Sunday, July 25, 2010

Antara Lumba-Lumba, Musik, dan Bondan Prakoso

22 Juli 2010 – 7:24 PM – Sagan Beberapa hari terarkhir ini saya lagi sering mendengarkan lagu “Ya Sudahlah”. Pertama kali tahu lagu yang satu ini ketika berkunjung ke Kalasan, daerah perbatasan antara Sleman dan Solo. Walau ga ngeh siapa sih penyanyinya, saya suka banget lirik dan musik awalnya yang akustik banget. “Ini lagunya Bondan Prakoso sama Fade 2 Black, tante,” celetuk Geovanny, ponakannya Ruben yang lebih sering dipanggil Jovan itu. Jiahhh saya langsung kaget. Pikir saya, busyet deh kecil-kecil udah tahu Fade 2 Black. Ternyata judul lagunya itu “Ya Sudahlah”. Memang, yang melantunkannya itu Bondan Prakoso bersama band barunya, Fade 2 Black. Semakin sering saya mendengarkan lagu ini semakin saya gatal ingin menulis tentang Si Lumba-lumba yang satu ini. Cekidot…

Si Lumba-lumba Idola 1990-an
[Baca dulu deh biografi Bondan. Ceritanya intro nih :P ]
Lahir : Bondan Prakoso (Namanya asli Jawa tenan)
Panggilan : Mr. B
Lahir : Jakarta, 8 Mei 1984 (Tepat satu hari setelah saya lahir.. hihihhi!)
Orangtua : Lili Yulianingsih (ibune) & Sisco Batara (bapake)
Istri : Margareth Caroline Prakoso (Astajim…ternyata dia udah bapak-bapak)
Anak : Kara Anabelle (tahun 2010 berumur 1,4 tahun)
Tahun aktif : 1988-sekarang
Pekerjaan : Musikus, Penulis Lagu, Pemain Bass, Produser Rekaman, Arranger Jingle (Musik abis!)
Instrumen : Vokal, Bass, Gitar
Website : www.rezpector.com
Alamat : PO BOX 1281 JKS 12012


Nama Bondan Prakoso pasti tidak asing di telinga anak-anak kelahiran 1980-an seperti saya. Kala itu dunia hiburan anak masih sarat dengan lagu yang 100% anak-anak. Ini suatu anugrah tersendiri lho! Bertolak-belakang dengan kondisi saat ini karena anak-anak lebih familiar dengan lagunya “orang gede” karena penyanyi cilik udah kaya badak bercula satu, alias langka banget. Takut disangka ekspolitasi anak kali ya. Hehe..

Masih banyak penyanyi cilik di era 1990-an. Salah satunya Bondan Prakoso yang “nyemplung” ke dunia hiburan sejak tahun 1988. Selain Bondan, masih ada nama-nama lain seperti Enno Lerian, Fajar Bahari, Puput Melati, Eza Yayang, dan Agnes Monika. Menyusul kemudian Joshua, Trio Kwek-Kwek, Chikita Meidi, Tasya, dan terakhir itu Sherina yang muncul di awal masa kegelapan penyanyi cilik Indonesia. Hahaha.. Gimana tidak dapat dikatakan Dark Age, lihat saja acara pencetak bintang cilik sekarang ini. Pesertanya diwajibkan menyanyikan lagu cinta-cintaan melulu. Kemauan pasar jadi raja!

Kembali ke Bondan. Namanya langsung melejit ketika dia memopulerkan lagu Si Lumba-Lumba. Saat itu Bondan masih berusia 8 tahun. Banyak anak-anak, termasuk saya dan adik saya, merengek luar biasa minta dibelikan kaset Lumba-lumba. Padahal kami berdua bukan termasuk anak yang gemar meminta sesuatu ke orangtua kami. Tapi Bondan Prakoso seperti menghipnotis pikiran dan imajinasi anak-anak seukuran saya.

“Si hitam, dari Laut Jawa
Si hitam, dari Selat Sunda
Si hitam, dari Laut Cina,
Si Hitam, dimana-mana ada… Si Lumba-lumba!”

