Yey, resmi ikutan jadi pendukung acara! |
Stan no. 1 secara harafiah. Posisi paling depan pintu masuk dimana sirkulasi udara yang pol itu menyebarkan aroma sambel ijo dan ayam goreng dari penggorengan. |
Yey, resmi ikutan jadi pendukung acara! |
Stan no. 1 secara harafiah. Posisi paling depan pintu masuk dimana sirkulasi udara yang pol itu menyebarkan aroma sambel ijo dan ayam goreng dari penggorengan. |
Ciyeee yang Lulus euy! |
Your hardwork (and God) will never betray you. Although you may be hurt and bleeding now, a better day will come (1).
Yeahh berhasil!! |
Bahagiaaa!!! |
"We staked out on a mission to find our inner peace
Make it everlasting so nothing's incomplete
It's easy being with you, sacred simplicity
As long as we're together, there's no place I'd rather be
With every step we take, Kyoto to The Bay
Strolling so casually
We're different and the same, gave you another name
Switch up the batteries
If you gave me a chance I would take it
It's a shot in the dark but I'll make it
Know with all of your heart, you can't shame me
When I am with you, there's no place I'd rather be"
--Clean Bandit, 2014
Siang itu pasukan Markas Besar Blok KK No. 6 berkunjung ke Pasar Senen. Namanya juga pasar, di sana penuh dengan orang-orang yang auranya menurutku seperti dementor! Hehe.. Clingak-clinguk, ternyata ada Es Teler 77. Aku selamat!
Aku ajak bapak duduk-duduk di sana sambil tunggu Mama, Era, Andi, Rina, dan Eliza berburu barang incaran mereka. Bapak biasanya memang malas ikutan belanja. Energinya si mama emang dahsyat banget kalau lagi di tempat macam Pasar Senen atau Pasar Baru. Jago banget dia berburu barang bagus dengan harga miring.
Es Teler 77 ini konon adalah salah satu surganya minuman yang pakai alpukat. Bapak minum Es Teler. Aku pilih menjajal minuman aneh yang memadukan kopi dan alpukat (sungguh rasanya gak cocok di perutku). Untung makanannya masih tetap sama.
Kami makan dan minum dalam keheningan yang bising. Damn, rasa ini datang lagi! Rasa kikuk ketika cuma berdua saja sama bapak. Kehabisan materi omongan hanya dalam 2 menit pertama. Tapi sudahlah, kali ini aku tak ambil pusing. Aku sudah bahagia amat sangat bisa bertatap muka dengan pria pertama dalam hidupku itu. Sehat-sehat ya pak!
Boru Panggoaranmu,
Evi Panjaitan
N.B : Sembah syukurku kepada Telkomsel. Bonus poin pembayaran langganan SATU TAHUN kuhabiskan dalam sekejab di Es Teler 77.
Since you are yin to my yang..
I'm still practicing my pond pudding with the fish decoration. So, this is the newest result. I called it "Together with You". Ruben said the fishes look like a ying yang combination. I like them.
Ingredients :
1/2 sachet Agar Rasa by Nutrijell
1/2 sachet Nutrijell Balanced Color with Soursop flavor
2 tablespoons sweetened creamer (me : Carnations)
100 grams Sugar
900 millilitres water
Pasta (melon, bubblegum, raspberry, & orange flavors)
Basil seeds (biji selasih) or chia seeds
Tools :
Jelly mold (fish shape)
Plate (with the round shape)
Bowl (smaller than plate)
Pastry brush/ cottonbud
Steps :
1. Make the milk pudding by using Agar rasa, creamer, 1/4 portion of sugar, and 450 ml water.
2. Put a few milk in to fish jelly mold and let them get harden in a temperature room.
3. Put 1-2 drop bubblegum paste into the rest of milk pudding to make a blue pond. Wait until 5 minutes and then put a bowl right in the middle. Use a glass or anything to make the bowl sink but not too deep. Make it sure the pond has a round bottom. Wait until the pond get harden.
4. Make a clear jelly for the water of the pond. Use Nutrijell, water, and sugar.
5. While waiting jelly has no steam, take the fishes away from the mold. Put basil seeds as their eyes. Give colors on the top of the fishes by using orange & raspberry paste (because I use the Koi shape).
5. Take the bowl from the plate. Put the fish as you want. Put the jelly into the pond. Wait until the 'water' get harden. For the final touch, I brush the edge of pudding with the green (melon) paste. Tadaa... It's done! Bon Appetite!
Cherished the life!
Evi Panjaitan
Finally, i step in to the world of jelly art. These are my newbie masterpieces.
Cherish!
Evi Panjaitan
Resensi novel
Tahun 1965. Salah satu masa yang melegenda di Indonesia. Momen pertarungan melawan komunis, dengan cara yang bengis, dan meninggalkan banyak cerita tragis. Candik Ala 1965 membawa saya kembali ke masa kelam tersebut namun kali ini dari sudut pandang seorang anak perempuan bernama Nik yang mengabiskan masa kecilnya di Solo.
Nik nama panggilannya. Anak dari pasangan yang aktif berpolitik di Partai Katolik. Nik sendiri tidak terlalu mengerti kondisi negara saat itu. Yang dia tahu, PKI itu penjahat. Tidak boleh merasa kasihan sama PKI dan simpatisannya. Bisa-bisa nanti ditangkap, dijemur di pusat kota, dibawa pergi, lalu mati.
Nik hanya anak kecil yang merasa sedih karena tidak lagi leluasa bermain dengan teman-temannya. Sebentar-sebentar pencidukan. Sebentar-sebentar datang berbagai truk tentara. Sebentar-sebentar ada dar-der-dor. Sebentar-sebentar ada mayat berserakan di pinggir jalan. Satu per satu tetangga hilang, teman dibawa pergi, dan bahkan kakaknya "hilang" karena semua yang (dianggap) berbau PKI harus mati.
Nik tumbuh menjadi gadis penari. Rasa simpatinya semakin lama semakin mendalam kepada korban keganasan pemerintah yang alergi setengah mati sama PKI. Ketika rumah tidak lagi bisa memberikan jawaban atas kegelisahan batin, Nik mencari jawaban dengan caranya sendiri dan berakhir dengan rasa rindu yang luar biasa akan kampung halamannya. Suasana Solo dengan warna langit Candhik Ala di senja hari. Langit indah berwarna kuning kemerahan.
"Yaa.. Kita bisa saja hidup di jaman yang salah..."
***
Candik Ala 1965
Sebuah Novel oleh Tinuk R. Yampolsky
Diterbitkan oleh Katakita, Juni 2011.