Eksplor Dieng! |
Dieng. Konon, Dieng merupakan datarang tinggi yang jadi
rumah para dewa. Dataran tinggi dengan pesona alam dan budaya yang indah.
Kunjungan ke Dieng seakan menjadi perjalanan ke negeri di awan. Tinggi, dingin,
dan indah!
Petualangan ke Dataran Tinggi Dieng membutuhkan persiapan
yang matang dan tepat. Waktu yang tepat untuk memulai petualangan adalah dini
hari. Saya sendiri berangkat bersama rekan-rekan dari GKI Gejayan Yogyakarta
pada malam hari. Perjalanan Yogyakarta menuju Dieng berkisar 4 jam. Kami
berganti kendaraan di Alun-alun Kota Wonosobo. Dari Mini Bus sewaan ke bus yang
lebih mini lagi. Kendaraan tipe ini memang jenis kendaaraan yang tepat untuk
berpetualang dalam kelompok grup (agak) besar.
Dieng berarti gunung, geologi, budaya, dan holtikultura yang atraktif. Dieng
semakin menarik ketika kita berkunjung pada sekitar Juli dan Agustus. Suhu
udara yang mencapai 00C di pagi hari membuat embun langsung membeku
seperti salju. Dieng terasa seperti di Eropa!
1.
Gunung
Dieng itu luas! Secara demografis, Dieng
terletak di wilayah administrative Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten
Banjarnegara. Dieng punya beberapa
gunung berapi aktif dengan beragam level pendakian. Gunung Sikunir (2.463 m),
Gunung Sindoro (3.150), Gunung Sumbing (3.387 m), Gunung Prahu (2.595 m), dan
Gunung Pakuwaja (2.463 m).
Gunung Sikunir merupakan jalur pendakian
yang tepat untuk mereka yang ingin “paket hemat”. Terletak di Desa Sembungan, Gunung
Sikunir membawa kita merasakan tiga sajian indah : Suasana desa tertinggi di
Pulau Jawa, Golden Sunrise, sekaligus bersantai di Telaga Cebong. Tak lupa juga
posko kuliner khas Dieng yang nikmat disaji di tengah udara dingin. Kita dapat
memasang tenda di pinggir Telaga Cebong jika ingin bermalam di Dieng. Jika mau
yang lebih praktis, kita juga dapat menginap di kendaraan pribadi atau bisa
juga di penginapan sederhana di sekitar Desa Sembungan. Mulailah pendakian
sekitar pukul 04.00 pagi ketika ingin menikmati Golden Sunrise ala Dieng.
Jalur pendakian Gunung Sikunir tergolong
baik karena sudah berupa anak tangga yang sebagian besar dilapisi konblok. Ada
pegangan tangga yang semakin memudahkan pendakian. Ada tiga posko di puncak
Gunung Sikunir. Puncak pertama hanya
berkisar 1 km dari titik awal pendakian. Titik kemiringan tidak melebihi 45
derajat. Puncak kedua dan puncak ketiga hanya selisih beberapa ratus meter
saja. Untuk pendaki dengan kondisi kesehatan yang terbatas, saya sarankan
berjuang untuk mencapai di puncak pertama saja. Titik ini merupakan tempat yang
paling tepat ketika ingin menikmati suguhan pemandangan matahari terbit dengan
sempurna. Yah, kecuali langit lagi mendung!
Pemandangan Gunung Sindoro dari Gunung Sikunir |
2.
Geologi
Dieng juga surga geologi. Artinya, Dieng
punya gas, uap air, dan material vulkanik khas gunung berapi. Dieng punya kawah
dan danau vulkanik yang eksotis. Berbahaya tapi eksotis! Para pemandu jalan
memberikan tips praktis kepada kami. Pergilah ke tempat yang gasnya punya warna
yang kasat mata dan punya bau yang khas. Itulah tanda paling sederhana. Gas beracun
justru “tersembunyi”. Damn!
Kawah aktifnya yang terus dipantau yaitu
Kawah Candradimuka, Kawah Sibanteng, Kawah Siglagah, Kawah Sikendang, Kawah
Sikidang, Kawa Sileri, Kawah Sinila, dan Kawah Timbang. Ada beberapa catatan
penting nih :
-
Kawah Candradimuka. Sering banget nih denger
istilah Kawah Candradimuka. Entah mengapa ada rasa Soeharto ketika mendengar
mendengar penjelasan tentang kawah Candradimuka. Hehehe.. Kawah ini tergolong
besar dan tidak terlalu direkomandasikan untuk dikunjungi.
