaha ternama asal Los Angeles yang punya hotel di berbagai negara. Keluarganya ingin mengembangkan usaha dengan membangun hotel di India. Menurut Keluarga Darcy, India terlalu kumuh sehingga jarang dipandang sebagi objek pariwisata bagi kalangan jetset. Orang-orang kaya bersedia mengeluarkan uang berapa pun demi mendapat suasana yang nyaman. Sekalipun harga sewa kamar bisa mencapai 5.000 dollar/malam [yang kala itu nilainya setara dengan bertahun-tahun upah para pekerja di Amitsar].

Pada periode ini seorang perempuan tidak diperkenankan untuk belajar. Indikator perempuan yang berkualitas itu cantik, bersih, pintar menari, dan penurut. Membuka diri terhadap hal-hal baru sama artinya dengan pembangkang. Perempuan kaya gini dicap sebagi calon menantu kurang ajar karena pasti ga bakal tunduk sama suami.

Dalam kurun waktu yang sama pula, kelas menentukan posisi seseorang dalam pergaulan dan jadi pengaruh ketika mencari suami atau istri. Pernikahan dengan seseorang yang berada dalam kelas berbeda akan menjatuhkan prestise. Tidak perduli walau sudah bangkrut, yang pentig gaya! Seenggaknya bungkus yang menarik bisa menarik perhatian para pria-pria lajang yang kaya. Soal cinta itu nomer seribu. Money, money, and Money. Lebih terutama berapa penghasilan selama setahun ketimbang etika dan moral seorang pria.

Sukacita pernikahan merubah segalanya. Para perempuan terlihat begitu cantik seperti pisau yang tajam. Menggoda tapi berbahaya. Menggoda karena keindahannya namun berbahaya karena para ibu-ibu yang ada di sana berlomba mencari lelaki kaya untuk dijodohkan kepada putri-putrinya. Putri-putri dari keluarga Bakshi jadi primadona. Baltaj langsung jatuh cinta kepada Jaya Bakshi, si putri pertama. Sementara Mr Darcy tidak mampu menahan diri ketika melihat pesona Lalita Bakshi, si putri kedua. Kisah Baltaj dan Jaya tergolong lancer karena keduanya saling klik. Berbeda dengan Lalita dan Willam. Lalita hobi mengatai William karena dia selalu menemukan sisi angkuh William. Di mata Lalita, William itu seorang hipokrit yang tidak punya perasaan terhadap orang dari negara miskin.

William sangat bertolak belakang dengan Johnny Wickham. Lalita mengenalnya ketika Baltaj mengajak Jaya dan dirinya berkunjung ke sebuah hotel di Goa yang ingin dibeli Darcy. Johnny seperti Prince Charming yang langsung menarik hati Lalita dengan semua keramahan [khas pria gombal! Hehehe ini sih murni opini pribadi]. Lalita pun tidak sungkan mengajak Wickham berkunjung dan menginap di rumahnya. Wickham mengaku ingin belum pernah mengunjungi Golden Temple di Amitsar padahal sampai hari terakhirnya di Amitsar Mr Wickham tidak terlihat tertarik sedikitpun dengan kota tersebut. Kedekatan Wickham dengan Lalita membuat Darcy mundur. Darcy, Baltaj, dan adiknya pun kembali ke negara masing-masing.

Mereka kembali bertemu di London. Keluarga Bakshi hendak mengunjungi pernikahan Kholi Saab dan Chandra Lamba di California. Kholi Saab itu seorang akuntan yang sangat mengagung-agungkan Amerika Serikat untuk menarik perhatian para perempuan di India. Obesesinya pada AS tidak membuat dia tertarik memperisitri perempuan asing dan lebih memilih perempuan tradisional di India. Kholi berpikir setiap perempuan di India pasti takjub dengan dirinya yang saking mapannya sudah memiliki Green Card. Tapi dia ditolak mentah-mentah oleh Lalita. Beruntung akhirnya Chandra Lamba, sahabat Lalita yang punya kepribadian bertolak belakang dengan Lalita, mau menerima pinangan Kholi. Chandra dan Kholi melaksanakan pesta pernikahan mereka di Los Angeles dan mengundang keluarga Lalita untuk hadir.