Bondan kecil terlihat sudah menyenangi musik beraliran keras. Pada beberapa bagian lagu terasa nuansa rock-nya. Gaya yang energik, tanpa menghancurkan karakter anak-anaknya, menjadi persuasi tersendiri bagi anak-anak saat itu untuk mencintai lumba-lumba. Sepertinya saat itu, Taman Impian Jaya Ancol langsung kebanjiran pengunjung gara-gara Bondan. Suatu kebanggaan tersendiri bisa foto ketika dicium mamalia sahabat manusia itu.

Sepanjang periode 1988 hingga 1995, Bondan menelurkan delapan album yang saya juga ga tahu apa aja itu. (Hehehe dasar saya malas getting info). Tapi kiprah idola cilik yang satu ini tidak langsung terkubur seriring dengan pertambahan usianya. Bondang tetap berkarir di dunia musik sewaktu memasuki fase remaja dan dewasa muda. Kendati dengan genre yang berbeda dengan Bondan kecil.

Transformasi Si Lumba-Lumba Dewasa
Versi baru Bondan Prakoso muncul pada 1999. Si lumba-lumba menjelma menjadi bassist handal beraliran keras melalui Funky Kopral. Selain dirinya juga ada Anggara Mulia (Angga), Bobbi Wibowo (Robbi), Kristo Perwira, dan Arlonsy Miraldi (Onci). Setidaknya mereka melahirkan tiga album sepanjang 1999-2003 di bawah bendera Universal Music. Tahun 2002 Oncy cabs ke Ungu lalu posisinya diganti Iman Taufik Rachman.

Funky Kopral, dan Bondan Prakoso tentunya, tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka sempat mendapat penghargaan Anugrah Musik Indonesia (AMI) Sharp Award pada tahun 2001 untuk kategori Grup Alternatif Terbaik. Entah apa yang menggugah Setiawan Djody sehingga hartawan multi talented ini berkolaborasi dengan Funky Kopral. Album yang dirilis pada 2003 ini bertajuk Misteri Cinta dan di tahun yang sama Funky Kopral kembali meraih AMI Sharp Award. Namun kali ini untuk kategori Kolaborasi Rock terbaik.

Sayangnya setelah itu Funkop, sebutan lain Funky Kopral, sempat vakum. Mereka sempat menjelaskan alasannya melalui Rolling Stone Indoesia. Beberapa personel Funkop terbentur beberapa kepentingan. Setelah Oncy dengan Ungu, Iman semakin serius menggarap J-Rock sedangkan Bondan sudah terikat kontrak dengan label untuk berkolaborasi dengan Fade 2 Black. Tinggalah Robbi dan Angga saja.

Iman J-Rock pun menawarkan Ilham, adiknya, untuk menempati posisi bassist yang ditinggalkan Bondan. Ditambah Echank yang sudah terbiasa bekerja sama dengan Tere dan Audy, Jilid Barunya Funkop muncul sekitar Juni 2006. Inilah komposisinya. Angga pada vokal, Robbi pada drum, Echank pada gitar, dan Ilham pada bass tentunya. Mereka tetap mengusung musik funk yang dipadu dengan pop dan rock.

Bayangan masa lalu memang sulit untuk dilupakan. Tidak jarang personel Funkop jilid Baru harus mengusung dada karena dalam beberapa penampilan masih banyak penonton yang meneriakkan nama Bondan. Rasanya pedih sekali menjadi Ilham. Funkop pun sempat mendapat cibiran ketika mulai membawa tema cinta. Namun Funkop tetap berjalan dikala Bondan sudah berlari lebih dulu bersama Fade 2 Black.

Bondan Prakoso & Fade 2 Black mengusung musik Hip Hop. Bersama kelompok rap asal Bogor ini, mereka sudah menghasilkan tiga album sampai dengan 2010. Tiga lagu jagoan mereka antara lain “Bunga” pada album Respect (2005), “Kroncong Protol” yang unik itu pada album Unity (2007), dan “Ya Sudahlah” pada album teranyar mereka yang bertajuk “For All”.

Seakan lengket dengan nama Bondan Prakoso, tahun 2008 kelompok rap ini mendapat AMI Sharp Award (lagi) untuk kategori Group Rap terbaik. Album Bondan Prakoso & Fade 2 Black pun laris manis di pasar komersil musik Indonesia. Pihak Sony BMG (temennya Badan Meteorologi dan Geofisika :P hihihihi) member kebebasan kepada Fade 2 Black untuk mengatur sendiri jeda waktu pembuatan album yang satu dengan musik yang lain.

