Sunday, October 23, 2011

Special Needs Jilid Kedua?

Lupakan sejenak tentang polemik 'romusha', sekarang aku ingin berbicara tentang murid baruku. Dia murid unik! Beberapa jam bersama dia, aku sudah mengendus sepertinya dia akan jadi murid keduaku di kelas Nursery yang memiliki kebutuhan khusus.

Dia seorang anak laki-laki berusia tiga tahunan. Kedatangan dia dan sang mama langsung aku sendiri yang menyambut. Kebetulan petugas Front Office di sekolahku lagi ada urusan ke luar. Karena pasukan K1 tengah meal time dan aku lagi puasa, aku yang lagi numpang di FO mau tidak mau mengambil alih tugas promosi.

Mataku terus tertuju kepada anak itu selagi aku menjelaskan tentang sistem pengajaran di sekolah. Ada yang aneh dari anak itu. Entah apa.. Aku tidak terlalu terganggu dengan bau anak itu (walau ternyata baunya langsung membuat asistenku mual). Aku juga tidak terlalu mempermasalahkan pakaiannya yang kumal dan dekil (agak janggal juga sih melihatnya karena dia berasal dari keluarga chinese yang sudah menyekolahkan tiga anak di sekolah swasta ternama kemahalannya di Yogyakarta). Aku juga tidak terlalu terganggu melihat air liurnya yang terus menetes. Begitu juga ingus yang menempel lekat ke hidung sampai sebagian pipi dan mulutnya. Aku memang agak bertanya-tanya juga apa semua kotoran di badannya dibersihkan dengan rutin. Terlalu banyak kotoran di mata, mulut, hidung, kuku, dan beberapa tempat lain. Dia juga selalu menggigit kuku dan kerah bajunya. Baju yang dia kenakan jadi agak lumayan penuh air liur.

Temanku yang mengajar di kelas lain bertanya, apa dia memiliki kebutuhan khusus? Aku jawab, aku tidak tahu! Orangtuanya mengisyaratkan kalau anaknya normal. Dia hanya suka bergerak dengan tiba-tiba dan ekstrim. Contohnya mencengkramkan kukunya dengan kuat ke tangan orang lain, memukul, melempar, dan menggigit!

"Tapi tenang miss, dia cuma melakukan itu ketika dia sudah sangaat nyaman dan dekat dengan seseorang kok..", kata si mama.

Wataaawww! Weleh weleh... Kok baru bilang. Aku mengerti mengapa dia tiba-tiba suka memeluk aku dari belakang ketika sedang duduk lalu menggigit tangan atau bahuku. Atau tiba-tiba menibankan kuku-kukunya yang jauh dari kata simetris ke tanganku. Lumayan sakit juga sih. Yang bikin aku agak keheranan, dia melakukannya sambil tertawa namun matanya kosong.

Beberapa hari ini aku menggunakan pelukan untuk menghentikan aksinya dia. Sayang sekali dia belum bisa bicara dengan jelas. Usianya memang tiga tahun namun dia belum dapat mengucapkan kata dengan jelas dan lengkap. Dalam kondisi yang gelisah, biasanya dia akan merebahkan kepalanya di pundakku. Aku pun terkadang mengelus kepalanya agar dia lebih tenang. Dannn..... kepala anak itu memang janggal! Beberapa bagian permukaannya tidak rata. Agak berbukit-bukit di bagian atas. Jika diperhatikan, kepala dia mengecil di dagu namun semakin ke atas semakin membesar. Aku teringat dengan penderita hidrosepalus (hmm..gini ga cara nulisnya).

Baiklah! Kamu sudah datang ke sampingku. Ke tengah-tengah kami. Selamat datang sayang :) Apapun kondisimu, kita terus berjalan bersama ya. Kita teman!

Peluk hangat,
The Kingdom of Nursery

RE : The Journey of The Past, Present, and Future

Hey look! Can't you heard them?
Yesterday was talking about our story.
Wow so many chapter there!

Psssttt.... Listen!
Tommorrow is whispering about our mystery.

And, wait! That is Today. What a sweet time. Today said that he wanna give a present for our life.

Thank you, thank you, and thank you dear.
God bless you all.
I'll sent your greets to him.

¤October 20, 2011¤

Friday, October 14, 2011

Matahari Harus Belajar Disiplin!

"Terlalu banyak kasih, anak bisa jadi kurang ajar. Terlalu banyak kedisiplinan, anak bisa jadi pemberontak."

-someone-

Anak itu pintar. Kepandaiannya di atas rata-rata untuk usia 3 tahun. Untuk kepiawaian mengenali huruf, angka, dan berbahasa, dia patut diacungkan jempol. Tak heran jika banyak orang yang berdecak kagum. Terlebih lagi ketika mengetahui bahwa kepandaian itu didapatnya secara otodidak. Modal utamanya satu, sebuah I-pod entah keluaran tahun berapa. Kebetulan saya memang bukan pemerhati maha karya Steve Jobs.

Saya kagum? Ga banget! Gimana saya ga bilang 'gaaa banget!'. Anak pintar itu sepertinya tidak pernah sekalipun mendengar istilah etika. Apalagi yang namanya kedisiplinan. Dia adalah matahari. Sementara orang tuanya, opa, dan oma adalah planet-planet yang selalu mengitari matahari. Para planet itu tidak pernah sekalipun berani membangkang kepada matahari.

Duhai kalian para planet yang terhormat, sampai kapan kalian akan mempertahankan siklus seperti ini. Tugas kalian itu bukan merapihkan setiap kekacauan yang dibuat matahari. Matahari kalian harus belajar mendisiplinkan dirinya sendiri. Jika tidak, matahari akan mati karena terbakar panas egonya yang luar biasa itu. Hayolahh...

Ketika melihat anak itu, saya bisa memahami arti kalimat 'seorang anak bisa menjadi kurang ajar ketika terlalu banyak kasih'.

Pendapat ini sempat agak disanggah oleh Tulangku yang kebetulan berprofesi pendeta. Dia berkata, mengasihi itu tidak ada istilah terlalu banyak. Mengasihi itu harus 100%. Jadi aku agak perbaiki bahasaku deh.

'Kasih yang salah tempat, anak jadi kurang ajar!'

A Special Symphony from Special Student

This is the quote from Bu Rinjani, the headmaster of SLB Cahaya Mulia. She give this sentence to Jayden, the suddenly teacher music for the special needs student.
"This is not a place for experiment or the place for killing your time while you waiting for your next luck. You can life anytime you want.."
"It's not my life!"

Two days later Jayden came back to the school. He said these ones in front of the class:
"... I'm sorry kids for leaving you. Now I realize something. It's not "you need me" but "I need you all". You mean so many things to my life."

I like this movie! Ira Wibowo and Christian "Babyface" Bautista gave a 'sinetron' touch to the movie. But Ira Maya Sofa and the special needs student fixed them all. I think I will downloading their song as soon as posible.

♬Tak selamanya
Mendung itu kelabu
Nyatanya hari ini
Kulihat begitu ceria

Hutan dan rimba
Turut bernyanyi pula
Membuat hari ini berseri
Dunia penuh damai

Bintang berkelip
Dengan jenaka
Seakan tahu
Arti dan rasa

Oh kidung yang indah
Kau luputkan aku
Dari sebuah dosaku

Tak selamanya mendung itu kelabu
Nyatanya hari ini
Kudapat bernyanyi kepadanya♬