Perjalanan London – LA mulai mengubah cara pandang Lalita tentang William sang Mr Pride. Supaya bisa berdekatan dengan Lalita, Will menukar tempat duduknya di kelas satu British Airways dengan kursi Mrs Bakshi di kelas ekonomi. Lalita yang awalnya risih mulai bisa menerima kehadiran Will namun kembali gusar ketika pembicaraan beralih tentang Wickham. Romantisme ala Darcy dan Bakshi pun dimulai. Pernikahan Kholi – Chandra yang berlangsung di hotel keluarga Darcy yang berada di kawasan Beverly Hills membuat intensitas pertemuan Will dan Lalita semakin tinggi. Lalita yang cerdas semakin mempesona William. Selama ini tidak ada satu pun perempuan yang tahan berada di dekat Mrs Darcy namun Lalita mampu menjatuhkan pandangan Mrs Darcy tentang India.

Kisah cinta Lalita dan William tidak berlangsung lama. Mrs Darcy sengaja membawa Anne, “pacar” William dari New York, ke pesta pernikahan. Georgina, adik William, tak sengaja memberitahu Lalita bahwa kakaknyalah yang menjadi otak pemisahan Baltaj dan Jaya. William memang beranggapan Mrs Bakshi sengaja menjodohkan Jaya dengan Baltaj agar bisa lepas dari kemiskinan. Wiil ga ngeh kalu Baltaj dan Jaya benar-benar saling jatuh cinta dan saling menderita ketika keduanya terpisah. Tapi Lalita sudah terlanjur hancur sehingga menolak William yang hendak ingin meminangnya.

Lalita yang patah hati langsung pulang ke London bersama keluargganya. Di London, Lalita semakin merana karena adik terkecilnya membuat masalah. Lakhi Bakshi kabur bersama Johnny Wickham. Kehadiran William yang menyusul Lalita ke London menjadikan dirinya sebagai pahlawan di keluarga Bakshi. William akhirnya menceritakan alasan mengapa dia sangat membenci Wickham. Ternyata Wickham yang sudah dianggap sebagi anak sendiri bagi ayah William malah menjadi penghancur keluarga Darcy. Wickham menghamili Gerogina agar bisa mendapatkan jatah warisan dari Mr Darcy. Karena upayanya gagal, Wickham hidup ga jelas di rumah perahunya.

William dan Lalita akhirnya berhasil menemukan Johnny dan Lakhi di London Eye. Itu tuh, Kincir Raksasa-nya London yang keren banget dan selalu muncul di setiap film India :P… William pun menghajar Johnny habis-habisan di bioskop yang muterin film Bollywood. Johnny yang ketahuan bermuka dua dan playboy sejati karena keceplosan mengaku masih mengharapkan Lalita dapet tamparan asoy dari Lalita dan Lakhi di hadapan seantero penonton. Lagian, berantem di dalem studio bioskop siy!

Ending ketebak. Lalita dan keluarganya berterimakasih banget ke William Darcy. Baltaj akhirnya kembali ke Jaya. Mereka bertunangan di India. Dalam pesta pertunangan, William menceburkan diri dalam budaya India dengan menjadi penabuh gendang pada pesta pertunangan Jaya dan Baltaj. Film ditutup dengan pesta pernikahan Baltaj – Jaya dan William – Lalita.


Bride and Prejudice yang Kurang Pride and Prejudice
Yups, menurut gw kurang greget. Penokohan yang paling kerasa kurang pas pada sosok William Darcy. Mungkin karena salah orang kali ya. Tokoh Darcy di Bride anf Prejudice itu diperanin Martin Henderson. Si biker tampan dari film Torque. Entahlah, di Bride and Prejudice dia tidak terlihat setangguh ketika menjadi pembalap. Sisi cute Henderson lebih mendominasi. Kurang matang dan kurang angkuh dibandingin Marc Darcy di Pride and Prejudice versi BBC yang diperankan oleh Colin Firth. Walau memang sih lebih cakep kalo dibandingin Pride and Prejudice versi Hollywood.

