Tuesday, May 2, 2017

Dieng, Negeri di Awan

Eksplor Dieng!

Dieng. Konon, Dieng merupakan datarang tinggi yang jadi rumah para dewa. Dataran tinggi dengan pesona alam dan budaya yang indah. Kunjungan ke Dieng seakan menjadi perjalanan ke negeri di awan. Tinggi, dingin, dan indah!


Petualangan ke Dataran Tinggi Dieng membutuhkan persiapan yang matang dan tepat. Waktu yang tepat untuk memulai petualangan adalah dini hari. Saya sendiri berangkat bersama rekan-rekan dari GKI Gejayan Yogyakarta pada malam hari. Perjalanan Yogyakarta menuju Dieng berkisar 4 jam. Kami berganti kendaraan di Alun-alun Kota Wonosobo. Dari Mini Bus sewaan ke bus yang lebih mini lagi. Kendaraan tipe ini memang jenis kendaaraan yang tepat untuk berpetualang dalam kelompok grup (agak) besar.


Dieng berarti gunung, geologi, budaya, dan holtikultura yang atraktif. Dieng semakin menarik ketika kita berkunjung pada sekitar Juli dan Agustus. Suhu udara yang mencapai 00C di pagi hari membuat embun langsung membeku seperti salju. Dieng terasa seperti di Eropa!


1.      Gunung
Dieng itu luas! Secara demografis, Dieng terletak di wilayah administrative Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara.  Dieng punya beberapa gunung berapi aktif dengan beragam level pendakian. Gunung Sikunir (2.463 m), Gunung Sindoro (3.150), Gunung Sumbing (3.387 m), Gunung Prahu (2.595 m), dan Gunung Pakuwaja (2.463 m).


Gunung Sikunir merupakan jalur pendakian yang tepat untuk mereka yang ingin “paket hemat”. Terletak di Desa Sembungan, Gunung Sikunir membawa kita merasakan tiga sajian indah : Suasana desa tertinggi di Pulau Jawa, Golden Sunrise, sekaligus bersantai di Telaga Cebong. Tak lupa juga posko kuliner khas Dieng yang nikmat disaji di tengah udara dingin. Kita dapat memasang tenda di pinggir Telaga Cebong jika ingin bermalam di Dieng. Jika mau yang lebih praktis, kita juga dapat menginap di kendaraan pribadi atau bisa juga di penginapan sederhana di sekitar Desa Sembungan. Mulailah pendakian sekitar pukul 04.00 pagi ketika ingin menikmati Golden Sunrise ala Dieng.


Jalur pendakian Gunung Sikunir tergolong baik karena sudah berupa anak tangga yang sebagian besar dilapisi konblok. Ada pegangan tangga yang semakin memudahkan pendakian. Ada tiga posko di puncak Gunung Sikunir.  Puncak pertama hanya berkisar 1 km dari titik awal pendakian. Titik kemiringan tidak melebihi 45 derajat. Puncak kedua dan puncak ketiga hanya selisih beberapa ratus meter saja. Untuk pendaki dengan kondisi kesehatan yang terbatas, saya sarankan berjuang untuk mencapai di puncak pertama saja. Titik ini merupakan tempat yang paling tepat ketika ingin menikmati suguhan pemandangan matahari terbit dengan sempurna. Yah, kecuali langit lagi mendung!


Pemandangan Gunung Sindoro dari Gunung Sikunir 



  
2.      Geologi
Dieng juga surga geologi. Artinya, Dieng punya gas, uap air, dan material vulkanik khas gunung berapi. Dieng punya kawah dan danau vulkanik yang eksotis. Berbahaya tapi eksotis! Para pemandu jalan memberikan tips praktis kepada kami. Pergilah ke tempat yang gasnya punya warna yang kasat mata dan punya bau yang khas. Itulah tanda paling sederhana. Gas beracun justru “tersembunyi”. Damn!

