Tuesday, December 4, 2007

Tiga Pahlawan Gedebage itu Telah Pergi

*Menit-menit Pelepasan Tiga Aktivis GAIA

Suasana penuh haru meliputi Kantor Imigrasi Kelas I Bandung ketika 50 orang warga Griya Cempaka Arum (GCA) Gedebage melepas kepergian Neil Tangri (USA), Maria Virginia Cruz (Filipina), dan Shibu K Nair (India). Warga masih tidak mengarti mengapa pemerintah malah mendeportasi tiga aktifis asing yang menjadi pahlawan bagi warga Gedebage. Kini warga Gedebage kembali berjuang seorang diri lagi.


Pagi itu, udara dingin banget. Makin kerasa dinginnya karena gw ttidur dgn pakaian basah gara2 semalem pulang ujan2an. Gw kpaksa bangun gara2 ada orang Gedebage (yg gw lupa saha ngaranna) nelp gw bilangin kalo orang Cempaka Arum ngumpul di Kantor Imigrasi Kelas I Bandung. Langsunglah gw melangkah ke kantor yang untungnya cuma seuprit aja dari kosan.
Tidak seperti biasanya, halaman Kantor Imigrasi di Jl. Surapati No. 82 Bandung sudah dipenuhi pengunjung walau jam di hape gw nunjukkin angka 09:30. Tapi kali pengujung yang datang bukan orang-orang bule ato orang-orang bertampang borju atau sok borju yang mau bikin paspor.

Puluhan orang itu merupakan penduduk GCA. Mereka membawa spanduk-spanduk bertuliskan ”Dont worry, we support you”, ”Mereka tidak bersalah”, ”Kami yang meminta mereka datang, kalau mau deportasi kami”,”Orang asing yang peduli koq dideportasi”.
Orang2 itu keliatan marah tapi ga ada aura anarkis seperti yang telah mereka lakukan selama satu minggu terakhir.

”Kami sepakat sekarang itu aksi damai. Tidak ada unjuk rasa. Kami hanya ingin melepas teman-teman kami,” tutur Dinar yang tinggal di RW 4 Kel Rancanumpang Kec Gedebage dengan intonasi yang lambat.

Neil, Maria, dan Shibu datang ke Kantor Imigrasi dari pukul 08.45 WIB. Mereka datang bersama dengan Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Rachmat Tanjung yang tetap bertahan dengan keputusan deportasi kendati sempat mendapat protes dari warga yang datang. Menjelang pukul 10.00 WIB suasana semakin terlihat begitu emosional. Begitu keluar dari gedung berlantai dua tersebut, tiga aktifis Global Anti Incenirator Alliance (GAIA) langsung dihujani teriakan dan tangisan dari warga yang kebanyakan perempuan berusian sekitar 30an.


Secara bergantian, Neil, Maria, serta Shibu mendapat pelukan erat dari warga sambil diringi isakan dan tangis yang tak kunjungan mereda. Neil tidak banyak bicara namun matanya terlihat kosong. Maria tidak kuasa menahan air matanya saat para ibu berlomba memberikan pelukan untuk menghibur hati aktifis perempuan asal Manila, Filipina itu. Sementara itu, Shibu sempat mendokumentasikan suasana dengan handycam.

”Kami kecewa. Mengapa pemerintah begitu kejam. Mereka itu ga salah. Mereka lebih memperhatikan kami yang tidak tahu apa-apa ini daripada pemerintah,” ucapnya sambil terus berlinang air mata kendati rombongan GAIA telah pergi dari Kantor Imigrasi.

Bagi warga Gedebage, ketiga pahlawan penyelemat mereka telah pergi. Neil, Maria, dan Shibu kembali ke negara masing-masing melalui Bandara Soekarno Hatta Jakarta Mereka sadar, dukungan untuk menolak PLTS berkurang. Mereka memutuskan berjuang sendiri dulu selama beberapa waktu.

”Mereka memberi pencerahan kepada kami. Kehadiran mereka semakin menguatkan moticasi kami untuk menolak PLTS di Gedebage,” tambah Dinar di samping warga yang menggulung poster bertuliskan ”Terimakasih dan teruskan perjuangan anda” sambil tertunduk lesu.

Gw kebawa sedih ampe lupa sms anak2. Erick ngomel2 gara2 gw telat ngasih tau. Padahal dia nunjukin respon ga tertarik waktu gw kasih agenda ttg PLTS Gedebage semalem di D'cost. Saking BTnya sampe gw pgn lempar hape ke kolam pengolahan aer kotornya PDAM. Dasar elnino banget sih tuh orang. Hobi banget bikin marah2!!
Hmppfhh...cest la vie! Gw masih pengen nulis banyak hal tentang PLTS... Sekarang waktunya untuk pura-pura ga tau soal prinsip Cover Both Side!

No comments:

Post a Comment