Sunday, November 23, 2008

Rasanya Seperti Mati

Malam yang sunyi.. sepi.. dan rasanya seperti mati!
Detik detik di minggu malam ini semakin hampa
Bener-bener ga nyangka secepat ini rasanya mati menghampiriku
Padahal tidak lebih dari dua jam lalu Inang Marleta berkotbah tentang kematian di Kebaktian 18.00 HKBP Jalan Jakarta, Kota Bandung.

Minggu ini dimulai dengan ritual biasa tapi akhirnya tidak biasa. Baru dibangunin jam 2 siang, pertikaian rutin [padahal ini hari minggu.. heran, padahal biasanya ucapan selamat hari minggu menandakan kami resmi gencatan senjata selama satu hari], kirim-kirim berita, ke gereja sore, dan kembali ke kantor karena aku lupa membuat berita Indosat Bleckberry Fashion Night.

Usai berita tentang woro-wiri rancangan busana dari dua lelaki yang tidak biasa bernama Malik Moestaram dan Ivan Gunawan, Wisnu menyampaikan kabar buruk. Dengan mimik muka tanpa keceriaan khas dirinya, Wisnu berkata agar aku membuka blognya setelah kerjaan beres. Jleeeppp.... rasanya hampir mirip dengan kematian. Otakku beku.. Tidak ada satu patah katapun yang keluar ketika Wisnu mencoba memberikan keterangan panjang lebar tentang Lentera Merah kami. Aku pikir , sekadar "numplekin" pikiran kepada Ksatria Subang bisa melegakan otak. Nyatanya mulut ini beku. Akupun memutus percakapan dan berkata agar Annas membaca Lentera Merah saja.

Saya bingung...
Masa harus ada Teguh Rahardho jilid II..
Sudah cukup dengan Mas Teguh..
Kami tidak ingin kehilangan Lentera Merah, walau ga tau bagaimana caranya...

2 comments:

  1. telepon ttg lentera merah, dan lentera merah, melengkapi kebekuan lidah gue yg diguyur hujan dari sore tadi...

    bahkan, utk menorehkan satu katapun di blog gue entang sahabat, gue gak lagi mampu...

    siapa lagi, siapa lagi, dan siapa lagi setelah ini....

    ReplyDelete
  2. sampai malam ini, hujan di bandung masih belum berhenti nas..
    semuanya beku!

    ReplyDelete