Thursday, October 18, 2007

Menjelang Malam Natal 2006 di Wyata Guna Bandung




Rayakan Natal dalam Gelapnya Arti Keluarga

I’ll be home for Christmas…if only in my dream” Natal seharusnya menjadi momen yang indah untuk dirayakan bersama keluarga. Namun sebagaian orang terpaksa membawanya ke alam mimpi. Di antarnya beberapa anak yang menghuni Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Kota Bandung. Mereka yang sengaja “dititipkan” di panti khusus tuna netra ini oleh orang tuanya pun berniat merayakan natal dengan kesendirian.


Sore itu, hujan kembali mengguyur Panti Sosial Bina Netra Wiyata Guna di Jl. Pajajaran Kota Bandung. Untungnya, beberapa jemaat telah selesai membuat dekorasi natal di Gereja Caritas. Gereja kecil yang terletak di komplek panti sosial yang merangkap asrama tuna netra terbesar di Asia Tenggara. Kebaktian natal pun hanya tinggal menunggu jam saja.

“Ga ah, saya ga mau nelepon dan ditelepon orang tua. Mereka juga kayanya ga akan ucapin selamat natal. Sehari-hari pun mereka ga pernah nanya kabar saya,” ujar Tommy Sarmeldi, 15, di depan asramanya.

Dengan sesekali berhenti seakan menahan pedih, Tommy menceritakan kisahnya. Ia menderita kebutaan total sejak lahir. Sebelumnya, anak bungsu dari dua bersaudara ini sempat tinggal bersama orang tuanya di Kawasan Sudirman Jakarta. Tanpa tahu alasannya, dua tahun lalu kedua orang tua membawa Tommy ke Bandung dan ia ditinggalkan sendirian di Wyata Guna.

“Saya ga mau pulang. Lebih enak di sini. Saya nggak merasa sendirian. Di sini banyak teman-teman yang ngerti saya. Ga kaya di Jakarta!” kata Tommy dengan sedikit kegerman sehingga ucapannya terputus-putus.

Tommy merupakan salah satu dari anak panti sosial yang sengaja dibuang ke Wiyata Guna. Tidak jarang ada anak yang sengaja datang dan didatangkan untuk tinggal di panti yang juga memiliki lembaga pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas ini. Mereka berasal dari berbagai daerah di penjuru Indonesia.

“Ingin pulang sih tapi mau gimana lagi. Aku ngerayain natal bareng temen-temen saja. Tapi gereja caritas ga adain misa malam natal. Rencananya, aku sama temen-temen mau ke gereja di luar aja,” tutur Laurensia Jihan Liberti, 14, yang akrab dipanggil Berti.

Gadis remaja ini menderita kebutaan karena saat umur dua tahun. Ia terlepas dari gendongan saat ibunya hendak turun dari bis. Naas tak dapat terelakkan. Kepala Berti kecil terbentur ke aspal dan penglihatannya buta total.

Menurut penuturan yang diceritakan kepadanya, seketika itu Berti buta total. Keterbatasan ekonomi orang tuanya yang hanya bekerja sebagai buruh bangunan membuat Berti tidak mendapat perawatan kesehatan.

Dengan dana yang tersisa, kedua orang tua Berti membawanya ke Bandung. Mereka berharap Berti bisa mendapat pendidikan setelah beberapa kali dirasa gagal berinteraksi di sekolah umum.

“Ga tega minta pulang sama bapak. Biayanya mahal. Biarlah natal ini aku di sini aja. Kangennya aku simpan aja sampe tahun depan,” ucap Berti dengan penuh harapan. (evi panjaitan)

1 comment:

  1. Sebenernya Natal emang banyak cerita sedihnya, ya. Ada The Little Boy that Santa Claus Forgot, Matches Girl ... Mungkin karena itu di hari Natal kita diingetin untuk saling berbagi.

    Dropped by ...

    FYI, Ompung Dea juga Panjaitan, lho ... =)

    ReplyDelete