Monday, June 15, 2020

Rollercoaster ala Yahoo Small Business

Yahoo di awal Tahun 2000 bisa jadi merupakan simbol kemapanan. Waktu berselang. Sekitar 20 tahun kemudian raksasa ini masih ada sih. Tapi ya gitu deh. Banyak penyesuaian yang terpaksa dilakukan supaya Yahoo tetap bertahan hidup. Semuanya tiba-tiba jadi masalah buat saya ketika ada teman baik "kepleset" gara-gara Yahoo Small Business. Masalah udah selesai. Tapi cerita bak naik rollercoaster di baliknya dan mesti diabadikan di blog ini. Semoga berguna buat yang lain. 


Masalah dimulai ketika teman membuat email bisnis untuk yayasan nirlaba. Entah karena usia yang senja atau apa, pemilik yayasan menjatuhkan pilihan ke Yahoo Small Business untuk melengkapi domain website. Seharusnya proses pembuatan sangat sederhana. Daftar email, lakukan pembayaran melalui jasa keuangan berskala global, verifikasi email, dan selesai. 


Dilalah Yahoo tidak meminta alternatif email untuk mengirimkan link verifikasi. Alhasil email tidak bisa aktif padahal rekening sudah terdebet dan transkrip bukti pembayaran sudah dikirimkan ke email pribadi. Rugi banget kan kalau gak melakukan apa-apa. Biaya pendaftarannya sendiri lebih dari USD500 cuys! Email bisnis tidak bisa diaktifkan karena kami tidak menerima link verifikasi. Mau tidak mau harus minta bantuan kantor pusat untuk membantu aktifasi.


Akhirnya inilah proses yang kami lakukan untuk memulihkan email bisnis :
1. Siapin kopi dan makanan. Ini proses yang sangat panjang serta melelahkan. Butuh bergelas-gelas minuman dan aneka cemilan biar bisa mengurangi stres. Hehehe.. Pertimbangan utamanya itu perbedaan waktu antara kita sebagai pelanggan Yahoo dan kantor pusat layanan Yahoo di Sunnyvale California. Terlebih lagi sekarang kita berada di masa pandemi Covid19. Yahoo dari sejak awal di websitr resminya sudah mengingatkan ada keterbatasan tenaga SDM. Siapkan energi dan kesabaran ya gaess..


2. Siapkan data yang dibutuhkan. Nama domain, alamat email, nomer telpon kita, nomer berkas pembayaran, dan kertas-kertas kosong untuk mencatat. Trust me, you need a loooot of blank paper!


3. Hubungi nomer layanan pelanggan Yahoo Small Business (YSB) berikut ini (01017) +18667819246. Kode angka di dalam kurung adalah kode SLI via jaringan Telkomsel. Untungnya Telkomsel punya paket telpon SLI Rp3.500/ 20 menit yang dibagi per wilayah atau negara. Amerika Serikat dan Kanada masih masuk satu zona yang sama. Kami sendiri pakai Skype jadi bisa gratis ke nomer kantor Yahoo. Bagian ini adalah tahapan uji kesabaran pertama. Di website YBS tertulis layanan bantuan tersedia pada hari kerja senin sampai jumat mulai pukul 06.00 AM hingga 05.00 PM Pasific Time. Tapi sebenarnya layanan pelanggan tersedia 24/7.  Nyatanya tidak semudah itu Ferguso untuk bisa masuk ke jaringan telepon Yahoo Small Business. Jauh lebih mudah bagain umum Yahoo tapi mereka tidak punya akses untuk masuk ke area Small Business. Saya butuh waktu hampir 4 hari untuk bisa berbicara langsung dengan petugas YBS.