 
Kawah Utama di Kawah Sikidang


Kawah aktifnya yang terus dipantau yaitu Kawah Candradimuka, Kawah Sibanteng, Kawah Siglagah, Kawah Sikendang, Kawah Sikidang, Kawa Sileri, Kawah Sinila, dan Kawah Timbang. Ada beberapa catatan penting nih :

-        Kawah Candradimuka. Sering banget nih denger istilah Kawah Candradimuka. Entah mengapa ada rasa Soeharto ketika mendengar mendengar penjelasan tentang kawah Candradimuka. Hehehe.. Kawah ini tergolong besar dan tidak terlalu direkomandasikan untuk dikunjungi.
-        Kawah Sibanteng. Terakhir meletus pada Januari 2009 dan mengeluarkan gas beracun.
-        Kawah Sikidang. Kawah ini paling aman sehingga jadi kawah paling populer bagi para wisatawan. Nama Sikidang diambil dari kata “kidang” dalam bahasa Jawa berarti kijang. Diberi nama Sikidang karena lubang kawah di Sikidang sering berpindah-pindah. Satu hal yang keren dari Kawah Sikidang, kita dapat melihat kawah belerang yang panas dan meletup-letup dari jarak sekitar 3 meter saja. Blup.. blup… blup…
-        Kawah Sileri, Kawah Sinila, dan Kawah Timbang merupakan kawasan “The Big No”.  Kawah ini punya potensi besar mengeluarkan gas CO2 alias gas karbondioksida.


Lho, kok karbondioksida berbahaya? Bukannya manusia dekat sekali dengan CO2? Yaps.. Tapi ingat lho, dalam dunia sehari-hari kita menghirup oksigen lebih dulu baru kemudian mengeluarkan nafas dalam bentuk karbondioksida. Bukan kebalikannya. Kalau dibalik, bablas lah nyawa kita. Ini dia yang disebut pembunuh sadis ala Dieng. Gas yang tidak berbau, tidak berwarna, dan muncul tiba-tiba dari retakan tanah. Warga Dieng punya catatan kelam pada sekitar Tahun 1979 ketika gempa yang muncul di pagi hari. Warga yang baru bangun dari tidurnya langsung panik ke luar rumah. Tanpa sadar mereka justru terperangkap di dekat lokasi retakan sumber gas CO2. Ratusan orang mati seketika.


Dieng juga menyajikan danau vulkanik yang terbentuk dari letusan gunung. Penduduk sekitar lebih senang menyebutnya tlogo yang artinya telaga. Dieng memiliki Telaga Cebong, Telaga Warna, Telaga Merdada, Telaga Pengilon, Telaga Dringo, dan Telaga Nila. Semua punya kekhasan masing-masing.


Hujan dan stamina yang sudah sisa-sisa di Telaga Warna.
Padahal kalau cuaca mendukung, Telaga ini oke banget untuk jadi objek foto.



Telaga paling populer :
-        Telaga Cebong. Lihat info tentang Gunung Sikunir.
-        Telaga Warna. Telaga yang unik. Ada kandungan belerang yang membuat air danau bernuasa warna merah, hijau, biru, lembayung, dan putih.
-        Telaga Pengilon. Warna airnya bening.
-        Telaga Merdata. Telaga paling besar. Sumber utama pengairan pertanian warga sekitar.  


3.      Budaya
Dieng diduga menjadi salah satu lokasi kerajaan di Dinasti Sanjaya. Ada beberapa candi beraliran Hindu yang tersebar di beberapa titik. Tidak ada prasasti yang membuktikannya, sih. Alhasil, warga sekitar memberikan penyebutannya sendiri untuk berbagai candi yang ditemukan di Dieng. Ada candi Bima, Candi Arjuna, Candi Gatotkaca, dan candi lain yang saat ini masih dalam tahap pemugaran. Candi ini terletak begitu apik dan teduh d Kompleks Candi Arjuna.






4.      Holtikultura
Dataran tinggi yang sejuk dan kandungan vulkanik di dalam tanah menjadikan Dieng sebagai kawasan pertanian yang subur sekali. Komoditas utamanya adalah kentang dalam berbagai varian; kentang mini, kentang ungu, kentang merah muda, dan kentang hitam.

Zamira, anak Dieng, membantu ibunya mencuci kentang mini yang dijual dengan harga Rp5.000/kg. Kentang Dieng punya rasa yang manis dan gurih walau dimasak dengan cara direbus saja. 




Ada tanaman khas Dieng yang tidak ditemukan di tempat lain yaitu carica (papaya gunung), purwaceng (berkhasiat tinggi untuk kejantanan pria sehingga dijuluki Viagra van Java), dan cabe dieng (cabe super pedas yang sekilas mirip perpaduan paprika dan jalapeno). Sungguh surganya holtikultura!


Jadi, tertarik untuk berkunjung ke Dieng?

Ada Dieng Culture Festival lho pada 4 s/d 5 Agustus 2017


No comments:

Post a Comment