Friday, October 21, 2016

Yups, Saya Kangen Beju

Beju. Itu nama motor kesayangan saya. Teman setia yang menemani sejak saya jadi kuli tinta di Bandung. Beju disusulkan mengikuti saya ke Jogja mengingat betapa tidak bersahabatnya kota ini terhadap pengguna angkutan umum seperti saya dan keluarga.

Jangan bayangkan Beju seperti motor cantik. Walau bukan motor antik, Beju hanyalah motor bebek manual. Beju secara otomatis bertambah berat sejak jatuh ketika dipakai Andi, adik saya, saat melawan arus. Permak sana permak sini, Beju berhasil "sembuh" tapi tidak seprima dulu. Tetap saja menurut Ruben dan saya itu sudah sangat membantu kami.

Di Jogja ini, kami sekeluarga ada tiga orang. Ruben, Mama Rinta (mertua saya), dan saya. Kami tidak punya mobil. Jadi, kami sangat kerepotan ketika harus pergi bertiga. Terkadang harus merepotkan tetangga untuk menemani kami pergi jika ingin pergi bertiga.

Saya pun sebenarnya adalah perempuan dengan mobilitas yang tinggi. Ada kalanya melanglang buana ke berbagai  penjuru Jogja sebelum akhirnya pada malam hari pulang dan beristirahat di kediaman kami di kawasan timur Jogja.

Itu dulu. Sampai pada akhirnya saya sadar harus benar-benar membatasi diri berkendara. Awalnya sih sekadar mudah capek tapi lama-lama akhirnya jadi takut membawa motor. Saya ingat, perjalanan terakhir saya itu menemani Vina, kesayangan saya, yang ingin berkontemplasi ke Jogja. Selanjutnya kondisi kesehatan saya menukik turun. Amblas.

Agustus 2015 saya sadar ada yang tidak beres dengan rahim saya. Haid menggila dalam kurun waktu panjaaaaaang. Tiga bulan tanpa henti. Eh, sempat berhenti deh. Bentuknya flek saja. Tapi kata ginekolog RSIA Sadewa & RS Panti Rapih yang menangani saya, umur saya sudah mulai masuk usia rawan. Hati-hati untuk urusan rahim. Jangan ngoyo kalau aktivitas.

Oke saya nurut. Saya hampir tidak pernah lagi menyentuh Beju atau pun Kakak (motor kami yang satu lagi). Pilihan berkendara lebih sering saya jatuhkan ke sepeda merah. Hitung-hitung "bike to work". Mumpung kantor saya cederung dekat dengan rumah. Jaraknya mungkin sekitar 5 km saja.

Bersepeda ternyata strategi yang salah. Efek sampingnya buruk bagi organ reproduksi saya. Memang sih berat badan saya turun drastis hingga 8 kg. Khususnya di area bokong dan paha. Sayangnya justru membuat rusak bagian lain. Mondok lagi deh..

Selama masa hibernasi, Beju ketemu penunggang barunya. Saya agak-agak dilema sih sewaktu meminjamkan Beju. Penunggangnya masih di bawah umur yang mental dan emosinya masih jauuuh dari kata matang. Pikir saya, ah sementara saja lah!

Masa hibernasi saya selesai. Kini saya mencoba bangkit dari mati suri. Sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan dari orang lain. Salah satunya untuk urusan berangkat kerja.
Drama terbesar saya berjudul "Masuk Siang". Rasanya tuh seperti nonton film genre thriller. Deg deg ser! 

Saya sempat terbantu dengan aplikasi Go-jek. Memang sih agak berat juga membayar Rp15.000 untuk tarif dari rumah saya di kawasan Kebonan, Berbah ke kantor di Jl. Raya Jogja Solo KM 10.5. Tapi sekali lagi, saya belajar mandiri. Masa bergantung terus sama Mas Joko, rekan kerja yang juga sahabat saya itu.

