Friday, October 24, 2008

Mr Uno yang Wow...

Hari ini harinya Sandiaga S Uno.. Ternyata dia ngisi seminar "Economy Outlook 2009" di Kantor BI Bandung. Wuakakakak, akhirnya ketemu juga sama manusia yang belakangan ini makin populer aja. Nama dan wajah manisnya itu tiba-tiba meledak di bumi nusantara ini setelah lepasin jabatannya sebagai ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia. Emang sih auranya jauh banget dari M Lutfi, si kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal yg oke banget itu tp tetep jadi hiburan yang wow di jumat kramat ini.. hehehe lebay banget sih gw. Abisan hari ini ada yang ngamuk2 ga jelas di Surabi Enhaii gara2 rencana cutinya berantakan dan sempet adu mulut sama si pit hitam. Ketauan betenya karena selama ini gw katain penjahat wanita. Bikin guneman aja musti nyolot2an dulu.. dasar ah! hmm.. tp hari ini gw dah bertekad ke Tuhan ga akan nyolot kok ke dia. Sampe jam 16.30 sih cukup berhasil buat ga ngamuk-ngamuk tp ga tau pas besok-besok. Hahaha...


Back to the topic, ini ada postingan bagus dari blognya anak Bisnis Indonesia. Namanya gw lupa tapi tuh blog oke punya banget! Bahasanya cair banget tapi tetep ngasih manfaat buat yang ngebacanya. Manfaat yang begitu bervariasi dari sekedar ngecengin mukanya Sandi sampe belajar jadi pengusaha kecelakaan. Here we go:

Sandiaga S. Uno: On interview

Posted by algooth putranto on February 21, 2008

Rapi dan dinamis, singkat saja kesan pertama yang langsung didapat saat masuk ke dalam ruang tamu di kantor pengusaha muda, Sandiaga S. Uno yang terletak hanya sepelemparan batu dari Hotel Indonesia.

Sofa yang disediakan pun nampak serasi dengan warna dinding ruangan. Pada sisi kanan ruangan sebuah lemari besar dipenuhi piala dan foto berhadapan dengan televisi datar ukuran besar di sisi lain.

Tak beberapa lama, masuk pria berperawakan sedang sambil membawa sebuah toples plastik berisi kue dan buku berjudul “Etiket” karya Mien R Uno. “Ini saya bawakan kue untuk teman ngobrol,” ujarnya sembari tersenyum.

Siang itu tak nampak sama sekali gurat khwatir di wajahnya gara-gara Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla tengah menantinya di Istana untuk mendengarkan masukan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia.

“Terus terang pulang ke Indonesia itu gara-gara krisis, aku memutuskan pulang Juni 1998. Aku ini pengusaha kecelakaan,” ujar pria yang akrab disapa Sandi, merendah.

Padahal begitu lulus sebagai sarjana akunting dengan predikat summa cum laude dari The Wichita State University, Kansas, AS, tahun 1990, Sandi langsung ditawari taipan Astra, William Suryajaya agar bergabung dengan Bank Summa.

Hanya satu setengah tahun ayah dari Anneesha Atheera dan Amyra Atheefa bertahan menduduki jabatan finance and accounting officer di Bank Summa untuk kemudian kembali lagi negeri Paman Sam.

Saat itu dia mendapat tawaran beasiswa dari Bank Summa untuk menempuh program MBA dari The George Washington University, Washington yang diselesaikannya dengan sempurna. Indeks Prestasi Komulatif (IPK) Sandiaga mencapai 4,00 alias summa cum laude.

“Banyak hal yang terjadi waktu sekolah. Mulai dari Bank Summa ditutup. Waktu itu nggak etis banget [kalau] waktu itu saya tinggalkan bank dalam keadaan susah. apalagi saya sudah diberi beasiswa,” tutur suami Noor Asiah itu.

Demi loyalitas itu, meski sudah mendapat tawaran dari, Sandi tetap menyempatkan diri untuk kembali ke Bank Summa guna membantu proses penyelesaian permasalahan bank tersebut.

Menurut Sandi, penyelesaian itu sangat terbantu sikap Om Will untuk menyelesaikan semua kewajiban kepada nasabahnya. Tentu dengan akibat keluarga William Suryajaya harus kehilangan Astra.

Setelah itu Seapower Asia Investment Limited dan MP Holding Limited Group di Singapura menjadi tempatnya berlabuh, perusahaan minyak dan gas NTI Resources Limited, Calgary, Canada menjadi tempatnya berkelana.

Sandi sendiri kemudian kembali ke Jakarta setelah perusahaan investasi di Singapura yang menjadi tempatnya bekerja akhirnya tutup. “Saya tidak pernah berpikir untuk jadi pengusaha. Setiap bulan pokoknya diberi fasilitas dan gaji.”