-
Kawah Sibanteng. Terakhir meletus pada Januari
2009 dan mengeluarkan gas beracun.
-
Kawah Sikidang. Kawah ini paling aman sehingga
jadi kawah paling populer bagi para wisatawan. Nama Sikidang diambil dari kata “kidang”
dalam bahasa Jawa berarti kijang. Diberi nama Sikidang karena lubang kawah di
Sikidang sering berpindah-pindah. Satu hal yang keren dari Kawah Sikidang, kita
dapat melihat kawah belerang yang panas dan meletup-letup dari jarak sekitar 3
meter saja. Blup.. blup… blup…
-
Kawah Sileri, Kawah Sinila, dan Kawah Timbang
merupakan kawasan “The Big No”. Kawah
ini punya potensi besar mengeluarkan gas CO2 alias gas karbondioksida.
Lho, kok karbondioksida berbahaya? Bukannya
manusia dekat sekali dengan CO2? Yaps.. Tapi ingat lho, dalam dunia sehari-hari
kita menghirup oksigen lebih dulu baru kemudian mengeluarkan nafas dalam bentuk
karbondioksida. Bukan kebalikannya. Kalau dibalik, bablas lah nyawa kita. Ini
dia yang disebut pembunuh sadis ala Dieng. Gas yang tidak berbau, tidak
berwarna, dan muncul tiba-tiba dari retakan tanah. Warga Dieng punya catatan
kelam pada sekitar Tahun 1979 ketika gempa yang muncul di pagi hari. Warga yang
baru bangun dari tidurnya langsung panik ke luar rumah. Tanpa sadar mereka
justru terperangkap di dekat lokasi retakan sumber gas CO2. Ratusan orang mati
seketika.
Dieng juga menyajikan danau vulkanik yang
terbentuk dari letusan gunung. Penduduk sekitar lebih senang menyebutnya tlogo
yang artinya telaga. Dieng memiliki Telaga Cebong, Telaga Warna, Telaga
Merdada, Telaga Pengilon, Telaga Dringo, dan Telaga Nila. Semua punya kekhasan
masing-masing.
Hujan dan stamina yang sudah sisa-sisa di Telaga Warna. Padahal kalau cuaca mendukung, Telaga ini oke banget untuk jadi objek foto. |
Telaga paling populer :
-
Telaga Cebong. Lihat info tentang Gunung
Sikunir.
-
Telaga Warna. Telaga yang unik. Ada kandungan belerang
yang membuat air danau bernuasa warna merah, hijau, biru, lembayung, dan putih.
-
Telaga Pengilon. Warna airnya bening.
-
Telaga Merdata. Telaga paling besar. Sumber
utama pengairan pertanian warga sekitar.
3.
Budaya
Dieng diduga menjadi salah satu lokasi
kerajaan di Dinasti Sanjaya. Ada beberapa candi beraliran Hindu yang tersebar
di beberapa titik. Tidak ada prasasti yang membuktikannya, sih. Alhasil, warga
sekitar memberikan penyebutannya sendiri untuk berbagai candi yang ditemukan di
Dieng. Ada candi Bima, Candi Arjuna, Candi Gatotkaca, dan candi lain yang saat
ini masih dalam tahap pemugaran. Candi ini terletak begitu apik dan teduh d
Kompleks Candi Arjuna.
4.
Holtikultura
Dataran tinggi yang sejuk dan kandungan
vulkanik di dalam tanah menjadikan Dieng sebagai kawasan pertanian yang subur
sekali. Komoditas utamanya adalah kentang dalam berbagai varian; kentang mini,
kentang ungu, kentang merah muda, dan kentang hitam.
Zamira, anak Dieng, membantu ibunya mencuci kentang mini yang dijual dengan harga Rp5.000/kg. Kentang Dieng punya rasa yang manis dan gurih walau dimasak dengan cara direbus saja. |
Ada tanaman khas Dieng yang tidak ditemukan
di tempat lain yaitu carica (papaya gunung), purwaceng (berkhasiat tinggi untuk
kejantanan pria sehingga dijuluki Viagra van Java), dan cabe dieng (cabe super
pedas yang sekilas mirip perpaduan paprika dan jalapeno). Sungguh surganya
holtikultura!
Jadi, tertarik untuk berkunjung ke Dieng?
Ada Dieng Culture Festival lho pada 4 s/d 5 Agustus 2017 |