4. Customer Service (CS) Yahoo Small Business akan meminta informasi berikut ini :
- Nama kita
- Nomer kita dengan alasan akan menghubungi kembali jika tiba-tiba sambungan telepon terputus. Nyatanya sih kagak. 😏
- Alamat email instansi kita untuk antisipasi ada instruksi tertulis yang harus dilakukan secara resmi. Nama email instansi dan domain di YBS harus sama supaya sinkron untuk kecocokan data. Saya sendiri melakukan kesalahan karena menggunakan alamat email pribadi padahal status saya hanya penyambung lidah. Saya jadi mengulang beberapa kali proses pelaporan ke CS YSB. Btw, Yahoo tidak akan meminta data pribadi atau password. Tapi mereka membutuhkan konfirmasi dari sang pemilik resmi domain sebelum melakukan untuk tindakan apapun. Teman saya sebagai pemilik resmi harus tetap stand by di dekat saya supaya proses verifikasi identitas dan otoritas jadi lancar. 
- Jelaskan permasalahan. Ada baiknya sih kita buat transkrip singkat yang mendeskripsikan problema dalam satu atau dua kalimat. Saya bolak balik menjelaskan kalau intansi saya tidak bisa mengaktikan email bisnis, sementara Yahoo mengganggap kami sekadar lupa password aja. 
- Verifikasi bukti pembayaran. Siapkan invoice pembayaran. Yahoo akan meminta nomer Billing Agreement ID dan mencocokkan dengan data pemilik akun. Di momen ini bisa jadi kita membutuhkan bantuan dari tim bantuan pelanggan jasa perbankan tempat kita melakukan pembayaran. Instansi kami memakai jasa Paypal. Namun tidak semua petugas CS Paypal yang tersedia 24 jam. Wilayah terdekat dengan Indonesia adalah Singapura tapi akhirnya kami menghubungi Paypal US di Nebraska untuk meminta informasi billing agreement. 
- Proses koordinasi antara CS dan back up internal team Yahoo. Durasi di fase ini jauh lebih panjang. Jangan sampai jaringan telepon atau data internet terputus. Kita bisa mengulang antri dari awal lagi. 
- Perdebatan sana sini dan setelah berganti 4 kali agen CS, akhirnya masalah kami selesai. Email resmi instansi sudah di-acc sebagai pemilik domain yayasan. Yahoo kirim link verifikasi. Kami klik. Isi data macem-macem. Selesai! Domain aktif dan email bisnis bisa dipakai deh. 

Kira-kira begitulah proses pemulihan email bisnis kami. Sebenarnya masalah bisa jadi lebih mudah kalau Yahoo mau langsung membantu mengaktifkan sendiri email kita. Tapi pihak Yahoo tegas mengatakan mereka tidak akan mengaktifkan langsung email dari sana. Proses aktivasi tetap harus dilakukan oleh pelanggan sendiri. Sekalipun skema pemulihannya seperti dibawa naik rollercoster selama beberapa hari sebelum kasus dinyatakam selesai.

Semoga ini masalah terakhir dengan Yahoo. Terimakasih banyak untuk semua petugas yang sudah membantu. Sehat-sehat selalu ya buat kita semua. 

Sunday, May 10, 2020

Frozen, Puding, dan Shanum

Ulang tahunnya Shanum selalu jadi cerita tersendiri. Maret 2019 mamanya Shanum, Kak Diella, perdana pesan di tempat kami. Pesanannya selalu cenderung rumit tapi gw selalu jabanin aja.  Akhirnya jadi langganan suka dan sempet jadi duka juga. Wkwkwk..

Tahun ini Shanum pengen ulang tahunnya bertema Frozen. Diskusi sama mamanya udah heboh sejak Maret lalu. Gw gas pol aja. Ternyata jadi rejeki tersendiri lagi buat gw. Gw akhirnya dapet cetakan yang beberapa bulan ini langka ada di Indonesia.  Pandemi bikin produk impor kebutuhan kuliner tersendat di negara-negara asalnya. Salah satunya cetakan silikon.

Pak Suami untung ingatkan gw buat berburu di Marketplace FB juga. Agak skeptis sih awalnya karena gw gak terlalu berjodoh buat jual beli online via FB. Di Tokped dan lainnya aja gak ada, mosok di FB ada. Eh tapi ternyata ketemu pengguna FB di Bogor yang lagi obral SEMUA produk cetakannya. SEMUA guys.. Semua... Gw dapet buanyak banget cetakan yang belom sempet kebeli dan bonus cetakan silikon karakter Frozen. Dapet diskon ongkir pula. Kalo kata Ruben, gw kaya Jasa Raharja. Gw kecipratan keuntungan di balik kebangkrutan orang lain. Hehehe.. Orang lain yang nutup usahanya, gw dapet warisan berharga. Mbak Nikita di Bogor, hatur nuhunn pisan ya. Semoga rejeki Mbak Nikita dilancarkan dari pintu yang lain.


Cetakan sampai Jogja tapi bukan berarti masalah selesai. Seperti cetakan silikon pada umumnya, ukuran pasti cenderung mini. Padahal sebagian pesanan berupa puding bingkisan diameter 18 cm. Sebenarnya gw dan Mamanya Shanum sepakat pakai puding lukis aja. Gw aja yang ragu. Lukisan pertama, ketiga, dan terakhir pasti bakal beda semua. Wkwkwk.. 

Pada akhirnya jadilah seperti ini. Dua puding lukis ukuran diameter 18 cm dan empat puding cetak bertema Frozen. Gw seneng sama hasilnya. Lukisan gw makin terlihat hidup. Siap-siap terima pesanan puding lukis nih. Hihihi.. 


Selamat ulang tahun ya Shanum cantik. Sehat selalu juga untuk kita semua. Tetap semangat berkarya mencari rejeki. Tuhan tidak pernah tertidur kok apalagi di masa pandemi. Semangat!!