Tapi bagaimanapun juga, Marc Darcy itu sosok yang pride sekali, alias angkuh! Henderson pun kelihatan kurang greget ketika adegan berantem sama Wickham. Penokohan Mr Darcy ga dapet di pikiran gw ketimbang tokoh lain seperti Wickham yang playboy bajingan, Lalita yang gampang punya prejudice tentang seseorang, Kholi Saab yang terlihat nerd dengan narsisme dirinya akan sebuah amerika, hingga Mr dan Mrs Bakshi.

Lalita diperanin oleh Aisywara Rai. Di Pride and Prejudice, tokoh Lalita bernama Elisabeth Bennet sedangkan Jaya Bakshi sama dengan Jane Bennet. Karakter Rai hampir sama seperti Keira Knightley di Pride and Prejudice versi Hollywood. Mereka sama-sama pemberani dan galak! Tapi ga bisa menyamai Lizzy Bennet versi BBC yang mempunyai sisi pemberontak, nekat, berani, kuat, pintar, dan lembut sekaligus. Tapi secara keseluruhan, peran Rai mantaps juga karena India memang memiliki kultur yang berbeda dibandingin Inggris.

Intinya? Bride and Prejudice boleh jugalah! Tapi, Mark Darcy-nya Colin Firth tetap tiada duanya...

Saturday, July 4, 2009

Intuisi..

"Intuisi ini membunuhku!"
Hmmm.. mungkin itu kalimat yg jadi tema hidup gw selama bulan Juni kemarin. Rada-rada lebay siy tp gw bener-bener jadi parno ga jelas gara-gara kepekaan gw yang satu itu. Bawaannya khawatir mulu. Slalu bertanya dalam hati : "Duh Gusti sekarang siapa lagi ya yang cilaka?"

Dalam beberapa tahun terakhir sejak tinggal di Jatinangor dan Bandung, gw punya kebiasaan aneh yang rada susah dijelasin dengan kata-kata. Entah kenapa, ada perasaan yang muncul dalam diri gw ketika ada sesuatu yang buruk terjadi dalam diri orang-orang yang gw sayangin. Rasanya tuh gw jadi kaya punya radar yang menyala tiap ada (dan akan ada) bencana. Ga peduli itu berskala 0 ato 7 skala ritcher, tuh radar pasti langsung aktif. Hehe.. ini namanya peringatan bencana ala evi panjaitan. Perasaan itu kadang lebih kuat dibanding perasaan ketika gw sendiri yang akan mengalami peristiwa ga enak. Kebiasaan yang aneh sih karena gw emang ga terlalu peduli sama diri sendiri :-P

Nah selama bulan kemaren bisa dibilang gw lg panen intuisi. Frekuensi kemunculan kepekaan itu tinggi banget. Udah gitu cara kemunculannya pun makin aneh dan bikin gw nyesek banget. Yang paling nyebelin, hampir semuanya jadi kenyataan. Sebagian kecil lainnya ga tau menimpa siapa.

Sebut aja si A yang kecelakaan ampe kakinya patah. Jauh sebelum gw dapet kabar soal si A, gw sempet dapet perasaan aneh. Abis itu si A muncul di mimpi gw. Dia bilang mau pamit pergi ke suatu negara yang jauh dari suasana Indonesia. Di mimpi itu tumben-tumbenan gw ga mau dia pergi padahal gw tahu bagaimana kemampuan dia bertahan hidup. Dia itu seorang survivor walau dalam gaya yang eksentrik. Biasanya gw percaya sama dia tapi tidak kali itu. Akhirnya dia tetep pergi setelah ngeyakinin diri gw kalo dia bakal baik-baik aja. Di penghujung Juni temen kami kasih kabar kalo si A kecelakaan. Kakinya sampe di-gibs saking parahnya.

