Sunday, March 31, 2013

Happy Easter.. Eh, Happy Passover.. Duh, Yang Bener Apa?




Tepat pada Minggu (31/3) ini semua pengikut Kristus, dalam label agama yang bervariasi itu, merayakan Hari Paskah. Perayaan Paskah yang selalu jatuh pada hari minggu rasanya kurang pas tanpa ucapan "Selamat Paskah". Jika menggunakan Bahasa Inggris, ucapan "Selamat Paskah" dapat diterjemahkan menjadi Happy Easter atau pun Happy Passover. Hmm.. kok ada dua ucapan ya? Jadi ucapan mana yang paling tepat untuk mengatakan "Selamat Paskah" ya?


Easter atau Passover?
Saya sendiri terbiasa menggunakan kata Happy Easter dari sejak awal kesenangan pribadi menggunakan ucapan berbahasa asing. Dulu sih lebih karena gengsi. Hehehe.. Tapi setelah kenal dengan ilmu etimologi, saya jadi sering agak gatel mencari tahu asal muasal kata. Rasa penasaran semakin memuncak ketika saya mulai sadar semakin banyak orang mengucapkan Happy Passover.

Kok Passover sih? Passover kan artinya Paskah Yahudi. Itu yang sering terbersit dalam pikiran. Maklum, bertahun-tahun saya mendapat pendidikan Katolik di bangku SD dan SMP. Saya masih ingat dengan jelas perayaan Paskah Yahudi diadakan sebagai ucapan syukur karena orang Yahudi lolos dari perbudakan di Mesir.

Dahulu, jumlah orang Yahudi memang sempat melonjak tajam di Mesir. Firaun merasa terancam dan menjadikan semua orang Yahudi sebagai budak kerajaan. Firaun berharap agar mekanisme penjajahan tersebut dapat menekan rasa kepercayaan diri orang Yahudi sehingga tidak berani berbuat keonaran yang membahayakan kerajaan Mesir.

Penindasan berlangsung beberapa lama sampai ada seorang lelaki bernama Musa yang muncul sebagai pionir kemerdekaan Yahudi dari Mesir. Musa tampil sebagai juru bicara Tuhan sekaligus pemimpin orang Yahudi untuk keluar dari wilayah Mesir. Melalui Musa, Tuhan menjatuhkan sepuluh jenis hukuman. Sering juga disebut sebagai peristiwa sepuluh tulah.

Ilustrasi diambil dari www.pennys-tuppence.blogspot.com
Hukuman terakhir adalah kematian setiap anak sulung dari keluarga Mesir. Mesir berduka. Termasuk Firaun yang juga kehilangan anak sulungnya. Di sisi lain tidak ada anak sulung dari keluarga Yahudi yang tercabut nyawanya. Sebelumnya, setiap keluarga Yahudi telah memberi tanda dari darah anak domba di pintu rumah agar malaikat maut tidak mampir ke dalam rumah. Orang Yahudi yang mendengar peringatan dari Musa selamat dari maut. Berbeda dengan Firaun yang tetap teguh dengan arogansinya.

Di tengah kedukaan orang Mesir, orang Yahudi berhasil keluar dari Mesir setelah Musa membelah Laut Merah. Perayaan kemenangan tersebut dirayakan setiap tahunnya sebagai Paskah Yahudi atau Passover.

Bertahun-tahun kemudian munculah Yesus Kristus. Tuhan yang mengambil rupa manusia ini mendapat hukuman mati dari Pemerintahan Romawi. Hukuman di kayu salib menjadi simbol pengambilalihan dosa seluruh manusia. Yesus berhasil mengalahkan maut setelah bangkit dari kuburannya tepat pada hari ketiga setelah kematian jiwa manusianya di kayu salib. Peristiwa kebangkitan itulah yang diperingati semua pengikut Yesus Kristus sebagai Hari Raya Paskah.

Lalu kesimpulannya mana kira-kira yang benar, passover atau easter?


Pilih Sendiri Kata-Katamu!
Ada pengajaran yang dengan tegas menolak penggunaan kata “Happy Easter”. Alasannya, Easter itu dicurigai sebagai bentuk penyembahan kepada Dewi Ishtar. Dewi yang satu ini merupakan salah satu tuhan dalam ajaran Pagan yang usianya lebih tua dari agama Kristen itu sendiri. Nama Ishtar sama dengan Ashtare atau Asherah. Dia merupakan dewi kesuburan yang lahir dari sebuah telur.

gambar dari www.lzsu.com
Bagi kaum pagan, telur merupakan lambang kesuburan dan kehidupan baru. Mereka sangat menghormati tradisi pencarian telur seperti halnya mereka memuja kelinci yang dipercaya sebagai reinkarnasi burung phoenix yang menjadi menjadi penguasa langit.