Proyek selanjutnya apa abang ini aja ya? 🤤🌷 (Sumber Gambar : HDQwall.com)


Wednesday, April 22, 2020

Jalan Kita Sama-sama Terjal

(Yang Membedakan Hanyalah Jenis Batunya)


Dua hari ini gw terpukul dengan berita tentang seorang ibu di Serang, Banten yang konon mati  karena 2 hari kelaparan. Damn, it's a fucking hurtful news!! Pikiran gw pun berkelana.


Mula-mula tentunya gw memaki-maki pemerintah desa setempat. Ini pasti gara-gara birokrasi ala ular tangga. Belibet! Pusat sudah bertitah dengan menyediakan bantuan sosial A, B, C, D namun di daerah menyediakan prosedur X, Y, Z. Proses ketemu A dan Z seringnya kepanjangan plus banyak jebakan batman.


Lalu gw mikir lagi. Ini si ibu kok kaya pelarian yak. Gak punya tetangga, teman, atau sanak saudara. Sampe segitunya gak ada yang mau sekadar minjemin beras, bawang, atau mie instan untuk makan. Sesuatu yang masih lumrah terjadi antar tetangga, dan saudara juga sih. Apa jangan-jangan isi grup Whatsapp RT tempat si ibu ini cuma penuh sama ucapan 'Selamat Pagi'. Atau ucapan 'Ayo diorder bun dagangan saya'. Atau bentuk ramah tamah klise khas obrolan rumah tangga. Penuh basa-basi kurang mutu. Materi penting terkait update pandemi Covid 19 --yang seharusnya lebih pas dibagikan ke grup komunikasi warga-- malah terabaikan. Entahlah... Gw sedih jadi keinget seseorang yang mungkin mengalami hal senada dalam pelariannya. 


Lama-lama gw jadi mikir. Corona ini emang dahsyat banget. Nyaris tidak ada satu pun di dunia ini yang lolos dari serangan virus Corona. Resident Evil banget! Pada akhirnya pilihannya ada dua. Terima kenyataan dan mati pelan-pelan. Atau, berjuang melawan walau salah satu kemungkinannya mati mengenaskan. 


Iya, semua pasti kena dampak Corona. Gak peduli kita orang miskin ato kaya. Gak peduli agama dan ras. Gak peduli kita itu waras apa secara psikis bermasalah (orang awan bilang, gila). Yang membedakan gimana cara kita menghadapinya. Gw keinget unggahan beberapa waktu lalu yang gw dapet di dinding Facebook orang. Jalan kita sama-sama terjal, yang membedakan hanya jenis batunya. 


Masyarakat bawah sudah pasti langsung kena dampak corona. Pekerjaan hilang. Pemasukan terjun bebas. Gw ngeh banget rasanya udah bahagia bisa makan nasi sama kecap doang. Ucapkan selamat tinggal sama rencana pengembangan usaha rumahan yang seharusnya bisa membawa kehidupan ke arah yang lebih baik. 
Diam di rumah gak bisa selamanya berpengaruh baik dengan mutlak. 


Tapi masyarakat atas ternyata juga gak luput dari hantaman corona. Gw melihat sendiri satu per satu perjuangan teman-teman pengusaha di linimasa Facebook. Mereka memang elegan sekali menghadapi bencana. Gak berkoar-koar meratapi kehancuran yang akan dialami tapi tiba-tiba udah ambil solusinya. Usaha boleh ringsek sana sini tapi 'kapal' harus tetap bertahan. 


Pada akhirnya intinya cuma satu. FIGHT. Berjuang. Gw nemu kalimat motivasi dari Kak Lilis Aritonang, "Adapt. Find a smarter and better ways to fight ". Semua orang sama-sama kejebak di jalan yang terjal. Jenis batunya aja yang beda. Pilihannya balik lagi, mau nyerah dan mati pelan-pelan atau mati berjuang.


Para 'nahkoda' besar banting setir. Biasanya bikin mobil, sekarang bikin face shield. Biasanya bikin kebaya super duper kece, sekarang bikin APD atau bahkan kantung mayat. Yang terpenting bisa beradaptasi dan tetap produktif biar bisa bayar gaji karyawan. 


Buat yang masih ada di lapisan tengah dan bawah, ayo kita tetap berjuang. Jangan malu untuk lambai-lambai bendera putih ketika udah gak sanggup bertahan. Gengsi gak akan bisa kasih kita makan. Paksain diri untuk berkomunikasi dengan orang lain jika butuh bantuan. Mentok di jalur A, tenang aja alfabet kan masih ada 25 lagi. Bersyukurlah jika dapat ikan. Lebih bersyukurlah jika dapat kail. Yang terpenting itu berjuang, berjuang, dan berjuang. Berjuanglah seperti halnya kalian monyet ketiga yang mau masuk ke Bahtera Nuh. Amina Armita, gw pinjem gambarnya yaa..


Salam sehat dan tetap semangat 
Evi Panjaitan si pejuang depresi