Rupanya begitu pulang ke Jakarta, Sandi baru sadar ternyata dia tidak tahu akan melangkah ke mana dan akhirnya mulai mendirikan PT Recapital Advisors yang berkutat dalam hal review advisory.

Untungnya, dia cukup akrab dengan Edwin Soeryadjaya—anak Om Will—keduanya lantas sepakat untuk mendirikan PT Saratoga Investama Sedaya yang membidangi private equity dan direct investment.

Hanya saja meski Sandi sudah menjadi pengusaha. Kemauannya untuk terus turun ke lapangan membuat kawan-kawan sesama pengusaha bingung.

“Saya tidak mau melepas keprofesionalan saya. Kita tidak tahu usaha kita kalau tidak benar-benar menegtahui usaha kita,” tuturnya.


Dukungan Orang Terdekat

Langkah Sandi sebagai pengusaha itu rupanya mendapat dukungan yang berarti dari kedua orang tuanya meski ayah dan ibunya sama sekali tidak berlatar belakang dunia swasta.

Malah sang ayah, Henk Uno sebetulnya tidak pernah berfikir Sandi akan menjadi pengusaha dan berharap agar anak bungsunya itu mau mengikuti jejaknya.

Dan bukan kebetulan jika kedua orang tua Sandi cukup dikenal kalangan atas. Hasilnya dia tak perlu memperkenalkan dirinya kepada relasi-relasi bisnisnya. Istilahnya membantu membukakan pintu.

Meski begitu dia tidak pernah merasa kesepakatan bisnisnya tidak pernah diperoleh hanya karena koneksi relasi kedua orang tuanya. “Relasi hanya bisa membuka pintu itu merupakan jalan. Selebihnya kita yang harus meyakinkan mereka.”

Namun seluruh semangat kemandiriannya itu diakui Sandi sebagai satu hal yang diasah berkat terasing di negeri orang semasa menyelesaikan pendidikannya. Suatu fase yang membentuk kemandirian dan keseriusan.

Beruntung dia belum sampai harus bekerja menjadi tukang bersih-bersih. Tetapi Sandi mengaku pernah juga merasakan pengalaman bekerja sebagai asisten lab dengan gaji US$3 per jam.

Untung pekerjaan itu tak bertahan lama, gara-garanya dia melihat peluang pendapatan besar kalau menjadi tutor yang gajinya mencapai US$6 per jam dan terus meningkat menjadi teacher assistant di kampus.

“Sudah jauh dari orang tua dan saudara, hanya ada temen-temen. Mau tidak mau kita terpaksa harus mandiri dan gigih. Selain udaranya dingin, bahasa pun kadang-kadang tidak mengerti,” kenang pria penggemar baca buku dan olahraga ini.

Uniknya, kemampuan adik dari Indra Uno dalam beradaptasi cukup cepat sehingga saat dia kembali ke tanah air Sandi tidak mengalami kerepotan akibat shock culture seperti umumnya orang yang baru kembali dari luar negeri.

Sesi hidup paling berkesan

Perihal keterlibatannya di HIPMI, Sandi justru punya cerita yang cukup lucu. Konon
Saat itu Muhammad Lutfi yang menjabat sebagai Ketua HIPMI mengajaknya untuk mampir ke HIPMI.

“Saya tanya, berapa persen waktu yang tersita untuk HIPMI, dia bilang paling 30%-35%. Jadi kamu tetap bisa dagang. Padahal sebetulnya saya tahu waktu dia habis untuk ngurusi HIPMI,” paparnya semabri tertawa.

Namun akhirnya, Sandi justru tetap memilih untuk aktif ke dalam HIPMI. “Waktu saya masuk ternyata bukan 30%-35% tapi hampir 100%!”

Hal itu disebabkan HIPMI diakui oleh Sandi merupakan organisasi yang sangat dinamis dan besar. Tercatat hingga kini HIMPI sudah memiliki jaringan di 32 provinsi. Anggota-anggota tersebut sangat aktif melaporkan masalah mereka kepada dirinya.

Tak heran jika kemudian dia mengakui saat ini merupakan sesi hidup yang paling berkesan. Sebab dengan HIPMI dia betul-betul belajar pertemenan kebersamaan.

“Saya melihat ada aspirasi sebagian kawan yang menganggap HIPMI suatu pintu ke bidang politik dan lain-lain. Padahal awalnya saya melihat organisasi ini murni urusan bisnis tapi ternyata semuanya bercampur lobby politik,”

Tetapi, lanjutnya, justru ini sisi dinamis dan menariknya HIPMI. Menurut dia hal ini tidak ada dan tidak bisa dipelajari dari bangku sekolah.



Wawancara

Pengusaha butuh akses ke Bank

Secara umum perekonomian Indonesia masih menghadapi tantangan yang cukup berat. Ekspansi ekonomi terkendala oleh membumbungnya biaya produksi akibat kenaikan harga BBM dan belum tuntasnya berbagai peraturan di bidang investasi dan pembangunan infrastruktur.