Tidak suka dengan latar belakang tersebut, sebagian pengikut Kristus menolak untuk mengucapkan “Happy Easter”. Mereka lebih memilih untuk mengucapkan “Happy Passover”. Mereka berusaha mengembalikn fokus paskah dari telur dan kelinci menjadi salib dan Kristus. Salah satunya Manuel Pakpahan, suaminya sepupu saya Prospelany Harianja. *Terimakasih untuk penjelasannya, bang!*

Lain lagi dengan Paulus Lie, salah satu pendeta kesukaan saya yang bertugas sebagai penggembala di GKI Gejayan Yogyakarta. Dia sempat memberikan penjelasan singkat untuk menengahi perdebatan tentang “Passover” dan “Easter”.

Begini katanya. “Passover” berarti melewati kematian. Pass over the death. Ada pihak yang sama-sama berhasil melewati kematian dalam kedua jenis paskah. Pertama adalah orang Yahudi yang berhasil lolos dari hukuman kematian anak sulung dan lepas dari perbudakan di Mesir. Kedua adalah Yesus Kristus yang berhasil mengalahkan maut dan lepas dari perbudakan dunia. Orang Yahudi dilewati maut karena lambang darah anak domba sementara Yesus mengambil posisi sebagai domba yang menggunakan darahnya agar maut melewati kehidupan setiap orang yang percaya kepadaNya.

Bagi Paulus Lie, pengucapan “Easter” juga tidak sepenuhnya salah. “Easter” itu kebetulan memiliki kesamaan dengan kata Isthar. Sebenarnya, “easter” itu merujuk kepada kata “East” yang berarti timur. Kita harus meninggalkan kegelapan dan masuk ke kehidupan terang. Kehidupan terang dimulai sejak terbitnya matahari yang selalu muncul dari timur. Ingat, terang itu baik!

Paulus Lie juga tidak ingin menghilangkan nuansa telur dan kelinci dalam selebrasi Paskah. Menurutnya, telur merupakan tanda kelahiran baru. Ikut Kristus harus diikuti proses kelahiran baru. Pengikut Kristus yang sudah lahir baru pun harus selalu subur seperti kelinci. Pengikut Kristus harus subur menghasilkan karya dan pelayanan sebagai bentuk ucapan syukur. Ingat, Yesus itu pekerja keras yang sangat produktif berkarya lho!


Menurut saya sendiri, “passover” dan “easter” hanyalah dua buah kata yang merujuk kepada arti yang sama. Kemenangan atas maut. Itu intinya. Pemusatan pikiran kepada kemenangan tersebut lebih penting ketimbang debat kusir atau pesta hura-hura minim arti yang mengatasnamakan Paskah. So, it is going back to your heart guys! Just remember the resurrection of Jesus Christ that makes us save from the death.

ilustrasi dari www.reneeannsmith.com

He is risen.
He is not at the cross.
He is not in the grave.
He is risen already.

Let us accept our Passover card and celebrate the glorious Easter.
Happy Passover! Happy Easter!

Evi Panjaitan,
Berbah 31032013


11 comments:

  1. Saya tetap dengan Happy Passover, ito :)
    Menurut saya, kalau memang tidak tau arti Easter ya mungkin bisa diterima, kalau sudah jelas tau bahwa Easter mengarah ke kaum Pagan ya sebisa mungkin dihindarikan, mengapa masih harus dibenarkan?

    Ini tulisan saya : http://www.noniq.co/2013/03/selamat-paskah-happy-easter-atau-happy.html

    GBU

    ReplyDelete
  2. Halo Noniq, terimakasih untuk komentarnya. Saya sudah berkunjung ke blog Noniq. Suka deh dengan gaya tulisan Noniq. 😊

    Pertentangan antara Passover dan Easter memang sempat membuat saya jengah. Berawal dari tulisan di blog ini, saya akhirnya mengulik lebih lanjut tentang passover dan easter. Tulisan selanjutnya jadi lebih menyerupai karya ilmiah dan sebagian kontennya ada di blog Noniq.