Bondan benar-benar tidak bisa dipandang sebelah mata. Maksudnya kemampuan bermain bass-nya yaaa… Keahliannya dalam memetik bass dipandang begitu atraktif bagi para pemerhati musik. Jika tidak, mana mungkin Bondan bergabung dengan 12 pemain bass dari band ternama Indonesia untuk beraksi dalam satu panggung di sekitar 2006 lalu. Sebut saja Thomas “GIGI”, Rindra “Padi”, Bongky “BIP”, dan Adam “Sheila on 7”. Pertunjukan para bassist handal ini didapuk penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai penampilan bassist terbanyak dalam satu panggung.


Si Lumba-Lumba juga Manusia Biasa
Rock-rappers yang mukanya jauh dari kesan beringas ini merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Masa perkuliahannya dihabiskan di kampus D3 Sastra Belanda Universitas Indonesia. Bondan menggilai musik namun dia juga gemar membaca dan menonton film. Ada tiga buku yang selalu dia referensikan yakni “Huru-Hara Kiamat”, “Jangan Bersedih”, dan “Chicken Soup”. Halah bukunya jauh banget dari kesan cadas. Setali tiga uang dengan masalah minuman dan makanan karena ternyata Lumba-Lumba kasep ini doyan air mineral, chicken teriyaki, nasi goreng yang dicampur ati dan pete. Huahahaha…

Bondan memilih menikah muda pada 17 Desember 2007 bersama Margareth Caroline yang akrab dipanggil Margie. Dia percaya dunia pernikahan akan membuat dirinya menjadi pribagi yang lebih baik ketimbang sekedar kongkow-kongkow bersama rekan-rekan. Sekarang malah sudah resmi menjadi bapak-bapak karena sudah ada Kara Anabelle dalam kehidupan mereka.

Dunia berita pergosipan mencatat, resepsi pernikahan Bondan dan Margie berlangsung di Restoran Cibinting, CIputat, Tangerang. Mas kawinnya jauh dari kata luarr biasa. Hanya seperangkat alat sholat dan emas 17 gram. Acaranya pun tergolong senyap karena Bondan ingin pernikahannya berlangsung dengan khidmat.

Beuuhhh mereka itu ya pasangan yang pasti langsung mendapat decak kagum penuh iri dari orang-orang. Romantis dalam kesederhanaannya. Ya setidaknya itu yang tergambar dalam berita infotainment. Hmmm mungkin bisa dibilang mereka itu versi lain dari Igor Saykoji dan istri.. Dan saya pun mengakhiri tulisan ini dengan raut mupeng. Hihihihihi… (dari berbagai sumber).


Discography of Bondan Prakoso
1988 – 1995
* 8 Album Child Singer

1999 - 2001
* 2 Album with Funky Kopral (Funchopat in 1999 and Funchedelic Rhytm & Distorsion in 2000)
* Bondan as bassist and music producer
* Universal Music Indonesia
* Funky Kopral got AMI Sharp Award 2001 for Best Altenative Group

2002
* Misteri Cinta, a collaboration album of Setiawan Djody feat Funky Kopral
* Bondan as bassist only
* Airo Record
* Got AMI Sharp Award 2003 for Rock Collaboration

2005
* Bondan Prakoso & Fade 2 Black
* Album : Respect
* Take positions as producer, composer, arranger, singer, bass & guitar but definitely he play all instrument.
Ckckckckck….
* Sony BMG

2006
* Bass Heroes (13 Top Bass Player Indonesia) including Bondan Prakoso, Thomas “GIGI”, Rindra “Padi”, Bongki “BIP”, Ronny “Cokelat”, Adam “SO7”, Indro, Bintang, Iwan Xaverius, Ari Firman, Arya, Barry Likumahua, and Nissa “Omellete”.
* Sony BMG
* Break the record MURI (Penampilan Bassist terbanyak dalam satu panggung)

2007
* Bondan Prakoso & Fade 2 Black
* Album : Unity
* Sony BMG

2010
* Bondan Prakoso & Fade 2 Black
* Album : For All
* Sony BMG

1 comment:

  1. oke..oke...
    always bondan...

    much luvs and respect for all..

    ReplyDelete