Sementara itu, kegiatan konsumsi juga mengalami penurunan karena melemahnya daya beli masyarakat. Sementara itu pengusaha diminta untuk terus mempertahankan diri agar terus menghidupkan perekonomian dan masyarakat yang bergantung pada industri.

Selain kenaikan BBM apa masalah terbesar yang dihadapi?

Masalahnya klasik yaitu akses terhadap pendanaan. Ada kesan teman-teman perbankan menjadi sangat konservatif dan hati-hati sehingga praktis kredit tidak bergulir terutama pada pengusaha pemula yang baru mulai berusaha.

Teman yang memiliki fasilitas dan track record baik saja susah. Apalagi yang mau namanya pengusaha baru. Akhirnya teman-teman pinjam di BPR dengan bunga yang tinggi.

Meski begitu kita tetap optimistis tapi tetap hati-hati. Masuknya dana dari luar dalam bentuk bond dan equity yang mendorong rupiah naik ke Rp 9100 harus kita syukuri.

Mudah-mudahan fenomena ini bukan portfolio investasi saja tapi investasi yang terus bisa digulirkan di sini karena Indonesia masih merupakan satu tempat investasi yang baik.

Dan ini akan bergulir bukan portfolio investasi tapi benar-benar riil invesment capital manager benar-benar buka pabrik dan sebagainya. Kedua kami harapkan harga minyak akan stabil.

Kenapa mesti harus stabil?

Itu akan bagus buat kita karena pertumbuhan ekonomi akan bagus. Mudah-mudahan dengan BBM sekarang floating dengan harga pasar itu akan bisa merasakan harga BBM juga akan turun, subsidi juga akan turun, seperti juga kemarin yang banyak diributkan TDL ini bisa terselesaikan.

Kenaikan berapa persen TDL yang diterima oleh Hipmi?

Kalau kenaikan sampai 20%, kita masih bisa terima. Karena 20% itu akan berimbas pada kenaikan ongkos produksi antara 5% sampai 10%. Itu mungkin masih bisa dicarikan jalan keluar.

Soal bank sebetulnya apa yang terjadi?

Perbankannya cenderung lebih gampang memberi kredit konsumtif atau yang diklasifikasikan sebagai kredit UKM, padahal kami maunya pada yang lebih produktif misalnya kami mau lakukan trading atau melakukan investasi yang kecil-kecilan seperti small agrobisnis.

Bukankah itu karena kecenderungan tingginya kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) perbankan?

Betul, tapi perlu dilihat NPL perbankan itu dari korporasi. Hitung berapa persen yang kredit dari pengusaha menengah dan kecil. Kecil sekali. Pola pikirnya mesti diubah.

Pemerintah mesti lebih jeli melihatnya bahwa untuk mendorong keberpihakannya pendanaan di sektor riil bukan di sektor konsumtif harus diberikan satu terobosan.

Kalau pakai pakem yang sama bahwa harus ada tiga tahun track record harus untung, punya colateral dan lain-lain tidak ada akan lahir pelaku ekonomi yang nantinya akan menganbil tongkat estafet pertumbuhan ekonomi ke depan.

Jumlah anggota HIPMI yang berkutat di usaha menengah ke bawah?

Hampir 90%, mungkin saya salah satu yang 10% (lalu tertawa)

Persebaran yang 90% itu di mana?

Mayoritas di Jawa, tapi cabang-cabang yang sangat aktif ada di Kaltim, Riau dan Sumut. Kami punya di 32 provinsi, 225 kabupaten. 65.000 anggota. Kalau dihitung sampai umur di atas 40 tahun bisa lebih dari 100.000 orang.

Soal SDM bagaimana?

Ini yang repot, karena temen-temen menganggap ada pendanaan terutama yang dari daerah, saya bilang ini cara pikirnya mesti diubah, yang paling penting itu bukan pendanaan, yang paling penting adalah akses kepada peluang usaha.


Biodata

Nama : Sandiaga Salahuddin Uno
Tempat/tanggal lahir : 28 Juni 1969
Pendidikan Formal :
- Bachelor of Business Administration, The Wichita State University, Kansas, AS, lulus 1990
- Master of Business Administration, The George Washington University, Washington, AS, lulus 92
Pengalaman Kerja
- Summa Group, Jakarta (Mei 1990-Juni 1993)
- Seapower Asia Investment Limited, Singapura (Juli 1993-April 1994)
- MP Holding Limited Group, Singapura (Mei 1994-Agustus 1995)
- NTI Resources Limited, Calgary, Canada (September 1995-April 1998)
- PT Saratoga Investama Sedaya (April 1998- sekarang)

22/2/2006

***

1 comment:

  1. keren banget kisahnya, semoga suatu saat saya bisa seperti dia.

    ReplyDelete