    Pada akhirnya saya ada di titik "enough" untuk semua perdebatan tentang passover, easter, ataupun paskah. Jika dilanjutkan malah akan jadi perdebatan yang rasanya sama seperti "baptis percik atau baptis selam?". Seperti yg Noniq bilang, yang lebih penting kita tau makna ucapan yang kita sebutkan.

    Bagi saya sendiri, poin utama paskah adalah kemenangan atas maut. Ada yang dikorbankan dari sebuah "prosesi pembersihan dosa". Jika pada era PL anak domba edisi khusus yang membuat manusia "pass over the death", pada era PB Kristus yang jadi anak dombanya. Lalu setelah kita bersih? Waktunya untuk beralih dari gelap jadi terang. Waktunya untuk dari cangkang yang lama dan mulai hidup baru. Seperti matahari terbit di pagi hari. Seperti anak ayam yang berhasil keluar dari telurnya dan beroleh kehidupan. Pertobatan akan hambar tanpa lahir baru. Lahir baru akan hambar jika gaya hidupku ga berubah menjadi anak-anak terang dan produktif berkarya dalam Kristus. Menurutku, semuanya merupakan proses yang berkesinambungan dan tidak boleh berhenti di satu tahapan saja.

    Dongeng tentang Isthar akan tetap ada sama seperti cerita rakyat lainnya seperti Sangkuriang dan Tangkuban Perahu. Itu adalah bagian dari budaya. Saya akan tetap menyukainya sebagai sebuah karya fiksi yang imajinatif.

    Tapi di luar semua itu, saya lebih nyaman mengucapkannya dengan Bahasa Indonesia. Selamat Paskah ya Noniq. Salam kenal dari Jogja 😊

    ReplyDelete
  3. Just 2 words from me, u live by His grace or u live by the laws, pray and ask Him he will guide us n be blessed all !

    ReplyDelete
  4. Just 2 words from me, u live by His grace or u still live by the laws, pray n ask Him he will guide us, n be blessed all,

    ReplyDelete
  5. Menurutku mau easter atau passover atau selamat paskah sama saja, klau sibuk mncari pembebenaran trus mau kpan lagi kita berkarya dengan namaNya? Setiap hari besarNya hnya sebuah ritual kita untuk mngenangNya, inti kekristenan itu bkn di cara kita memperingati hari BesarNya, tetapi bagaimana kita menghadirkan Tuhan dlm setiap lini kehidupan kita. Buat apa kita mncari pembenaran untuk sebuah hal yg tdk bgitu penting diperdebatkan. Itu hnya ucapan dari bahasa luar, sebagai orang Indonesia ya tunjukkan mngucapkan itu dgn bahasa Indonesia. Ingat pesan soekarno :“Kalau jadi Hindu, jangan jadi orang India. Kalau jadi Islam, jangan jadi orang Arab. Kalau jadi Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini.”

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Andri. Saya juga sepakat. Sebel lihat perdebatan tentang pembenaran istilah "easter" atau "passover". Untuk yang versi nasionalis, perdebatannya itu antara "paskah" atau "paska". Sibuk serunya berdebat jadi lupa esensinya paskah. Sibuk dengan ritualnya dan selebrasinya. Yuk, kita terus berjuang untuk menghadirkan Tuhan dalam hidup sehari-hari. Kan itu ya ibadah kita yang sesungguhnya. Selamat Paskah ya.

      Delete
  6. Hahaha....kenapa gitu diperdebatkan, sebagai orang Kristen di Indonesia, banggalah dg Bahasa sendiri, katakan saja Selamat Paskah!!!

    ReplyDelete
  7. Hahaha....kenapa gitu diperdebatkan, sebagai orang Kristen di Indonesia, banggalah dg Bahasa sendiri, katakan saja Selamat Paskah!!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha.. Saya sudah bertobat mencampur-campur bahasa. Sekalipun belakangan ini saya sering digelitik pertanyan : "Paskah" atau "Paska" ?

      Delete
  8. Semua tergantung niat kita ... Apakah nanti akan bingung lagi jika muncul istilah lain ? Pakai bahasa german, prancis atau china ...

    ReplyDelete
  9. duh pendeta palus Lie ....^^ jadi kangen jogja.. pendeta favorit dari saya SD sampe sma.. thanks infonya

    ReplyDelete