Saya rasa bagian klimaks terjadi saat ini deh. Go-jek berkali-kali menolak order dari saya. Entah karena posisi saya di ujung timur Jogja yang agak jauh dari peradaban, atau karena sekarang (Oktober 2016) tarif Go-jek turun drastis hingga 50%, atau karena keduanya.

Pilihan beralih ke Call Jack. Aplikasi ojek taksi Online yang ternyata  dibuat oleh perusahaan Mas Aan, teman di gereja. Tapi lagi-lagi nihil! Dalam durasi kurang dari 1 detik saya langsung mendapat notifikasi : "tidak ada driver ditemukan". Hebat!

Saya sempat melirik juga ke aplikasi taksi online saking nekadnya. Demi bisa berangkat kerja tanpa merepotkan orang lain. Gagal juga! Pilihan terakhir : jalan kaki. 

Buat saya, jalan kaki adalah ujian yang sesungguhnya. Kok bisa jadi ujian? Pertama, saya ga kuat berdiri lama, apalagi jalan kaki. Kedua, saya masih suka tidak konsen ketika aktivitas sendirian. Bisalah tiba-tiba terjatuh tanpa sebab atau histeris sendiri denger atau merasakan ada kendaraan yang mengeluarkan getaran maupun suara yang kuat. Ketiga, jarak rumah ke kantor saya tergolong jauh sekali untuk dibawa berjalan kaki.

Kondisi pertama dapat saya akali dengan berjalan pelan-pelan sambil menenteng minuman. Rasa perih di perut dan kaki sedikit teralihkan dengan segarnya air minuman. Saya langsung beristirahat sesampainya di kantor. Tiduran di kursi gereja yang tak terpantau CCTV. Malu atuh ah tiduran disorot kamera. Memangnya kalau lambai-lambai tangan ke kamera tiba-tiba bantuan datang?  Terlalu berharap kamu, Epoy!

Kondisi kedua saya mengikuti saran Ruben. Selalu nyalakan radio ketika merasa takut sendirian. Bukan Music Player, tapi radio yang ada interaksi penyiarnya. Psikis saya bisa terkelabui.

Kondisi ketiga sementara dapat disiasati dengan meminta bantuan kepada alan semesta. Hahaha. Maksud saya, berharap pada tumpangan dari malaikat berwujud manusia. Mereka yang menolong saya layak disebut malaikat karena mau berbaik hati memberikan tumpangan kepada orang asing seperti saya. Sejauh ini ada saja sih malaikat yang dikirim Tuhan. Untuk itu, sembah sujud pujiku untukMu Yesusku.

Oke tapi itu semua bukan solusi. Ruben dan saya sepakat Beju adalah solusinya. Saya harus belajar bawa motor lagi. Belajar lagi atau jalan kaki. Cuma itu pilihannya. Ruben kan tidak setiap saat bisa menyempatkan diri kabur dari kantornya di Godean, ujung barat Jogja sana,  untuk menemani saya bekerja. Tidak baik juga untuk psikis saya.

Oke, oke, oke, sepakat! Naik motor (lagi). PR selanjutnya meminta kembali si Beju. Semoga minggu depan kami berhasil membawa pulang Beju. Oh, Beju.. Aku kangen kamu, nak!  Pulanglah ke mama dan papamu :)

Ini ceritanya foto ilustrasi. Sama sekali tidak berhubungan dengan Beju ataupun motor lainnya. Hehehe.. Foto ini diambil sewaktu saya dan Reni, salah satu sahabat baik sesama wartawan di Bandung dulu, nekat ikutan Lomba Balapan Gokart yang diadakan Telkomsel untuk komunitas wartawan Bandung. Lihatlah helm dan jaket kami lebih besar dari orangnya. Hahaha.. Tapi keduanya perlengkapan standard yang wajib dimiliki ketika berkendara gokart maupun motor.

2 comments:

  1. Epooyyyy... Get well soon, honey... Miss You A LOT!!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yogayy... peluk peluk peluk! Maaf belum kuat cerita sama kalian, apalagi ketemu langsung.

      Delete