Ato si B. Bagi gw dia itu udah kakak gw sendiri. Tapi si B masuk dalam kategori kakak yang hobi gerocikin adeknya di kondisi apapun. Dalam keadaan 100% sehat aja dia doyan minta dibantuin ngerjain hal-hal yang super nyebelin, apalagi pas lagi tumbang. Kabar kalo dia sakit itu berarti hari-hari gw bakal penuh dengan rasa panik. Kondisi badan manusia yang satu itu udah rusak berat. Kena zat aneh dikit aja bisa langsung... ah pokoknya ribet deh. Gw jadi trampil jadi tukang ojek yang siaga mondar mandir ke tempat gw -lapangan - tempat si kakak - lapangan - rumah sakit - markas gw - UGD - tempat gw lagi. Untung gw jagoan neon. Hehe.. Lepas dari kasus si A, sekarang giliran si B. Gw udah standby pas jam 1 pagi si B nelpon. Satu kalimat dari dia bikin gw senyum-senyum sendiri soalnya dari malemnya gw udah dapet feeling si B kayanya bakal kenapa-kenapa. Jadi deh gw nunda pengungsian ke jatinangor sampe ada kabar dari dia. Dan, ternyata bener lagi!

Selanjutnya giliran si D, my brother in Negara Kurawa. Sakitnya makin parah ampe dia musti berobat ke pengobatan alternatif. Suatu hari gw ngerasa ga enak banget cuma bisa anter dia sampe rumah sodaranya. Padahal dia dah sempoyongan. Malemny gw gelisah. Mo sms tp ga punya pulsa. Kmrn gw br tau tnyata dia mlm itu diopname ampe 2 hr.

Di waktu yang agak berdekatan gw juga baru dapet peristiwa ga enak. Perasaan gw sangat ga enak. Gw nahan diri ga tidur biar bisa ngontrol pikiran gw. Ternyata itu tanda kalo usulan masalah buat skripsi gw ditolak untuk ketiga kalinya! Pdhl gw cuma punya waktu tiga bulan buat lulus ato didepak dengan tidak hormat oleh Ganjar Kurnia. Bagi gw, itu mimpi buruk..

Opung kesayangan gw meninggal, motor gw nyaris dicuri, ade gw putus dr pacar idamannya, gw musti ulang job training (huiks!), huhuhu..

Cuman kok timing-nya kali ini ga pas. Napa harus musti berturut-turut? Napa Tuhan kasih warning dulu? Napa ga dikit-dikit dulu? Jadi gw kan bisa siap ngestabilin pikiran dan hati gw..

Tapi akhirnya DIA ingetin gw lewat omongan Albus Dumbledore. Hehe entah kenapa gw jadi tertarik sama karya imajinasinya JK Rowling. Padahal udah lama gw beralih dari genre Rowling - Ibotson ke Paolo Coelho - Mitch Albom. Udah gitu cuma Harry Potter edisi 2, 5, dan 7 yang bisa gw nikmatin utuh. Yang satu versi e-book dari My Ben dan dua lagi ditayangin di TV. Semuanya punya benang merah. Di tiga episode itu Dumbledore berkata : "bukan kemampuan yang menentukan siapa kita, tapi sebaliknya. Kitalah yang dapat memilih akan menjadikan diri kita sebagai apa. Jadi seorang Slyterin ato Gryfindor.."

Ya...ternyata segalanya akan jauh lebih baik kalau kita menguasai kemampuan kita. Gw jadi bisa ngontrol pikiran. Semuanya dibawa enjoy aja. Ambil hikmahnya karna gw jadi belajar ga pasrah sama nasib. Semua kejadian yang akan terjadi punya pola. Gw tinggal peka untuk merasakannya dan bertindak. Hasilnya positif juga. Gw mulai bisa peka sama "lovelife temptation" sampe operasi pemeriksaan polisi. Hehehe.. maklum gw masih belum punya SIM dan STNK masih nginep di Polres Bandung Barat sejak November 2008. Hihihi.. ;)