Rasanya gw punya satu alasan untuk membunuh satu orang. Serius, gw bete berat tadi pagi. Sekali lagi gw dan teman2 ditempatin di barisan terdepan...tanpa amunisi!! Gebleg ga sih. Susah sekali Panglima Besar merelakan kami mendapat amunisi meski tidak berupa bazoka. Kami tidak minta muluk2 kok hanya sedikit rasa penghargaan dan perlakuan yang humanis.
Cape, oke semua juga cape. Tapi, pemimpin yang membaik tidak akan memandang ksatrianya sebagai mesin perang melainkan benda hidup yang bisa mengembang atau mlempem. Kok kami malah menjadi satu kambing hitam gara-gara oplah nurun. Salah gw, salah temen2 gw? plis deh!!!
Beneran gw ngiri sama Ksatria Subang yang absen pada rapat PKI tadi subuh. Memeluk guling di balik selimut yang hangat jauh lebih berguna ketimbang harus dengerin keluhan nan menggurui. Ga perlu menjadi sasaran atas ketidakbecusan para jenderal yang semakin tidak berperikemanusiaan.
Heran, pede banget bisa nguasai USA atau Malaysia. Hello, negara-negara itu memperlakukan warganya sebagai asset, bos!! Cape dan sepertinya semua mulai apatis. Liat aja, ga ada satu ksatria yang bersuara dan ga sungkan tidur di depan Panglima. Sekalinya berkoar, cuma nanya persoalan teknis. Pertanyaan yang menjadi alasan untuk menjatuhkan si ksatria.
Di sudut lain kastil kami, Si jahat tersenyum penuh kemenangan. Situasi kaya gini nguntungin geombolan si jahat yang menunggui divisi kami rapat. Mereka berhasil menguasai situasi dan masih sukses menjadi sutradara. Borok mereka aman dan punya kesempatan ngeruk pundi2 emas sebanyak2nya. Si bloon masih bergelut di permasalahan fiktif... siapa yang dodol?
"Terserah, kita tunggu aja Jabar ancur!!" ucap Lodaya I sambil membanting blocknote karena rapat bagong berakhir tanpa arti. Lodaya II pun tidak bersuara. Semangat kami kembali mati...
No comments:
Post a Comment